Pukul 17.15 WIB, kami bergerak langkah demi langkah menapaki perjalanan ke puncak. Dengan melewati jalur kiri. Kondisi jalan yang batu-batunya cukup berserakan dan memang diperlukan kehati-hatia.Â
Berjalan terus dan kadang tersesat memilir jalan selanjutnya, membuat kami semakin menikmati perjalanan. Tak terasa kami tiba juga di puncak Kawah Gunung Sibayak, yang kalau penglihatan kasat mata memiliki selisih sedikit lebih rendah dengan puncak jalur kanan. Betapa kami sangat menikmati pemandangan dari sana. Kami bertemu banyak tim pendaki, yang mana mayoritas masih seumuran dengan kami kampus ternama di Sumatera Utara.
Semua pada asyik merasakan kesenangan, dan swafoto bersama dengan sesama rekan-rekannya. Kenangan langka dan mutlak harus diabadikan. Ini bagian dari sejarah juga yang harus diabadikan dan disimpan untuk kelak diceritakan kembali kepada orang terdekat, anak cucu dan teman-teman.Â
Sambil menunggu sunset tiba, kami saling bergantian mengambil foto pada gunung batu yang menghadap ke arah belakang, depan dan samping gunung. Sungguh pengalaman yang tak terbayar nilainya.Â
So excited dan full of enjoy. Di pukul 18.15 WIB pesona langit menunjukkan keindahannya. Sunset tiba dengan warna jingganya. Tak lupa, tim 6 serangkai berhasil menikmati indahnya sunset di puncak tertinggi kedua di Sumatera Utara, Puncak Kawah Gunung Sibayak. Segera sunset berakhir, kami lekas turun ke bawah.
Sesampainya di bawah, berjumpa tim pendaki dari Siantar yang kewalahan untuk memasang tenda, maka kami berisiatif untuk membantu, dan sebagian lagi bergerak ke tenda untuk memasak bekal makan malam.Â
Segera kami memasak stok makan malam, dan sementara tim yang membantu mendirikan tenda tadi belum juga kembali ke tenda. Sembari kami memasak mie instan, teman kami nongol juga dan langsung tancap mengambil posisi makan malam. Setelah makan, kami berbincang ringan, perihal pengalaman naik dan satu per satu akhirnya tertidur dalam tenda.Â
Tidur semalaman hingga terbangun di pagi harinya. Aku terbangun pertama, karena memang aku sendiri yang duluan tertidur. Keluar dari tenda menghirup udara pegunungan yang sangat sejuk dan nyaman. Sebelum akhirnya masuk kembali ke dalam tenda, ditemani sebatang rokok yang terjepit manis dalam jari.
Tak tahu mengapa gunung Sibayak mengajarkan begitu banyak pengalaman, kami sebagai orang awam yang memutuskan untuk mendaki. Bicara mengenai ketulusan dan persahabatan yang tanpa kenal latar belakang seseorang. Di sana terlalu asing untuk menolak permintaan seseorang dan umumnya semua akan saling membutuhkan.Â
Momen-momen seperti ini jarang kita temui di daerah dataran rendah. Sementara dataran tinggi dan pegunungan, mayoritas orang memilih untuk saling berbagi. Bukankah itu sebuah nikmat yang harus kita syukuri dan banggakan.
Tiba-tiba mereka semua terbangun dari tidur yang panjang. Dan agenda kami di pagi ini adalah mendaki puncak Gunung Sibayak via jalur kanan, dimana kemarin siangnya sudah kami daki terlebih dahulu.Â