Mohon tunggu...
Abdi Parasian Simamora
Abdi Parasian Simamora Mohon Tunggu... Lainnya - STAR XIX 2023

Write for eternality (Pram)

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Senja di Kota Metropolitan

19 Mei 2023   13:10 Diperbarui: 19 Mei 2023   13:06 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suhu yang cukup dingin membuatku sedikit agak lebih kedinginan. Lalu beberapa kali aku harus izin untuk menggenggam tangannya yang cukup hangat. Teduh dan cukup menghangatkan suasana. Beberapa momen dalam film tersebut memaksa kami harus menggenggam sesama tangan kami lebih erat dikarenakan potongan adegan yang cukup horror dan menakutkan. Sering tiba tiba dia tak cukup tahan untuk melihat potongan adegan dalam cinema. Cukup membuat hati jedag-jeduk. Dan dia menggenggam tanganku lebih erat lagi. Sengaja kupandangi wajahnya makin dalam. Kuciumi dalam-dalam bau badannya dan beberapa kali kami saling sandaran, menenangkan suasana.

Setelah merasa cukup jedanya, kami kembali mendoyani snack dan minuman. Mulut kami saling komat-kamit karena mencicipinya. Jujur, rasanya sedikit agak lebih manis dari biasanya. Ditambah isinya yang cukup banyak sehingga cukup lama habis. Beberapa kali sang gadis mengecek ponselnya karena bising dengan banyak pesan masuk. Dalam hatiku, ah betapa banyak lelaki yang menginginkannya. Menjadi salah seorang yang beruntung bisa menikmati film bersamanya. Namun aku sengaja tidak terlalu menampakkannya, saya pikir itu privasi dan ruang lingkup sang gadis.
Menikmati film yang cukup panjang dengan adegan yang cukup apik juga membawa kita agak sedikit merasa bosan. 

Beberapa kali aku juga harus melihat jam di ponselku. Ternyata film tersebut tinggal beberapa puluhan menit lagi untuk sampai selesainya. Di akhir film itu tersaji betapa potongan adegan cukup mengerikan dan horror kala Sri dan Della dimasukkan ke dalam liang kubur dan ditaburi dengan darah. Sang gadis beberapa kali harus menutup mata dengan tangannya. Tak tahan melihat adegan dalam film itu, dan memperkuat genggaman tangannya. Hingga di penghujung cerita Sri berhasil membawa Della keluar dari pengaruh santet Sewu Dino. Sesuai dengan perjanjiannya, Mbah Karsa Atmojo memberikan setumpuk uang dalam amplop untuk Sri, namun ia memilih menolak uang tersebut. Tak lama dia memilih , untuk dipulangkan ke rumahnya, dan langsung diantarkan oleh supirnya. Setelah sampai di rumah Sri, amplop yang berisi uang tersebut keesokan harinya sampai juga di depan pintu rumah depan Sri. Namun setelah Sri buka, dan ia berinisiatif untuk menolak uang itu dan meletakkan uang tersebut di jalan depan rumahnya. Sang supir memantau dari kejauhan. Tak lama film tersebut selesai dengan misi penyelamatan yang selesai.

Segera kami keluar dari ruang Cinema dan kuajak dia ke arah toilet karena mungkin suhu yang cukup dingin. Tak lama kami beranjak ke luar ruangan cinema dan kawasannya dan kami menikmati lanjutan cerita kami di Rooftop Mall tersebut. Sisa makanan dan minuman kami bawa ke sana dan tetap setia menemani cerita-cerita kami hingga senja. Cerita-cerita ringan tentang kehidupan masing-masing. Mulai dari matahari yang jika lihat membuat mata sakit hingga senja yang selalu paling dirindukan penikmatnya. Kehidupan asrama dan indekos menjadi perbandingan kami. Pertemanan yang sangat sulit menemukan teman sejati menjadi cerita yang sama kami bagikan. Sengaja kutanyakan padanya pendapatnya tentang Sibolga dan keindahan di dalamnya. Ternyata dia sedikit memberi jawaban yang membosankan di sana, sementara aku harus berani mengatakan bahwa aku akan tetap merindukannya dari kejauhan walau tak memandangnya saat ini. Dia banyak bercerita tak dapat menikmati keindahan Sibolga dengan dalamnya. Orangtua yang over penjagaan menjadi sebab tak dapat memanjangkan kaki di sana. Sementara aku yang tinggal di rumah keluarga, sedikit tak bebas karena terhalang izin dan harus menemani beliau di rumah. Ternyata di tanah rantau kami boleh berjumpa lagi, menikmati tenggelamnya matahari ditemani dengan desiran angina kota metropolitan yang cukup langka.

Matahari seakan menampakkan keindahannya, hampir menyulap lautan angkasa dengan warna yang sangat ciamis. Duduk termangu sambil menikmati dari awal hingga tenggelamnya matahari itu. Beberapa kali keisengan kami masing-masing menambah hangat obrolan di sana.

Senja di Metropolitan (dokumentasi pribadi)
Senja di Metropolitan (dokumentasi pribadi)

 Sengaja kami mengambil beberapa foto dengan ponsel baru sang gadis dan mengabadikan foot kami di sana. Sang gadis yang cukup enggan untuk berswafoto. Jam yang sudah menunjukkan senja sudah mulai usia, memaksa kami harus kembali ke realita masing-masing. Segera kami bergegas turun ke bawah menggunakan ekskalator. Kami menyebrang jalan, lalu kuminta dia memesan angkutannya segera. Sementara aku memilih untuk menemani dan memastikan dia berangkat kembali ke indekost baru aku bergerak mencari angkutan umum. Tak lama setelah sang drivernya tiba, aku juga langsung naik ke angkutanku. Pertemuan kami itu menjadi salah satu cerita yang cukup berkesan. Sudah hampir cukup 4 tahun menimba ilmu di tanah rantau Kota Medan baru kali ini bisa berjumpa dan menikmati momen-momen kebersamaan dan kehangatan. Pertemuan yang akan menjadi cikal bakal pertemuan selanjutnya.

Plaza Medan Fair (sumber : dokumentasi pribadi)
Plaza Medan Fair (sumber : dokumentasi pribadi)

Medan, 18 Mei 2023
At Frame : Cinemapolis & Rooftop Mall.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun