Mohon tunggu...
Abdi Parasian Simamora
Abdi Parasian Simamora Mohon Tunggu... Lainnya - STAR XIX 2023

Write for eternality (Pram)

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

6 Serangkai di 2212 Mdpl

11 September 2022   02:35 Diperbarui: 11 September 2022   02:46 964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 6 Serangkai di titik 2212 MDPL/Dok pribadi

Gunung Sibayak merupakan gunung yang terletak di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Gunung ini terletak sejauh 50 KM barat daya Kota Medan dan dapat ditempuh dengan angkutan umum selama 3 jam dari pusat kota Medan. Secara sejarah gunung ini merupakan eks gunung berapi dan meletus terakhir tahun 1881.

Gunung Sibayak sangat menawarkan sangat banyak keunggulan dan keindahan gunungnya. Dikenal karena setiap hari besar selalu ada diadakan event dan upacara di puncak gunungnya, menjadikan titik setinggi 2212 MDPL menjadi tempat yang sangat rekomendasi untuk dijelajahi. 

Dalam perjalananan menuju puncaknya terdapat 2 post pendakian. Di Post I biasanya terdapat penjaga administrasi untuk pendakian ke puncak. Namun saat kami mendaki, 09 Juli 2022 subuh hari ketika kami sudah tiba di Post I tidak seorangpun yang berada di sana, karena sampai pada waktu larut malam.

Kami team 6 serangkai memutuskan untuk mengisi hari libur Adha dengan mendaki Gunung tertinggi kedua di Sumatera Utara itu. Betapa kami tidak bermodalkan persiapan dan perencanaan yang matang untuk mendaki.  

Namun bermodalkan niat hiking dan menikmati pesona gunung, kami menyusun rencana dengan tempo sesingkat-singkatnya. Persiapan hanya 2-3 jam untuk menyelesaikan semua barang dan perlengkapan yang akan dibawa mendaki. 

Bersama Nico, kami mencari lokasi tempat sewa peralatan daki dan alat-alat memasak yang akan dibawa naik. Setengah jam perjalanan pulang pergi, kami berhasil membawa perlengkapan ke titik kumpul. 

Sementara anggota team yang lain, Ranzert dan Juan mengamankan pasokan makanan 4 sehat 5 sempurna untuk dibawa ke puncak. Di lain tugas, Torang dan Daniel mengamankan pasokan sandang persediaan di puncak selama 3 hari 2 malam. Semua persiapan akhirnya lekas selesai juga.

Dari Medan, kami bergerak sekitar jam 18.00 ke loket travel tujuan Berastagi, Kabupaten Karo. Banyak loket sudah kami telusuri, namun sudah penuh dengan antrian panjang. Hingga akhirnya kami tiba di satu bus, sudah penuh juga dan harus memaksa kami untuk melintasi jalan Medan-Berastagi dengan berada di atap bus, menikmati udara malam. 

Dinginnya angin malam menembus kulit yang mulai dari tadi siang, belum juga bersentuhan dengan air dingin, Kami tertawa ria menikmati perjalanan keheningan malam di jalan lintas.

Tiba di Berastagi sekitar pukul 22.45, dan segera mencari angkutan yang berbeda untuk membawa kami ke Post I dan tiba pukul 00.20 tanggal 09 Juli 2022.

Tiba di Post I kami harus beristirahat sebentar untuk menunggu anggota team, Torang mengisi lambung yang sudah diminta harus diisi. Dia nampaknya sangatnya sangat lelah dan masuk angin. 

Selesai, kami berdoa meminta restu kepada Sang Kuasa agar diberkati perjalannnya. Yeay, perjalanan kami dimulai dari post I dengan mengangkat barang masing-masing, sementara Torang hanya bawa diri karena kondisi sedikit tidak fit. 

Melewati jalan sunyi, gelap dan ditemani desiran suara fauna di sekitar kaki gunung menambah nikmatnya perjalanan pendakian itu. Dingin suhu di hutan Sibayak memaksa kami agar menambah laju. 

Kami harus berhenti 2 kali sebelum mencapai post selanjutnya, agar tidak terlalu kelelahan mendaki yang kondisi jalannya cukup ekstrim. Sering Torang harus mual-mual barangkali terjadi karena masuk angina ditambah kondisi perut yang tidak dalam kondisi terbaiknya. 

Tak lama lagi, kami tiba di Post II, dan sebelumnya membayar administrasi masuk kawasan. Dan langsung, Torang memanaskan badan di suatu bekas bakaran kayu. Sementara yang lain, mencari lokasi pendirian tenda untuk beristirahat karena jam sudah larut juga. Tak lama dapat juga lokasi yang cukup strategis dan memang kosong dan sudah biasa letak mendirikan tenda. 

Mereka merakit dan mendirikan tenda, dimana awalnya cukup sulit karena bentuk tenda yang sedikit berbeda dari biasanya. Mereka saling tertawa di tengah dinginnya udara di kaki gunung. 

Selanjutnya bersama Torang kami lekas ke lokasi tenda didirikan. Mencoba mendirikan tenda, dan mencocokkan bagian-bagian kaki tenda, serta susunan tenda mana yang harus di luar dan di dalam. Kerangka tenda yang kurang familiar, dan kami bingung dibuatnya. 

Di jam 00.30 WIB yang seharusnya waktu sudah istirahat, kami masih berjuang mendirikannya. Untung, di tengah kebingungan tersebut, sesama pendaki lain di samping tenda kami, berniat membantu kami mendirikannya. Dan selang sepuluh menit, tenda kami sudah selesai dan siap digunakan.

Dalam cerita bersamaan, Torang mendapat pertolongan pertama yaitu segelas jahe panas untuk menghangatkan badan dan mengurangi masuk angin. Dan selekas itu, dia langsung tidur beristirahat. Dan tak lama setelah tenda selesai, kami berinteraksi dengan pendaki di sebelah tenda kami. 

Di perkenalan itu mereka beranggotakan 6 orang juga, pendaki asal Pematang Siantar yang posisinya esoknya mereka hendak turun kembali ke daerah masing-masing. Tak lama kemudian kami memojok masing-masing ke tenda dan istirahat melepas capek. Sementara Daniel memilih cerita canda tawa dengan sesama pendaki itu sampai menemu subuh pagi.

Selepas pagi, semua terbangun dan langsung menyalakan api untuk memasak air untuk membuat beberapa gelas teh penghangat. Kami bersantai menikmati suasana malam ditemani dengan rokok, dan roti eceran yang kami bawa dari bawah. Selekas semua bangun, kami sembari menikmati udara pagi dan suasana di bawah kaki gunung. 

Banyak turis mancanegara maupun lokal yang lalu lalang naik turun gunung. Kami juga semakin excited untuk segera mendaki menapaki perjalanan ke puncak Sibayak. Segera kami memasak sarapan pagi, melipat tenda, dan membersihkan areal di sekitaran. 

Terakhir kami pamitan dengan pendaki di sebelah kami yang kami ketahui Rio dan timnya berasal dari Kota Pematang Siantar dan tak lupa memotret momen kebersamaan. Mereka hendak turun ke bawah, dan kami menapaki pendakian.

Gambar Momen kebersamaan di Post II/Dok pribadi
Gambar Momen kebersamaan di Post II/Dok pribadi
Mulai di pukul 09.45 kami memulai pendakian. Beragam latar belakang dan minim pengalaman, membawa kami meluruskan niat pendakian. Untung ada 2 orang, Nico dan Daniel sedikit banyaknya sudah pernah menglami euphoria mendaki. Menapaki perjalanan, membawa semua bekal dan ransel. Tiba di areal dekat kawah, sekitaran pukul 11.00 WIB dengan posisi angin kencang dan berkabut. Banyak pendaki memilih turun ke bawah dan memilih jalur aman. 

Kami juga diajak kembali ke bawah turun, namun kami memilih bertahan di atas menunggu reda kabut dan berangkali angin juga semakin reda. Menikmati pemandangan dan suasana di areal kawasan dekat belerang. Sungguh, fenomena dan keindahan yang sangat luar biasa bisa menapaki pendakian Gunung Sibayak. Melihat langsung areal belerang dan kawah yang sangat historic. Nikmat Tuhan mana yang kita tidak kita syukuri hidup di dunia dengan segala keindahannya.

Sembari angin perlahan mereda dan angin mengusir kabut ke seberang gunung, suasana gunung yang semakin indah. Kami mencari lokasi mendirikan tenda yang cocok untuk bermalam 1 hari 1 malam hingga Minggu. Bergerak dan sama sama saling memantau tapak mana yang cocok untuk tempat mendirikan tenda. 

Kami berupaya mencari lokasi yang ditutupi tanaman atau pohon-pohon untuk mencegah tenda terbang saat malam. Dan tak lama kami menemukannya. Segera menurunkan tas dan semua bawaaan, dan mulai membersihkan areal tenda tersebut. Selanjutnya membuka tas tenda dan merakit untuk mendirikannya. Mengamankan sudut tenda masing-masing, lalu memakukannya untuk mencegah tenda roboh dan menahan dengan batu biar semakin kuat. 

Dengan kekompakan dan kerjasama kedua tenda kami berhasil kami dirikan. Segera mengambil posisi, untuk melentangkan badan untuk beristirahat. Posisi tenda yang cukup padat karena sususun yang masih kurang tertata, bersama Nico berinisiatif untuk mencari angin keluar sambil membawa 2 botol kosong untuk mengisinya jika ada terlihat mata air. Sementara keempat teman yang lain memlih untuk beristirahat di siang hari itu.

Berjalan ke areal kawah, dan menapaki areal sekitar belerang. Kami merasa takjub dengan melihat belerang secara langsung, disertai lubang belerang yang masih aktif menyembur. 

Sebelumnya tidak ada pikiran akan menemu yang seperti ini, ternyata semua tersedia di gunung. Kami semakin menapaki jalan ke kawah, sambil berhenti di beberapa spot dan mengabadikannya dalam gambar. Di areal kawah gunung Sibayak kami berjumpa dengan sesama pendaki lokal. Dan singkat cerita kami ketahui mereka juga masih mahasiswa tingkat akhir yang masih disibukkan dengan skripsian. 

Banyak orang yang kita temui di gunung dan membawa masing-masing ceritanya ke sana. Sejenak kami merasa kompak dan mengambil foto kebersamaan di sana. Dan mereka juga yang mengajak kami untuk mendaki hingga ke puncak Sibayak di jalur kanan, dan sejenak kami hendak ingin menolak karena meninggalkan 4 orang teman kami di tenda.

Sementara Nico kukuh mengajakku menapaki puncak itu duluan. Dan singkat cerita kami mengikuti jejak pendaki itu. Langkah demi langkah menapaki dakian ke puncak, ternyata membawa kami menginjakkan kaki perdana di titik 2212 MDPL. Begitu Sibayak memiliki pesona yang sangat luar biasa. Keindahan yang cukup memanjakan mata. Dan sejauh mata memandang, terlihat pesona daerah-daerah di sekitaran Kabupaten Karo. 

Terlihat dengan cukup gagah dan menjulang tinggi, Gunung Sinabung dengan titik tertingginya 2.460 MDPL. Sejuk dipandang mata, keindahan Pagoda Lumbini Berastagi dengan tiang-tiang berwarna kuning keemasan. Terlihat juga, tempat wisata Air Terjun Pariban di jauh di bawah kaki gunung yang cukup ramai pengunjung.

Gambar Gunung Sibabung 2460 MDPL dari Gn. Sibayak/Dok pribadi
Gambar Gunung Sibabung 2460 MDPL dari Gn. Sibayak/Dok pribadi
Sementara aku duduk terdiam dan memilih menikmati indahnya kawasan gunung Sibayak. Menenangkan diri bahwa kita hanyalah orang-orang kecil yang diberi kesempatan hidup di bumi dengan waktu yang terbatas. 

Ada harapan dan keyakinan yang kita naikkan setelah menapaki gunung. Kita akan menemukan rasa syukur yang lebih bahwa masih diberikan nafas dan waktu membawa kita naik gunung. Bahwa kita bukan mengalahkan siapa-siapa, namun hanya mengalahkan diri sendiri dan segala ketakutan kita.

Sejenak tim pendaki tadi disibukkan dengan swafoto bersama dengan teman-temannya beserta kaos yang berbeda-beda. Tak lupa juga ikut dalam diabadikan dalam swafoto mereka, kiranya semoga menjadi kenangan dan di kemudian hari bisa bertemu kembali. Kami juga bersama Nico tak lupa mengabadikan perjalanan itu dalam kamera ponsel masing-masing. 

Tampak jelas keindahan langit yang membentang maha luas, mulai dari penjuru daerah Kota Medan, Berastagi Karo dan keindahan sejauh mata memandang. Dan di puncak kami juga bertemu dengan 3 orang pendaki muda, 2 wanita dan 1 laki-laki. Diketahui bahwa lelaki itu adalah sepupu dari kedua gadis itu. Kami saling melempar senyum dan takjub bahwa keberanian dan mental seorang wanita tidak kalah dibanding laki-laki.

Gambar Swafoto di puncak gunung Sibayak/Dok pribadi
Gambar Swafoto di puncak gunung Sibayak/Dok pribadi
Di sudut pandang yang berbeda, titik ini menjadi titik balik untuk memulai semuanya dari awal. Aku membawa cerita yang kurang enak, pasca harus berpisah dengan sosok perempuan terakhir yang sekedar hadir. Namun perihal cerita pribadiku ini tidak terlalu kutunjukkan, karena mengingat komitmen dari awal pendakian. 

Tak lama setelahnya kami memutuskan untuk turun ke bawah, mengingat pendaki tadi, Bg Susa beserta temannya harus melanjutkan perjalanan kembali ke daerah masing-masing. Sesampainya di areal kawah setelah turun, kami menjabat tangan, mengucapkan selamat berjumpa kembali di lain waktu.

Menikmati nyamannya kondisi gunung, tak lama Nico mengajakku tak jauh di sebuah kawah, namun bukan kawah utama. Di sana secara pribadi, aku membuat tulisan "Demily Love Abdi" sebuah titik kerinduan untuk sang pujaan hati. 

Dengan menurunkan ego bahwasanya masih sangat merindu untuk diberi kesempatan berjumpa dan berbincang kembali. Setelah selesai, giliran Nico membuat ukiran untuk sang pujaan hati dengan menyusun batu membentuk nama sang pujaannya.

Tak lama jam semakin melaju, banyak pendaki yang semakin berdatangan ke puncak Sibayak, mulai dari pendaki keluarga, kawanan anak muda, begitu juga dengan yang pasangan. Lekas, kami turun dan kembali ke tenda dengan mengisi 2 botol tadi dengan air di sekitaran bawah kawah itu. 

Sesampainya kami di tenda kami jumpai, 4 teman kami masih empuk posisi tertidur. Segera Nico membangunkan mereka dan memberi tahu bahwa jam sudah 16.30 WIB. Dan segara mereka terkejut dan bangun dari istirahatnya.

Beristirahat sebentar melepas dahaga, kami diajak lagi mendaki ke puncak untuk menikmati keindahan ketika sunset tiba. Namun puncak yang ini, adalah puncak dengan melewati jalur kiri. Berada tepat di puncak kawah gunung Sibayaknya. Memilih istirahat 10-15 menit sebelum mendaki ke puncak lagi. Keempat teman kami sudah ngebut memaksa kami agar segera gerak dari tenda.

Pukul 17.15 WIB, kami bergerak langkah demi langkah menapaki perjalanan ke puncak. Dengan melewati jalur kiri. Kondisi jalan yang batu-batunya cukup berserakan dan memang diperlukan kehati-hatia. 

Berjalan terus dan kadang tersesat memilir jalan selanjutnya, membuat kami semakin menikmati perjalanan. Tak terasa kami tiba juga di puncak Kawah Gunung Sibayak, yang kalau penglihatan kasat mata memiliki selisih sedikit lebih rendah dengan puncak jalur kanan. Betapa kami sangat menikmati pemandangan dari sana. Kami bertemu banyak tim pendaki, yang mana mayoritas masih seumuran dengan kami kampus ternama di Sumatera Utara.

Semua pada asyik merasakan kesenangan, dan swafoto bersama dengan sesama rekan-rekannya. Kenangan langka dan mutlak harus diabadikan. Ini bagian dari sejarah juga yang harus diabadikan dan disimpan untuk kelak diceritakan kembali kepada orang terdekat, anak cucu dan teman-teman. 

Sambil menunggu sunset tiba, kami saling bergantian mengambil foto pada gunung batu yang menghadap ke arah belakang, depan dan samping gunung. Sungguh pengalaman yang tak terbayar nilainya. 

So excited dan full of enjoy. Di pukul 18.15 WIB pesona langit menunjukkan keindahannya. Sunset tiba dengan warna jingganya. Tak lupa, tim 6 serangkai berhasil menikmati indahnya sunset di puncak tertinggi kedua di Sumatera Utara, Puncak Kawah Gunung Sibayak. Segera sunset berakhir, kami lekas turun ke bawah.

Sesampainya di bawah, berjumpa tim pendaki dari Siantar yang kewalahan untuk memasang tenda, maka kami berisiatif untuk membantu, dan sebagian lagi bergerak ke tenda untuk memasak bekal makan malam. 

Segera kami memasak stok makan malam, dan sementara tim yang membantu mendirikan tenda tadi belum juga kembali ke tenda. Sembari kami memasak mie instan, teman kami nongol juga dan langsung tancap mengambil posisi makan malam. Setelah makan, kami berbincang ringan, perihal pengalaman naik dan satu per satu akhirnya tertidur dalam tenda. 

Tidur semalaman hingga terbangun di pagi harinya. Aku terbangun pertama, karena memang aku sendiri yang duluan tertidur. Keluar dari tenda menghirup udara pegunungan yang sangat sejuk dan nyaman. Sebelum akhirnya masuk kembali ke dalam tenda, ditemani sebatang rokok yang terjepit manis dalam jari.

Tak tahu mengapa gunung Sibayak mengajarkan begitu banyak pengalaman, kami sebagai orang awam yang memutuskan untuk mendaki. Bicara mengenai ketulusan dan persahabatan yang tanpa kenal latar belakang seseorang. Di sana terlalu asing untuk menolak permintaan seseorang dan umumnya semua akan saling membutuhkan. 

Momen-momen seperti ini jarang kita temui di daerah dataran rendah. Sementara dataran tinggi dan pegunungan, mayoritas orang memilih untuk saling berbagi. Bukankah itu sebuah nikmat yang harus kita syukuri dan banggakan.

Tiba-tiba mereka semua terbangun dari tidur yang panjang. Dan agenda kami di pagi ini adalah mendaki puncak Gunung Sibayak via jalur kanan, dimana kemarin siangnya sudah kami daki terlebih dahulu. 

Meneguk air putih, dan segera kami bergegas keluar tenda menikmati udara pagi. Dan tak lama kami langsung menapaki langkah demi langkah memulai pendakian dari bawah kawah tersebut. Dingin menusuk badan yang sudah terbalut dalam jaket, karena memang disana cukup dingin. 

Ternyata ada bedanya mendaki ke puncak di jam siang dan pagi. Udara lebih sejuk dan bersih di pagi hari. Melewati batu demi batu dan tak terasa sebentar lagi kami akan sampai ke Puncak tertinggi Gunung Sibayak. Spesialnya di puncak yang ini, tersedia tulisan "Gunung Sibayak 2212 Sumut Indonesia Proud To Be Sibayak Tread". Sebuah ikonik dan lambang tanda kita sudah mencapai titik tertinggi itu.

Gambar 6 Serangkai di titik 2212 MDPL/Dok pribadi
Gambar 6 Serangkai di titik 2212 MDPL/Dok pribadi
Sejenak kami menikmati view yang sangat menarik, dan suhu yang cukup sejuk menusuk badan. Dan tak terlepas kami mengambil foto dan video seadanya dikarenakan kondisi ponsel yang sekarat daya. Betul-betul menikmati keadaan gunung Sibayak dengan sangat dalam. Benar benar melirik bangga ke pada tim ini bahwa perjalanan sangat terbayarkan.  

Ke depan mungkin semua akan kembali ke kesibukan masing-masing. Untuk sekedar bercerita dan berkumpul mungkin juga akan semakin jarang. Gunung ini menjadi bukti bahwa rencana yang sesingkat-singkatnya juga akan teralisasi jika sudah waktunya. 

Cerita hiking pertama akan menjadi sejarah, kami yang rata-rata berusia di 22 tahun, menapakkan kaki di puncak tertinggi di Gunung Sibayak 2212 MDPL. Tersimpan makna, bahwa kami mayoritas usia 22 tahun dan 6 serangkai lengkap dengan bayangan dirinya tertulis di sana.

Tak lama, setelah menikmati sunrise kami bergegas turun untuk melanjutnya perjalanan berikutnya. Di tenda kami memasak bekal pagi ala kadarnya. Nasi dengan ditemani indomie seleraku. 

Setelah makan kami bergegas turun dan berdoa karena telah diberikan nikmat dan keselamatan selama di gunung. Segera kami turun dengan bawaannya masing-masing, dan tersimpan dalam hati semoga aka nada waktu kembali ke sini. Di perjalanan, kami sambil bercerita dan tertawa mesra hingga sampai di Post II, tempat pembayaran administrasi kemarin. 

Di sini kami menghabiskan seluruh stok makanan yang ada, agar bawaan juga semakin ringan. Cerita santai dan berbagi sedikit perasaan ketika berada di puncak. Semuanya dengan ceritanya maisng-masing. 

Butuh waktu hampir 30 menit untuk memasak stok tersebut, nasi ditemani beberapa bungkus mie instan. Lahap dan serbu makanan dan stok terakhir. Puas dan kenyang dengan makanan seadanya namun sangat kaya akan nikmat. Setelah itu, kami bergegas turun dengan ransel masing-masing. 

Sekarang Torang yang ketika mendaki pun tidak enak badan, sekarang sudah lihai bersemangat. Di jalan kami sambil bercerita dan terbawa tawa di perjalanan. Dan setelah sampai di Post I kami memilih ke arah pemandian Pariban di Berastagi Karo yang cukup terkenal. Menghabiskan 90 menit berjalan kami untuk sampai di pemandian tersebut. 

Ada banyak yang kami lihat selama di jalanan, mulai dari kerbau besar yang diikat melahap rumput, vegetasi tanaman yang kaya, kultur teknis tanaman ada cabai, kopi, jeruk, strawberry dan sebuah pembangkit listrik tenaga uap bumi yang dikelola oleh Kemen ESDM, Tiba di Pariban kami masuk, dan mandi di kolam pemandian.

Ada yang kolam dengan air panas dan air normal. Lekas setelah dari Pemandian di Pariban kami bertolak ke Medan dengan sebuah bus ukuran sedang. Di mobil kami memilih tidur karena sudah sangat capek selama perjalanan. 

Di jam 17.30 WIB kami sampai di Medan dan mencari makan terlebih dahulu. Segera kami bertolak ke Kecamatan Sunggal mengembalikan tenda dan semua perlengkapannya dan langsung bertolak masuk ke kampus.

Gunung Sibayak 2212 MDPL terimakasih buat cerita dan pengalamannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun