Sementara aku duduk terdiam dan memilih menikmati indahnya kawasan gunung Sibayak. Menenangkan diri bahwa kita hanyalah orang-orang kecil yang diberi kesempatan hidup di bumi dengan waktu yang terbatas.Â
Ada harapan dan keyakinan yang kita naikkan setelah menapaki gunung. Kita akan menemukan rasa syukur yang lebih bahwa masih diberikan nafas dan waktu membawa kita naik gunung. Bahwa kita bukan mengalahkan siapa-siapa, namun hanya mengalahkan diri sendiri dan segala ketakutan kita.
Sejenak tim pendaki tadi disibukkan dengan swafoto bersama dengan teman-temannya beserta kaos yang berbeda-beda. Tak lupa juga ikut dalam diabadikan dalam swafoto mereka, kiranya semoga menjadi kenangan dan di kemudian hari bisa bertemu kembali. Kami juga bersama Nico tak lupa mengabadikan perjalanan itu dalam kamera ponsel masing-masing.Â
Tampak jelas keindahan langit yang membentang maha luas, mulai dari penjuru daerah Kota Medan, Berastagi Karo dan keindahan sejauh mata memandang. Dan di puncak kami juga bertemu dengan 3 orang pendaki muda, 2 wanita dan 1 laki-laki. Diketahui bahwa lelaki itu adalah sepupu dari kedua gadis itu. Kami saling melempar senyum dan takjub bahwa keberanian dan mental seorang wanita tidak kalah dibanding laki-laki.
Di sudut pandang yang berbeda, titik ini menjadi titik balik untuk memulai semuanya dari awal. Aku membawa cerita yang kurang enak, pasca harus berpisah dengan sosok perempuan terakhir yang sekedar hadir. Namun perihal cerita pribadiku ini tidak terlalu kutunjukkan, karena mengingat komitmen dari awal pendakian.Â
Tak lama setelahnya kami memutuskan untuk turun ke bawah, mengingat pendaki tadi, Bg Susa beserta temannya harus melanjutkan perjalanan kembali ke daerah masing-masing. Sesampainya di areal kawah setelah turun, kami menjabat tangan, mengucapkan selamat berjumpa kembali di lain waktu.
Menikmati nyamannya kondisi gunung, tak lama Nico mengajakku tak jauh di sebuah kawah, namun bukan kawah utama. Di sana secara pribadi, aku membuat tulisan "Demily Love Abdi" sebuah titik kerinduan untuk sang pujaan hati.Â
Dengan menurunkan ego bahwasanya masih sangat merindu untuk diberi kesempatan berjumpa dan berbincang kembali. Setelah selesai, giliran Nico membuat ukiran untuk sang pujaan hati dengan menyusun batu membentuk nama sang pujaannya.
Tak lama jam semakin melaju, banyak pendaki yang semakin berdatangan ke puncak Sibayak, mulai dari pendaki keluarga, kawanan anak muda, begitu juga dengan yang pasangan. Lekas, kami turun dan kembali ke tenda dengan mengisi 2 botol tadi dengan air di sekitaran bawah kawah itu.Â
Sesampainya kami di tenda kami jumpai, 4 teman kami masih empuk posisi tertidur. Segera Nico membangunkan mereka dan memberi tahu bahwa jam sudah 16.30 WIB. Dan segara mereka terkejut dan bangun dari istirahatnya.
Beristirahat sebentar melepas dahaga, kami diajak lagi mendaki ke puncak untuk menikmati keindahan ketika sunset tiba. Namun puncak yang ini, adalah puncak dengan melewati jalur kiri. Berada tepat di puncak kawah gunung Sibayaknya. Memilih istirahat 10-15 menit sebelum mendaki ke puncak lagi. Keempat teman kami sudah ngebut memaksa kami agar segera gerak dari tenda.