Mohon tunggu...
Abd Rahman Hamid
Abd Rahman Hamid Mohon Tunggu... Sejarawan - Penggiat Ilmu

Sejarawan

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Raden Intan II: Perjuangan Berwawasan Lingkungan

21 Januari 2025   14:02 Diperbarui: 21 Januari 2025   14:02 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan Raden Intan II (Sumber: Koleksi UIN Raden Intan Lampung, 2025)

Gerilyawan harus berdisiplin, berorganisasi, dan berlatih. Mereka harus mempelajari taktik tempur, mempunyai rancangan dan perhitungan-perhitungan. Selain itu, mereka harus mempunyai pemimpin yang harus ditaati.  

Perang gerilya tidak mempunyai front (garis depan) dan basis (garis belakang), seperti tantara biasa. Yang terpenting adalah gerilyawan menghindar, mundur lalu menghilang, menghambur ke semua jurusan di antara rakyat, jika diserang dan diburu oleh musuh.  

Praktisnya, gerilyawan berkumpul dan menyerang secara tiba-tiba ketika musuh sedang mundur, terpencil, tidur, lelah, dan sebagainya. Mereka menyerang sekonyong-konyong, lalu seketika menghilang sebelum datang bantuan musuh (p.30).  

Pada prinsipnya tujuan gerilya adalah memaksa musuh tersebar ke mana-mana menjadi immobile sebanyak-banyaknya, dan terpaksa mengadakan stelsel perbentengan yang tetap. Musuh disebar-sebar, dipecah-pecah dan dipakukan. Sementara gerilyawan terus memeras darah, keringat, dan urat syarafnya. Musuh yang besar harus dihindari, dan musuh yang kecil harus dikepung dan diserang serta alat-alatnya dirampas, tulis Nasution.  

Gunung Rajabasa sebagai Pusat Gerilya 

Kondisi alam dan pengetahuan yang baik mengenai lingkungan merupakan syarat mutlak dalam melakukan perang gerilya. Untuk melakukan tindakan yang muncul-menghilang dan tak dapat dicari namun selalu ada di mana-mana, maka perliu pangkalan-pangkalan dimana bumi dan rakyatnya memenuhi syarat tertentu.

Syarat yang dimaksud adalah (1) bumi yang sulit didatangi oleh musuh, (2) bumi yang memiliki cukup tempat persembunyian dan jalan penyingkiran, (3) bumi yang tak dapat diserbu oleh musuh secara besar-besaran dengan peralatan yang berat, (4) bumi di mana gerilyawan dapat memaksa musuh berhadapan dengan peralatan yang sama, dan (5) bumi yang didiami oleh rakyat yang bersemangat dan memperjuangkan ideologi yang sama dengan gerilyawan (p.37).

Pemilihan Gunung Rajabasa sebagai pusat gerilya melawan Belanda tak lepas dari kondisinya yang mendukung mobilitas gerilya. Ketinggian gunung ini mencapai 1.281 meter dari permukaan laut. Topografinya didominasi oleh lereng-lereng curam dan kemiringan hingga 30%.

Gunung Rajabasa sangat strategis, karena berhadapan dengan Selat Sunda, jalur yang menghubungkan Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa. Dari gunung inilah, Raden Intan dan pasukannya dapat memantau pergerakan pasukan Belanda dari Batavia via Selat Sunda menuju pantai Lampung.

Selain itu, Raden Intan dapat memanfaatkan potensi pelayaran dan perniagaan di Selat Sunda, sebagai sumber pemasukan pasukannya, termasuk para pelaut (perompak dari sudut pandang Belanda) yang tidak suka dengan dominasi Belanda dalam pelayaran niaga di Selat Sunda. Di antara pelaut tersebut adalah orang Bugis dan orang Mandar, yang berasal dari Sulawesi.  

Di lokasi gerilya Raden Intan hanya ada jalan setapak yang bisa dilewati dengan cara mendaki, bahkan ada pasukan Belanda harus merayap seperti ular ketika menelusuri gunung ini untuk mencari Raden Intan, tulis Rohmatillah dkk. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun