Jika perbuatan yang salah diumpamakan seperti penyakit kanker, maka kesalahan tsb juga ada tingkatan atau stadiumnya. Â Stadium tsb adalah sebagai berikut:
Stadium 1 = Melakukan kesalahan,
Stadium 2 = Melakukan kesalahan tapi tidak merasa bersalah,
stadium 3 = Melakukan kesalahan tapi tidak merasa bersalah dan lebih dari itu malah menyalahkan orang lain.
Silakan anda simpulkan sendiri, kira-kira Fahri Hamzah termasuk stadium yang mana ketika PKS memecatnya dari semua jenjang kader PKS. Fahri Hamzah yang tidak terima dengan pemecatannya tsb mengatakan, akan tetap di PKS dan dia menggugat pimpinan PKS ke pengadilan karena ingin menunjukkan orang yang memecatnya itulah yang salah.
Seperti telah diberitakan, Fahri resmi dipecat melalui putusan Majelis Tahkim No.02/PUT/MT-PKS/2016 yang menerima rekomendasi BPDO, memberhentikan Fahri dari semua jenjang keanggotaan partai. Presiden PKS Sohibul Iman menyatakan, Fahri gagal menonjolkan karakteristik partai yang mengedepankan dakwah melalui kedisiplinan dan kesantunan (mediaindonesia.com:19-4-2016).
Perlu diingat pula bahwa reaksi dari masyarakat ketika mendengar berita pemecatan Fahri tsb pada umumnya justru cenderung mendukung tindakan pimpinan PKS karena mereka merasa sebal dengan sesumbar dan sepak terjang Fahri Hamzah selama ini. Misalnya saja ketika dia mengatakan Jokowi sinting, KPK harus dibubarkan, membela Setyo Novanto dalam kasus papa minta saham, dll. Reaksi dari masyarakat tsb menunjukkan bahwa mereka tahu siapa yang benar di antara Fahri Hamzah dan Pimpinan PKS.
Sebelum dan sesudah dipecat, ternyata Fahri tetap konsisten untuk menebar sesumbar dengan mengatakan, proses pemecatan terhadap dirinya tidak masuk akal dan cacat hukum, jika alasannya adalah karena sering berbeda pendapat dengan pimpinan partai.
Di masa PKS masih dipimpin oleh Anis Matta, menurut Fahri Sohibul Iman pernah jadi oposan yang berbeda pendapat dengan pimpinan PKS tsb. Â Mengapa sekarang dirinya yang berbeda pendapat dengan pimpinan PKS saat ini harus dipecat ?
Ketika Sohibul Iman berbeda pendapat dengan Anis Matta, dia tidak dipecat dari PKS karena pimpinan saat itu berpendapat, perbedaan pendapat adalah obat bagi kemajuan PKS. Di masa kepemimpinan PKS saat ini perbedaan pendapat justru dipecat.
Fahri Hamzah barang kali lupa berpikir bahwa perbedaan pendapat itu sampai sekarang masih menjadi obat bagi kemajuan PKS dan bagi kita semua. Perbedaan pendapat yang dilakukan Fahri Hamzah pun tetap bisa menjadi obat.
Masalahnya sekarang pimpinan PKS sudah menganggap obat yang diracik Fahri Hamzah itu sudah over dosis yang membahayakan perkebangan citra PKS. Karena obat yang over dosis itulah makanya Fahri Hamzah dipecat.
Sumber: mediaindonesia.com:19-4-2016
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H