Mohon tunggu...
Abdi Parasian Simamora
Abdi Parasian Simamora Mohon Tunggu... Lainnya - STAR XIX 2023

Write for eternality (Pram)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Recycling Pemikiran

19 April 2023   16:58 Diperbarui: 19 April 2023   17:15 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Duduk tenang di bawah pohon kelapa memandangi air laut yang dikebas-kebaskan oleh gelombang pantai. Pesonanya ditemani oleh bapak-bapak nelayan yang membawa bagan (kapal kecil melintasi pantai). Yang kami tahu semua penduduk memiliki syukur yang lebih di kala bermukim di kota ini. Tak lama di kejauhan beberapa anak-anak bermain air dan mencari-cari binatang laut seperti kerang, kepiting, dan lain-lain. Terlukis senyum berbinar mereka. Tak juga diriku, taka da bosannya duduk bersantai disini sekaligus menunggu berita adik tentang jam kepulangannya.

Balutan Gelombang Pantai Anggar (dok.pribadi)
Balutan Gelombang Pantai Anggar (dok.pribadi)

Setelah beberapa puluhan menit berlalu, orang-orang mulai berdatangan ke sana. Mulai dari anak sekolahan, pasutri, bahkan hingga beberapa mobil pribadi yang melintas (mungkin pengunjung hotel wisata indah). Dengan ponsel yang kugenggam, kuambil beberapa picture dan video sebagai kenang-kenangan di galeri. 

Tak lupa juga kuupload beberapa editan foto dan video bertemakan Laut Sibolga dan keindahannya ke media sosialku. Sebelum beranjak dari sana, aku sempat bercerita dan menunjukkan keindahan Sibolga dan lautnya dengan orang tersayang yang saat itu sedang di rumahnya di Sunggal. Betapa dia ingin sekali mengunjunginya bersamaku, namun kami seutuhnya belum memiliki cukup uang untuk menikmati waktu bersama.

Senyum merekah kesayangan (dok.pribadi)
Senyum merekah kesayangan (dok.pribadi)

Setelah melepas rindu, aku menjajaki beberapa puluh meter untuk naik angkutan umum ke lokasi tempat menunggu adik saya. Ternyata dia sudah disana, tak lama setelah aku juga sampai. Langsung kuajak dia membeli sebotol minuman dan roti yang menemani perjalanannya. Kami bercerita sedikit tentang kehidupan sekolah di SMA, dan perihal nasib adik bungsu yang saat ini sudah berada di akhir masa sekolah putih biru. Dia juga iseng menanyakan soal calon kakak iparnya yang juga junior di kampusku.

Di beberapa momen dia bercerita bagaimana kelucuan ayah kami, yang menanam sawit tumpang sari dengan pohon durian. Kami tertawa terbahak-bahak. Dan soal rencana ortu kami membuka lahan yang tak jauh dari kawasan rumah untuk ditanami pohon kelapa sawit. Suatu langkah yang visioner dan berpandangan maju. Kiranya segala harapan, dan cita-cita orangtua kami dapat tercapai dan bisa senang di usia senjanya. Kami juga yang sedang menempuh pendidikan dan sekolah tercapai apa yang diimpikan. Di situ kami berpisah, dia kembali ke rumah dan aku kembali ke indekost tempat menginap.

Sibolga, 18 April 2023
Tulisan Penajuang23

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun