Mohon tunggu...
abdasis
abdasis Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

sholat adalah salah satu kunci kesuksesan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gerakan Ekonomi Islam Kontemporer terhadap Perkembangan

13 Oktober 2023   21:10 Diperbarui: 13 Oktober 2023   21:12 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

untuk mengeksplorasi sudut pandang berpikir Berger. Konstruksi Sosial atas Realitas: Risalah Sosiologi Pengetahuan (1966, bersama Thomas Luckmann) (Indonesia: Interpretasi Sosial atas Realitas, Risalah Sosiologi Pengetahuan, LP3ES, Jakarta, 1990) dan The Sacred Canopy: Elements of a Sociological Teorema (1963) adalah beberapa contoh dari sekian banyak karya sosiologi yang dibentuk oleh perspektif Berger.[2]

 Dalam penelitian Astika Nur Fahriani dan Nila Asyrofus Shofara disebutkan bahwa Adam Smith, yang dianggap sebagai bapak ilmu ekonomi modern, adalah orang pertama yang mengajukan ide-ide yang akan membentuk bidang ilmu ekonomi pada tahun 1776. Masalah-masalah ekonomi setiap generasi berkembang dengan cepat, mencakup beragam topik seiring dengan berkembangnya bidang tersebut. Keyakinan agama mempunyai dampak signifikan terhadap ekspansi ekonomi. 

Memang benar, agama yang berdasarkan pada ajaran agama, moral, dan etika mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku, pengambilan keputusan, dan pengambilan keputusan manusia dalam kegiatan ekonomi. Hal ini memunculkan kajian ilmu ekonomi modern yang berbasis agama, yang memadukan ilmu ekonomi dengan prinsip-prinsip ajaran agama yang bersifat universal dan dinamis. Kajian ini unik karena tidak mengikuti model ekonomi sekuler yang dapat berujung pada pembusukan moral, hilangnya nilai-nilai etika dan budaya, eksploitasi, kolonialisme, perilaku toleran, dan konsolidasi kekuasaan oleh kapitalis besar.[3]

 Dalam penelitian L. Yulia yang disampaikan oleh Jati, Dijelaskan bahwa salah satu aspek penting dari aktivitas organisasi kelas menengah adalah kemampuan mereka untuk menginspirasi masyarakat umum melalui aktivisme online. Pada pemilu 2014, partisipasi kelas menengah dalam memulai percakapan dan menyampaikan pendapat di media sosial sangat terlihat. Beberapa akademisi, termasuk sejarawan ekonomi Adelman dan Morris (1967) dan Landes (1998), berpendapat bahwa perekonomian Inggris dan benua Eropa tumbuh lebih pesat pada abad ke-19, sebagian disebabkan oleh kontribusi kelas menengah. 

Weber menghubungkan status kelas dengan pertumbuhan pasar dalam bukunya "Economy and Society." Menurut Weber, gagasan tentang kelas menengah bersifat ambigu karena mencakup berbagai kepentingan kelas. Namun, istilah borjuasi kecil sering digunakan untuk menggambarkan kelas menengah, yang memainkan peran penting dalam perekonomian. Namun istilah ini tidak selalu berlaku karena adanya peran ganda kelas menengah dalam masyarakat sebagai kelas rekreasi dan intelektual. Keberagaman kelas menengah ini menunjukkan betapa berbedanya peran sosial yang mereka mainkan. 

Kekayaan sumber daya yang tersedia bagi kelas menengah -- dalam hal konsumsi, produksi dan ide -- membantu mempercepat pembangunan ekonomi. Penekanan utamanya adalah pada rasionalitas dalam upaya memaksimalkan keuntungan dan mengembangkan real estate. Menurut Weber, kepemilikan barang-barang tersebut membedakan pemiliknya dengan orang lain, sehingga memberikan prestise pada kelas menengah. Perspektif Calvinis dan Metodis yang mendukung gagasan predestinasi mempengaruhi rasionalitas dalam mencoba.

Pembangunan ekonomi erat kaitannya dengan unsur moral dan intelektual -- seperti asketisme dan ketekunan -- yang bersumber dari pemahaman agama. Selain membantu membentuk kelas sosial melalui akumulasi modal, keduanya dianggap sebagai komponen penting dalam mencapai kebahagiaan, baik di Bumi maupun di luarnya. Agama diyakini menjadi komponen spiritual yang sangat mempengaruhi etika ekonomi. Hal ini menjadikan kapitalisme sebagai ideologi ekonomi di sejumlah negara Eropa saat itu dan sangat membantu perkembangan ekonomi mereka.[4]

Penelitian yang dilakukan oleh Sugeng Santoso menjelaskan berbagai permasalahan yang dihadapi dunia Islam saat ini pasca runtuhnya Kesultanan Ottoman di Turki pada tahun 1924. Dengan munculnya sejumlah permasalahan yang menimpa dunia Islam, beberapa pemikir Islam mulai merumuskan konsep-konsep yang dipinjam dari Al-Quran dan Hadits untuk mengatasinya. masalah. Para ekonom dan cendekiawan Islam mencapai konsensus pada awal tahun 1980an mengenai sejumlah prinsip dasar ekonomi Islam, termasuk Tauhid (keesaan Tuhan), Khilafah (kepemimpinan Islam), Ibaat (ibadah) dan Takaful (solidaritas sosial). 

Meskipun ada kesepakatan mengenai prinsip-prinsip dasar ini, terdapat perbedaan dalam cara memahami istilah-istilah dan konsep-konsep tertentu dalam Al-Quran dan Sunnah, dalam cara teori dan sistem ekonomi Islam dikembangkan, dan dalam cara memahami karakteristik uniknya. Para sarjana ekonomi Islam saat ini sepakat mengenai prinsip-prinsip dasar Syariah Islam, yang didasarkan pada Al-Quran dan Sunnah, meskipun terdapat perbedaan di beberapa bidang. 

Muhammad Abdul Mannan, awalnya seorang ekonom Bangladesh, adalah tokoh kunci dalam perkembangan ekonomi Islam. Ia memperoleh gelar doktor di bidang ekonomi dari Michigan State University pada tahun 1973, setelah memperoleh gelar master di bidang tersebut dari Universitas Rajashi pada tahun 1960. Salah satu buku teks pertama tentang ekonomi Islam adalah terbitannya pada tahun 1970, "Ekonomi Islam, Teori dan Praktek". 

Pada masa dimana ekonomi Islam masih dalam tahap awal pengembangan dan pencarian formula, Mannan mampu memberikan kontribusi penting dalam menggambarkan kerangka dan karakteristik ekonomi Islam. Mannan menerbitkan buku kedua, The Making of Islamic Economy, pada tahun 1984, seiring dengan berkembangnya luas dan mendalamnya diskusi ekonomi Islam seiring berjalannya waktu. Buku ini dianggap sebagai upaya yang lebih mendalam dan serius untuk menjelaskan perspektif ekonomi Islam.

  • Mannan tidak setuju dengan gagasan "harmoni kepentingan" yang dikemukakan oleh teori Adam Smith. Ia percaya bahwa gagasan bahwa pasar akan menyeimbangkan kepentingan adalah sebuah ilusi karena orang pada umumnya ingin mendominasi orang lain. Orang lain akan menderita jika dorongan ini tidak dikendalikan. Hal ini mencerminkan kondisi kapitalisme saat ini, yang ditandai dengan dominasi kepentingan aktor-aktor berkuasa baik dalam alat produksi maupun distribusi kekuasaan.
  •  
  • Mannan menolak perspektif Marxis. Di matanya, teori perubahan Marxis tidak akan membawa perubahan yang baik. Teori Marxis hanyalah sebuah reaksi terhadap kapitalisme dan, jika ditinjau lebih dekat, dapat dilihat sebagai solusi yang tidak memadai. Faktanya, teori Marxis dikaitkan dengan kecenderungan yang tidak manusiawi karena mengabaikan aspek sifat manusia, seperti beragam kemungkinan yang dimiliki setiap manusia dan harus dihormati dengan pengakuan yang berarti.
  •  
  • Mannan mengusung gagasan observasi data sejarah dan wahyu sebagai pengganti paradigma positivis neoklasik. Argumen ini sebenarnya bertentangan dengan keyakinannya bahwa paradigma neoklasik harus ditinggalkan dan digantikan dengan metode ilmiah, termasuk observasi empiris terhadap data sejarah.[5]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun