Mohon tunggu...
Abdul Rozak
Abdul Rozak Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menjadi Manusia yang memanusiakan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar dan menasehati diri sendiri lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kebenaran Absolut dan Kebenaran Relatif

9 Maret 2022   08:27 Diperbarui: 9 Maret 2022   08:40 3661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kebenaran berdasarkan sifatnya ada 2 : absolut & relatif.

Relatif = Subjektif tanpa : data, fakta, referensi, analisis, uji empiris-logis. Logika Spekulatif/ awam.

wilayah = keyakinan : Islam & Kristen, selera: Jazz & Dangdut, nilai: Biru & merah, definisi/tafsir : adil.

Absolut = Logika akademik/ilmiah.

wilayah : bisa dirasakan oleh pancaindera : Api itu panas, universal : semua pasti mati, berdasarkan hukum/rumus/postulat : jatuh kebawah.

Kebenaran relatif bisa menjadi kebenaran absolut apabila memenuhi persyaratan logika absolut. https://ffugm.wordpress.com

Kebenaran Mutlak : Tuhan

sifat : universal ( berlaku bagi semua orang, tidak ada perkecualian ), kekal ( lintas waktu dan ruang, tidak berubah-ubah, tidak berganti ), integral (tidak ada konflik di dalamnya ) dan tanpasalah ( bermoral tinggi, suci )

Kebenaran Relatif : manusia

Pandangan manusia itu sangat terbatas karena ( tubuh ) manusia dibatasi oleh ruang dan waktu. Manusia hanya bisa berada pada satu tempat pada waktu tertentu. Indra-indra tubuh manusia tidak bisa mendeteksi sesuatu yang terlalu ekstrem (Terlalu besar, kecil, jauh, dekat,cepat).

Mata manusia hanya bisa menangkap cahaya dengan panjang gelombang dalam suatu rentang tertentu. Telinga manusia hanya dapat menangkap suara dalam rentang frekuensi tertentu. Otak manusia hanya dapat memikirkan pola-pola yang sudah dikenalnya sebelumnya. (Kompasiana)

'Kebenaran virtual' yaitu kebenaran relatif yang dimutlakkan efeknya menjadi otoriter, merasa paling benar, sombong, kasar , mudah menuduh dan menghakimi. Jangan jadi 'sok tau'. Ingat ilmu padi semakin berisi semakin tunduk/tawadluk/merasa ilmunya masih kurang. 

Untuk itu kiranya perlu mengingat kembali ttg kebenaran & perspektif dari cerita 3 orang buta yang menganggap gajah seperti ular yang pegang belalai, seperti pohon yang pegang kaki, sei tikus yang pegang ekor. Kalau masing-masing saling belajar & menekan ego niscaya pemahaman tentang gajah akan didapatkan secara holistik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun