Mohon tunggu...
Abdi Parasian Simamora
Abdi Parasian Simamora Mohon Tunggu... Lainnya - STAR XIX 2023

Write for eternality (Pram)

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Senja di Kota Metropolitan

19 Mei 2023   13:10 Diperbarui: 19 Mei 2023   13:06 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Senja di Metropolitan (dokumentasi pribadi)

Senja di Kota Metropolitan


Tak sengaja kolom chatt kita berisikan, sapaan yang mungkin sedikit ingin menikmati waktu berdua. Entah angin apa yang membawa kita samaan, berniat untuk menikmati sedikit waktu yang luang. Dua kepala yang sudah lama saling mengenal di kota asal dan di rantau. Baru kesampaian setelah beberapa tahun menebar percakapan. Padahal jarak boarding house dengan indekost hanya memakan waktu sekitar 20 menit jika diakses dengan kendaraan online. Memang dasar, anak baru dewasa haha

18 Mei 2023 menjadi hari dimana sedikit agak manis dikarenakan disini denganmu. Janjian meet di salah satu Mall di tanah rantau. Jika saya sebutkan namanya, pemuda-pemuda dan mahasiswa di kota Medan akan langsung melacaknya hehe. Sengaja selepas ibadah kenaikan Isa-Al Masih di gereja dekat kampusku, segera kutumpangi angkutan umum untuk membelah jalanan kota Medan yang cukup padat dan panas. Untung saja angkut yang tumpangi tidak terlalu ramai, jadi tidak terlalu bersempitan. Sekitar 20-25 menit, sebelum akhirnya tiba di Mall tersebut.

ini. Segera kukabari bahwa aku sudah tiba di tujuan. Sembari kutanya sang puan, ternyata dia kejebak macet di jalan menuju tujuan kami meet. Tidak masalah mungkin wajar saja, pengguna jalan lagi ramai-ramainya. Memilih berinisiatif menilik salah satu toko fashion dan busana, sekedar melihat-lihat produk yang kira-kira berencana akan dibeli. Ada celana pendek untuk olahraga serta kemeja yang modis untuk kebutuhan perkuliahan. Namun setelah lama mengecek-ecek satu pun nggak ada yang kepincut.

Teringat niat awal hanya sekedar shopping dan melihat perkembangan baju-baju di sana, jadi tidak masalah tak ada yang kepincut. Tak lama di sana aku memutuskan naik melalui jembatan penyebrangan menuju kawasan Mall tersebut. Merogoh kondisi lembaran uang di kertas, sepertinya aku harus menuju ATM Gallery dulu sebelum akhirnya menjajaki kawasan mall dengan sang puan. Sambil mengabari sang puan bahwa dia sudah dekat dengan tujuan Mall tersebut. Jadi saya berinisiatif duduk sambil menunggu kedatangannya. Bermain dengan ponsel yang saya genggam di tangan, tak terasa sang gadis yang ditunggu akhirnya datang juga. Dengan senyum sumringah dari sang gadis sambil menatapku dan aku sedikit terkejut "sedikit kurusan" pikirku.

Segera kami lanjut perjalanan kami menuju ke lokasi tujuan kami akan menikmati suasana. Sambil terus berjalan sambilan bercerita di ekskalator sambil sengaja kucuri pandang kecantikan sang gadis. Ternyata dia pribadi yang cukup fleksibel dan modis juga. Terlihat dari pakaian yang dikenalan dan sandal jepit yang dipakainya. Setelah melewati 3 kali naik ekskalator kami juga di lantai 4 mall itu. Cinepolis yang menjadi jawaban pilihan kami terdapat di sana, dan kami segera ke sana. Tak sabar ingin menikmati waktu lama-lama di sana.

Sesampainya di sana, kami langsung melihat kira-kira film apa yang cukup enak untuk dinikmati 2 jam ke depan. Film pertama adalah Fast X, dan langsung saja kami antri ke meja pemesanan tiket sambil mengecek aplikasi Cinepolis di ponsel sang gadis bahwa sudah cukup padat untuk sesi itu. Yang tersisa hanya masing-masing satu kursi yang jaraknya berjauhan. Kan nggak seru, Hm. Setelah itu kami mengalihkan opsi ke film lain yaitu Sewu Dino yang mana memiliki beberapa jam tayangnya. Kami memilih yang tayang pukul 14.05 WIB dan kami harus menunggu sekitar kurang lebih 1 jam lagi. Sengaja kami memojok ke kawasan luar studio bioskop dengan topik cerita sampai muak. Kami berbincang menikmati moment demi moment Tentang kehidupan perkuliahan, tentang keluarga yang kadang menyenangkan, dan kadang meresahkan, tentang pertemanan dan sosial, tentang keuangan yang sering menjadi teriakan mahasiswa semester akhir, serta menggosipi kelakuan teman kompakmu ketika di kota asal. Semua itu menemani topik obrolan yaitu "cerita sampai muak".

Setelah beberapa puluhan menit mengobrol sekedar mengisi waktu, kadang sesekali ingin kuraih tanganmu. Namun hanya butuh waktu yang tepat saja. Langsung saja kami bergegas untuk memesan popcorn beserta 2 cup cola, teman yang akan kami bawa untuk masuk ke dalam cinema. Kali ini sang gadis cukup berinisiatif untuk merogoh uangnya dalam ATM nya, karena di awal sang tuan yang memesankan tiket masuk. Tak lama di sana kami kembali masuk ke dalam kawasan cinema untuk menunggu puluhan menit sebelum kami masuk dalam Cinema 3 di sana. Tawa dan canda memenuhi momen kita kala itu sambil menunggu waktunya tiba.

Dering berbunyi panggilan untuk penonton di Cinema 3 dipersilahkan masuk. Segera kami meninggalkan tempat duduk itu, sambil membawa pesanan tadi. Sesampainya di dalam ruang cinema kami mencari lokasi duduk sesuai tiket yang tertera yaitu E1 dan E2. Sengaja kami memilih samping-sampingan sehingga memperkuat momen kehangatan di sana. Menenangkan diri dan mengambil posisi terbaik untuk santai dan menikmati film. Awalnya tersaji beberapa iklan film terbaru yang diagendakan akan tayang beberapa minggu ke depan. Saling melempar senyum dan tawa memecah keheningan di sana. Suhunya cukup dingin di sana seperti di Pegunungan Jaya Wijaya puncak tertinggi di negeriku. Sering aku berusaha untuk memanaskan tanganku dengan menggesek-gesekkan tanganku agar sedikit lebih hangat.

Beberapa menit berlalu, sekitar pukul 2.05 WIB tersaji film yang sangat apik "SEWU DINO" karya salah satu produser terbaik Indonesia. Mahakarya film itu juga dibintangi beberapa aktor dan aktris terbaik tanah air seperti Mikha Tambayong dkk. Bertemakan film yang cukup horror dan misteri yang menceritakan misi menyelamatkan Della dari santet Sewu Dino. Mikha yang memerankan sebagaii Sri di tengah kesulitan ekonominya, Sri diterima bekerja untuk keluarga Atmojo dengan bayaran yang tinggi, karena keunikan yang dia miliki karena lahir pada hari Jumat Kliwon. Bersama Erna dan Dini, mereka di bawah ke dalam sebuah gubuk tersembunyi di tengah hutan. Di gubuk tersebut Sri, Erna, dan Dini bertugas untuk memandikan Della Atmojo, cucu dari Mbah Karsa Atmojo yang tidak sadarkan diri karena kutukan santet Sewu Dino, salah satu santet yang mengerikan. Mereka tidak bisa lari dari gubuk itu karena terikat perjanjian mistis dengan Mbah Karsa Atmojo, dan mereka harus selesaikan ritual sampai hari ke 1000. Jika melanggar, kematian akan menanti mereka.

Film yang cukup panjang, tersaji selama 2 jam lebih menemani suasana ruangan cinema itu. Menikmati film ditemani popcorn dan 2 cup cola yang kami pesan. Rasanya cukup manis ditambah sang gadis yang manis. Langsung saja kami buka cerita kecil di kala menikmati film yang tersaji dengan mulut yang komat-kamit memakan snack itu. Sedikit demi sedikit kami mencicipi makanan tersebut dan beberapa kali kami minum. Sengaja aku iseng, mengambil minuman sang gadis. Dianya hanya tersenyum tipis melihat keisenganku. Dan setelah cukup banyak yang masuk, kami meminggirkan makanan itu untuk fokus kembali menonton film yang tersaji.

Suhu yang cukup dingin membuatku sedikit agak lebih kedinginan. Lalu beberapa kali aku harus izin untuk menggenggam tangannya yang cukup hangat. Teduh dan cukup menghangatkan suasana. Beberapa momen dalam film tersebut memaksa kami harus menggenggam sesama tangan kami lebih erat dikarenakan potongan adegan yang cukup horror dan menakutkan. Sering tiba tiba dia tak cukup tahan untuk melihat potongan adegan dalam cinema. Cukup membuat hati jedag-jeduk. Dan dia menggenggam tanganku lebih erat lagi. Sengaja kupandangi wajahnya makin dalam. Kuciumi dalam-dalam bau badannya dan beberapa kali kami saling sandaran, menenangkan suasana.

Setelah merasa cukup jedanya, kami kembali mendoyani snack dan minuman. Mulut kami saling komat-kamit karena mencicipinya. Jujur, rasanya sedikit agak lebih manis dari biasanya. Ditambah isinya yang cukup banyak sehingga cukup lama habis. Beberapa kali sang gadis mengecek ponselnya karena bising dengan banyak pesan masuk. Dalam hatiku, ah betapa banyak lelaki yang menginginkannya. Menjadi salah seorang yang beruntung bisa menikmati film bersamanya. Namun aku sengaja tidak terlalu menampakkannya, saya pikir itu privasi dan ruang lingkup sang gadis.
Menikmati film yang cukup panjang dengan adegan yang cukup apik juga membawa kita agak sedikit merasa bosan. 

Beberapa kali aku juga harus melihat jam di ponselku. Ternyata film tersebut tinggal beberapa puluhan menit lagi untuk sampai selesainya. Di akhir film itu tersaji betapa potongan adegan cukup mengerikan dan horror kala Sri dan Della dimasukkan ke dalam liang kubur dan ditaburi dengan darah. Sang gadis beberapa kali harus menutup mata dengan tangannya. Tak tahan melihat adegan dalam film itu, dan memperkuat genggaman tangannya. Hingga di penghujung cerita Sri berhasil membawa Della keluar dari pengaruh santet Sewu Dino. Sesuai dengan perjanjiannya, Mbah Karsa Atmojo memberikan setumpuk uang dalam amplop untuk Sri, namun ia memilih menolak uang tersebut. Tak lama dia memilih , untuk dipulangkan ke rumahnya, dan langsung diantarkan oleh supirnya. Setelah sampai di rumah Sri, amplop yang berisi uang tersebut keesokan harinya sampai juga di depan pintu rumah depan Sri. Namun setelah Sri buka, dan ia berinisiatif untuk menolak uang itu dan meletakkan uang tersebut di jalan depan rumahnya. Sang supir memantau dari kejauhan. Tak lama film tersebut selesai dengan misi penyelamatan yang selesai.

Segera kami keluar dari ruang Cinema dan kuajak dia ke arah toilet karena mungkin suhu yang cukup dingin. Tak lama kami beranjak ke luar ruangan cinema dan kawasannya dan kami menikmati lanjutan cerita kami di Rooftop Mall tersebut. Sisa makanan dan minuman kami bawa ke sana dan tetap setia menemani cerita-cerita kami hingga senja. Cerita-cerita ringan tentang kehidupan masing-masing. Mulai dari matahari yang jika lihat membuat mata sakit hingga senja yang selalu paling dirindukan penikmatnya. Kehidupan asrama dan indekos menjadi perbandingan kami. Pertemanan yang sangat sulit menemukan teman sejati menjadi cerita yang sama kami bagikan. Sengaja kutanyakan padanya pendapatnya tentang Sibolga dan keindahan di dalamnya. Ternyata dia sedikit memberi jawaban yang membosankan di sana, sementara aku harus berani mengatakan bahwa aku akan tetap merindukannya dari kejauhan walau tak memandangnya saat ini. Dia banyak bercerita tak dapat menikmati keindahan Sibolga dengan dalamnya. Orangtua yang over penjagaan menjadi sebab tak dapat memanjangkan kaki di sana. Sementara aku yang tinggal di rumah keluarga, sedikit tak bebas karena terhalang izin dan harus menemani beliau di rumah. Ternyata di tanah rantau kami boleh berjumpa lagi, menikmati tenggelamnya matahari ditemani dengan desiran angina kota metropolitan yang cukup langka.

Matahari seakan menampakkan keindahannya, hampir menyulap lautan angkasa dengan warna yang sangat ciamis. Duduk termangu sambil menikmati dari awal hingga tenggelamnya matahari itu. Beberapa kali keisengan kami masing-masing menambah hangat obrolan di sana.

 Sengaja kami mengambil beberapa foto dengan ponsel baru sang gadis dan mengabadikan foot kami di sana. Sang gadis yang cukup enggan untuk berswafoto. Jam yang sudah menunjukkan senja sudah mulai usia, memaksa kami harus kembali ke realita masing-masing. Segera kami bergegas turun ke bawah menggunakan ekskalator. Kami menyebrang jalan, lalu kuminta dia memesan angkutannya segera. Sementara aku memilih untuk menemani dan memastikan dia berangkat kembali ke indekost baru aku bergerak mencari angkutan umum. Tak lama setelah sang drivernya tiba, aku juga langsung naik ke angkutanku. Pertemuan kami itu menjadi salah satu cerita yang cukup berkesan. Sudah hampir cukup 4 tahun menimba ilmu di tanah rantau Kota Medan baru kali ini bisa berjumpa dan menikmati momen-momen kebersamaan dan kehangatan. Pertemuan yang akan menjadi cikal bakal pertemuan selanjutnya.

Plaza Medan Fair (sumber : dokumentasi pribadi)
Plaza Medan Fair (sumber : dokumentasi pribadi)

Medan, 18 Mei 2023
At Frame : Cinemapolis & Rooftop Mall.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun