Mohon tunggu...
Abdillah Hasan W
Abdillah Hasan W Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Someone who want to be better person

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030132

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jangan Normalisasi Lagi Budaya Patriarki!

30 Juni 2021   12:02 Diperbarui: 30 Juni 2021   12:15 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: herstory.co.id

Menurut sudut pandang orang zaman dahulu umur 19 tahun adalah umur yang cukup tua untuk memiliki suami, maka dari itu beberapa perempuan ada yang menikah dibawah umur 15 tahun. Bagi mereka yang tidak menikah di umur seperti sebayanya akan dicap sebagai perawan tuwo. 

Setelah emansipasi wanita ditegakkan stereotip tersebut masih saja melekat dalam pola pikir masyarakat. Terutama bagi perempuan yang mengejar cita-cita mereka dan mengesampingkan urusan perjodohan. Berawal dari stereotip perawan tuwo banyak anak perempuan yang diminta untuk segera menikah, mengesampingkan cita-cita. Bahkan ada juga yang diminta tidak usah melanjutkan pendidikan dan menikah saja.

Stereotip budaya patriarki di era memang merujuk pada suatu tatanan kehidupan yang kuno dan bersifat diskriminatif. Pada era modern patriarki tersebut berkembang menjadi sebuah budaya yang menjurus pada cara berpikir. Patriarki Jawa pada masa lalu lebih condong pada sudut pandang kaum laki-laki yang memiliki banyak keunggulan dan kekhawatiran stereotip perawan tuwo. 

Berbeda dengan era modern, budaya yang berkembang terwujud dalam pola berpikir yang mengarah pada labeling. Misalnya saja perempuan yang pulang malam atau sering keluar di malam hari dianggap perempuan yang tidak benar padahal kenyataannya belum tentu dia melakukan hal yang tidak benar. 

Pandangan dan pola pikir masyarakat yang sulit untuk menerima perkembangan zaman dan hanya berpaku pada budaya lama tanpa adanya peningkatan cara berpikir membuat kaum perempuan pun merasa dirugikan. 

Di era mienial ini dunia seolah hidup selama 24 jam tanpa henti dengan berbagai aktivitas manusia di dalamnya. Budaya patriarki jawa yang sering berburuk sangka memang dapat diambil sisi baiknya, yaitu perempuan akan menghindari perbuatan maksiat. Akan tetapi pola pikir seperti itu tentunya akan merugikan kaum perempuan sebab pulang malam juga menjadi hak semua orang, termasuk menghabiskan waktu untuk bekerja hingga larut malam.

Budaya patriarki di atas tidak sepenuhnya dapat disalahkan atau dianggap menyesatkan karena pada dasarnya budaya patriarki yang berkembang memiliki sisi positif dan negatifnya masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun