Sebuah hadis mengatakan: “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu.”
Riwayat selengkapnya dari hadis tsb adalah sbb: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi.” Ada seorang sahabat bertanya; ‘bagaimana maksud amanat disia-siakan? ‘ Nabi menjawab; “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu.” (BUKHARI – 6015)
Hadis tsb berlaku universal dan sudah sangat dikenal oleh semua orang yang mempelajari agama Islam. Di manapun kita berada tentu kita pernah melihat bagaimana urusan dalam bidang apa saja menjadi hancur berantakan alias gagal total hanya karena dipegang atau dipimpin oleh orang yang memang bukan ahlinya.
Dalam urusan yang terkait dengan pemerintahan Negara, jika dipimpin oleh seorang pemimpin yang bukan ahlinya maka Negara tsb akan hancur. Jika dikaitkan dengan pemerintahan daerah seperti DKI Jakarta, maka di masa lalu kita pun bisa melihat bagaimana berbagai urusan yang meyangkut kepentingan warga DKI menjadi tidak beres, dan semua itu disebabkan oleh pemimpin yang bukan ahli dalam bidangnya.
Hadis tsb seharusnya dijadikan pegangan bagi orang-orang yang berambisi untuk menjadi pemimpin agar mengukur diri sebelum mencalonkan diri ntuk menjadi kepala daerah atau kepala Negara. Mereka harus berkaca dulu apakah diri mereka memang ahli dalam bidang pemerintahan ?
Jika tidak mengukur diri atau berkaca dulu dan hanya berbekal khayalan serta desakan dari pihak-pihak tertentu, maka kita tidak usah heran jika melihat adanya orang-orang yang mencalonkan diri sebagai pemimpin daerah itu terdiri dari orang –orang terkenal yang bidang ilmunya tak ada kaitannya dengan pemerintahan Negara. Misalnya, penyanyi dangdut, pemain band, pengacara, dll.
Bagi seorang ustads hadis di atas bukan saja sudah dihafal luar kepala tetapi juga sering menjadi bagian dari isi ceramah yang mempesona para jamaah mereka. Masalahnya adalah apakah para ustadz tsb sudah memberi contoh bagaimana menerapkan hadis tsb di dalam kehidupan sehari-hari ?
Sehebat apapun seorang ustadz jika tidak memiliki ilmu yang terkait dengan bidang pemerintahan, maka ia dapat digolongkan sebagai orang yang bukan ahli untuk mengurus pemerintahan. Apalagi jika ia memang tidak memiliki pengalaman sebagai pemimpin di suatu daerah.
Menjelang Pilkada termasuk Pilgub DKI 2017, orang-orang yang memiliki popularitas biasanya akan menghadapi godaan dalam bentuk desakan dari berbagai pihak untuk mencalonkan diri sebagai salah satu bakal cagub.
Ada berbagai motif ketika pihak-pihak tertentu mendesak seseorang yang memiliki popularitas untuk mencalonkan diri sebagai bakal cagub DKI. Salah satu motif tsb yang akhir-akhir ini terlihat jelas adalah motif kebencian. Mereka ingin agar calon yang mereka tidak sukai tapi mampu menjadi Gubernur DKI (ahli) bisa dikalahkan oleh bakal cagub mereka yang terkenal itu.
Ternyata salah satu orang yang kini mendapat godaan untuk maju sebagai bakal cagub DKI adalah orang yang terkenal dalam bidang agama Islam. Dia adalah ustadz Yusuf Mansur yang terkenal dengan julukan Ustadz sedekah.
Sudah tentu harapan masyarakat dan para jamaahnya adalah agar ustadz tsb jangan sampai lupa dengan hadis yang mengatakan: “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu.”
Dengan kata lain Yusuf Mansur seharusnya mengoreksi diri apakah dirinya menguasai bidang ilmu pemerintahan dan apakah selama ini ia memiliki pengalaman sebagai pemimpin di suatu daerah selain sebagai pemimpin agama ?
Sudah sering kali kita melihat bagaimana orang-orang terkenal tidak kuat menghadapi godaan ketika didesak untuk maju sebagai bakal cagub DKI. Mereka bukan saja tidak kuat melawan godaan tsb, tapi juga merasa lebih pintar dari cagub DKI incumbent dan nekad mengecam kebijakan bakal cagub DKI incumbent tsb yang sebetulnya memang menguasai bidang pemerintahan dan memiliki pengalaman kerja yang hasilnya sudah bisa dirasakan warga.
Apakah Yusuf Mansur akan sama seperti para bakal cagub lain yang tergoda untuk ikut maju sebagai bakal cagub DKI ? Jawaban dari pertanyaan ini bisa kita simpulkan dari pernyataan Yusuf Mansur ketika menjadi penceramah dalam sebuah majelis di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Minggu (24/4/2016).
"Bila ditawari (jadi cagub DKI) ambil. Namun, nawar-nawarin diri, masya Allah, janganlah," kata Yusuf Mansur (kompas.com:24-4-2016)
Sumber: eramuslim.com & kompas.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H