Mohon tunggu...
Humaniora

Perbedaan Mazhab dalam Syi'ah

1 Oktober 2018   15:51 Diperbarui: 1 Oktober 2018   15:59 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Nama dua belas (Itsna Asyariyah) ini mengandung pesan penting dalam tinjauan sejarah, yaitu bahwa golongan ini terbentuk setelah lahurnya semua imam  yang berjumlah dua belas, kira-kira pada tahun  260 H/878 M. Imam kedua belas Muhammad Al-Mahdi, dinyatakan gaibah (occultation oleh para pengikut sakte ini, Muhammad Al-Mahdi bersembunyi di ruang bawah tanah rumah ayahnya di samarra dan setelah itu tidak kembali lagi. Kembalinya Imam Muhammad Al-Mahdi ini selalu ditunggu-tunggu pengikut sakte Syi'ah Itsna Asariyah dan ciri khas kehadirannya adalah sebagia ratu adil  yang akan turun pada akhir zaman. Oleh karena itu  Muhammad Al-Mahdi di juluki sebagai Imam Mahdi Al-Muntanzhar (yang ditunggu).

Syi'ai imamiah menghubungkan dengan sunnah segala sesuatu yang bersumber dari para imam mereka  yang dua belas, beruapa perkataan dan taqrir.

Perbandingan Mazhad Tentang Syi'ah

"Aku Syi'ah dalam agama asalku dari kota Mekkah Kampungku Askalan bernama kelahiranku baik dan megah. Mazhabku baik, aliranku indah memuncak naik keangkasa tidak sukar tetapi mudah, mengatas alam manusia"

Syair diatas itu termuat dalam kitab "Manaqib Assy-Syafii" karangan Al-Fakhrur Razi, hal 51, dimuat kembali dalam kitab "Al-Imam As-Shadiq wal Mazahibil Arba'ah" jilid 1 hal.231.Terkala ia dituduh Rafdhi oleh Yahya bin Mu'in dengan alasan bahwa syafi'i banyak mengambil hadits dari Ali bin Abi Thalib, Syafi'i bersyair pula menentangtuduhan itu dalam beberapa baris syair yang terakhir ia berkata.  "Jika aku dituduh Rafdhi, karena mencintai keluarga Muhammad, Qur'an dan sunnah menjadi saksi, rela menjadi Rafdhi selamat" (hal yang sama). Kecaman yang lain yang menuduh syafi'i mewakili Ahlil Bait juga berasal dari Ibn Mu'in, yang memuat Al-Mazani pada suatu hari bertanya kepada Syafi'i : Engkau mewakili Ahlil Bait..?" Ketika itu Syafi'i bersyair, "telah lama aku sembunyikan kini kujawab pertanyaanmu yang bertanya seakan-akan, orang ajam ialah kamu Aku sembunyikan kecintaanku dalam bentuk putihbersih, agar supaya ua sejahtera selamat dari cela selisih".

Banyak sekali kecaman-kecaman terhadap Syafi'i, sebagian besar berasal  dari Yahya bin Mu'in, seoarang parawi hadits yang terkenal, yang meninggal di Bagdad pada tahun 233 H . dan yang terkenal nama Ibn Aum Al-Ghadafani. Karena telitinya dalam hadits ia pernah mendapat pujuan dari Ahmad bin Hambal. Tetapi tuduhannya bahwa Syafi'i banyak menggunakan hadits-hadits yang dhaif dan yang berasal dari orang-orang yang berbuat bid'ah.

Tatkala selisih faham terjadi antara ulama-ulama Irak, yang mengutamakan ra'yi dan qitas dalam penetapan hukum karena kekurangan bahan hadits, dengan ahli haditsyang terdiri pada ulama-ulama Madinah. Maka dari itu Syafi'i menyusun dirinya kepada rombongan ulama-ulama Ahli Hadits, terutama  gurunya Imam Malik bin Anas dan temen-temennya, terutama dari mereka seperti Imam Zaid bin Ali, Iman Ja'far bin Muhammad As-Shadiq, Imam Malik dan sebagianya. Semua orang yang sedikit menggunalan qiyas dan ra'yi dalam menetapkan hukum. Syafi'i banyak menggunakan fikiran-fikaran yang berasal dari orang-orang teesebut. Yang di anggap terlebih dahulu dan lebih mengetahui daripadanya.

Sudah kita katakan mazhab Syafi'i adalah mazhab yang menengah antara aliran menggunakan sunnah dan aliran yang menggunakan fikiran dalam menetapkan hukum. Makda dalam kehidupan sehari-hari dapat kita pisahkan pada mula pertama dua aliran dan cara berfikir, pertama cara Irak terdekat pada faham Abu Hanifah di sebut fengan "Qoul Qadim". dan yang kedua cara cara Imam Malik berfikir yang berpegang kehadits saja, dan dengan pengalaman daripada kedua golongan fikiran ini kemudian di Mesir, menciptakan suatu pendekatan cara berfikir, yang dinamakan "Qoul Jadid". Ahmad Amin dalam "Dhuhal Islam" (Mesir 1952 M), III : 219 berkata bahwa riwayat yang menceritakan Imam Syafi'i itu pernah menganut Syi'ah bermacam-macam. Ada yang mengatakan ketika ia di Yaman, ada yang mengatakan sesudah ia kembali ke Hejaz, Ibn Abdul Bar menceritakan, bahwa ia emang mendekati Syi'ah dan condong kepada bersumpah setia kepada golongan Alawiyyin ketika itu di Hejaz. Tetapi semuanya membenarkan bahwa Syafi'i bersimpati dengan Syi'ah ketika ia di Yaman. Pernah perkarah ini di kemukakan kepada pengadilan Harun Ar-Rosyid, tetapi Sultan ini kemudian membebaskan tuduhan terhadam Imam Syafi'i itu (Ibn Abdul Bar Al-Intiqa' hal. 95) yang demikian itu terjadi dalam tahun 184, sedangkan umus Imam Syafi'i adalah 34 tahun. Syafi'i berangkat ke Bagdad tahun 195 dan tinggal disana selama dua tahun, kemudian kembali ke Mekkah, kemudian pergi lagi ke Bagdad tahun 197 dan tinggal selama satu bulan di sana. Barulah kemudian dalam tahun 199 H, ia berangkat ke Mesir sebagaimana yang sudah kita ceritakan di atas dalam tahun 199 dan ia wafat di sana pada tahun 204 H. (II : 220).

Sepanjang sejarah jarang orang-orang dari Ahli Sunna  menyelidiki  mazhad Syi'ah ini dari sumbernya, dari kitab-kitabnya yang ditulih oleh anak-anak Syi'ah sendiri dan melihat serta mempelajari dalam pergaulan dengan mereka. Kecaman-kecaman terhadap Syi'ah yang terdapat dalam kitab-kitab pengarah ahli sunnah kebanyakan berasal dari ungkapan-ungkapan mereka sendiri yang sambung-menyambung di kupas dibicarakan, jarang yang mau mempelajari benar-bear dan tidaknya sesuatu tuduhan dari kitab-kitab yang di tulis oleh ulama-ulama Syi'ah sendiri dan mencocokan keterangan-keterangan itu dengan Al-Qur'an dan Sunnah Rasul.

Fatwa ini diserahkan dengan resmi oleh Syeih Mahmad Syaltut kepada Ustad Muhammad Taqyul Qummi sekertaris umum  dari Darut Taqrib Bainal Mazahibil Islamiyah dengen perintah agar fatwa membolehkan beribadat dengan mazhab Syi'ah ini disiarkan secara luas, dengan demikian selesailah persoalan perdebatan antara ahli sunnah wal Jama'ah dengan syi'ah Imamiyah, di selesaikan oleh seoarang  Syaikhul Azhar kaliber besar Muhammad Syalfut.

Syi'ah Sab'iah (syi'ah tujuh)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun