Terakhir kami pamitan dengan pendaki di sebelah kami yang kami ketahui Rio dan timnya berasal dari Kota Pematang Siantar dan tak lupa memotret momen kebersamaan. Mereka hendak turun ke bawah, dan kami menapaki pendakian.
Mulai di pukul 09.45 kami memulai pendakian. Beragam latar belakang dan minim pengalaman, membawa kami meluruskan niat pendakian. Untung ada 2 orang, Nico dan Daniel sedikit banyaknya sudah pernah menglami euphoria mendaki. Menapaki perjalanan, membawa semua bekal dan ransel. Tiba di areal dekat kawah, sekitaran pukul 11.00 WIB dengan posisi angin kencang dan berkabut. Banyak pendaki memilih turun ke bawah dan memilih jalur aman.Â
Kami juga diajak kembali ke bawah turun, namun kami memilih bertahan di atas menunggu reda kabut dan berangkali angin juga semakin reda. Menikmati pemandangan dan suasana di areal kawasan dekat belerang. Sungguh, fenomena dan keindahan yang sangat luar biasa bisa menapaki pendakian Gunung Sibayak. Melihat langsung areal belerang dan kawah yang sangat historic. Nikmat Tuhan mana yang kita tidak kita syukuri hidup di dunia dengan segala keindahannya.
Sembari angin perlahan mereda dan angin mengusir kabut ke seberang gunung, suasana gunung yang semakin indah. Kami mencari lokasi mendirikan tenda yang cocok untuk bermalam 1 hari 1 malam hingga Minggu. Bergerak dan sama sama saling memantau tapak mana yang cocok untuk tempat mendirikan tenda.Â
Kami berupaya mencari lokasi yang ditutupi tanaman atau pohon-pohon untuk mencegah tenda terbang saat malam. Dan tak lama kami menemukannya. Segera menurunkan tas dan semua bawaaan, dan mulai membersihkan areal tenda tersebut. Selanjutnya membuka tas tenda dan merakit untuk mendirikannya. Mengamankan sudut tenda masing-masing, lalu memakukannya untuk mencegah tenda roboh dan menahan dengan batu biar semakin kuat.Â
Dengan kekompakan dan kerjasama kedua tenda kami berhasil kami dirikan. Segera mengambil posisi, untuk melentangkan badan untuk beristirahat. Posisi tenda yang cukup padat karena sususun yang masih kurang tertata, bersama Nico berinisiatif untuk mencari angin keluar sambil membawa 2 botol kosong untuk mengisinya jika ada terlihat mata air. Sementara keempat teman yang lain memlih untuk beristirahat di siang hari itu.
Berjalan ke areal kawah, dan menapaki areal sekitar belerang. Kami merasa takjub dengan melihat belerang secara langsung, disertai lubang belerang yang masih aktif menyembur.Â
Sebelumnya tidak ada pikiran akan menemu yang seperti ini, ternyata semua tersedia di gunung. Kami semakin menapaki jalan ke kawah, sambil berhenti di beberapa spot dan mengabadikannya dalam gambar. Di areal kawah gunung Sibayak kami berjumpa dengan sesama pendaki lokal. Dan singkat cerita kami ketahui mereka juga masih mahasiswa tingkat akhir yang masih disibukkan dengan skripsian.Â
Banyak orang yang kita temui di gunung dan membawa masing-masing ceritanya ke sana. Sejenak kami merasa kompak dan mengambil foto kebersamaan di sana. Dan mereka juga yang mengajak kami untuk mendaki hingga ke puncak Sibayak di jalur kanan, dan sejenak kami hendak ingin menolak karena meninggalkan 4 orang teman kami di tenda.
Sementara Nico kukuh mengajakku menapaki puncak itu duluan. Dan singkat cerita kami mengikuti jejak pendaki itu. Langkah demi langkah menapaki dakian ke puncak, ternyata membawa kami menginjakkan kaki perdana di titik 2212 MDPL. Begitu Sibayak memiliki pesona yang sangat luar biasa. Keindahan yang cukup memanjakan mata. Dan sejauh mata memandang, terlihat pesona daerah-daerah di sekitaran Kabupaten Karo.Â
Terlihat dengan cukup gagah dan menjulang tinggi, Gunung Sinabung dengan titik tertingginya 2.460 MDPL. Sejuk dipandang mata, keindahan Pagoda Lumbini Berastagi dengan tiang-tiang berwarna kuning keemasan. Terlihat juga, tempat wisata Air Terjun Pariban di jauh di bawah kaki gunung yang cukup ramai pengunjung.