Mohon tunggu...
Abdal Qurunul Bahri
Abdal Qurunul Bahri Mohon Tunggu... Penulis - Article Writing

Menulis tidak lain adalah cara bagaimana saya menyampaikan kebahagiaan. Support me: https://sociabuzz.com/abdalqb

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengurangi Ekspektasi Tinggi: Menemukan Keseimbangan Dalam Hidup

10 Juli 2023   03:20 Diperbarui: 10 Juli 2023   06:16 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terkadang kita sering merasa tertekan atau kecewa karena ekspektasi yang terlalu tinggi? Banyak dari kita yang sering mengalami hal ini. Ketika kita memiliki harapan yang tidak realistis terhadap diri sendiri, orang lain, atau situasi, kita rentan terhadap stres, kekecewaan, dan perasaan tidak puas. Namun, mengurangi ekspektasi tinggi bukan berarti kita harus menyerah pada ambisi atau menghilangkan impian kita. Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana mengurangi ekspektasi tinggi dan menemukan keseimbangan dalam hidup kita.

Tentukan Ekspektasi Realistis

Penting untuk kita memahami bahwa mengurangi ekspektasi tinggi tidak berarti mengurangi ambisi atau tujuan. Sebaliknya, ini adalah tentang memiliki perspektif yang realistis tentang kemampuan dan keterbatasan kita. Evaluasilah ekspektasi kita dengan objekif. Tanyakan pada diri sendiri apakah ekspektasi tersebut masuk akal dan dapat dicapai dalam jangka waktu yang realistis. Jika tidak, pertimbangkan untuk menyesuaikan ekspektasi kita agar lebih realistis dan mudah untuk dijangkau.

Fokus Proses Bukan Hasil

Banyak dari kita terjebak dalam memikirkan hasil akhir yang diinginkan, tanpa memperhatikan proses yang diperlukan untuk mencapainya. Daripada hanya berfokus pada tujuan akhir, cobalah mengalihkan perhatian kita pada langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan memprioritaskan proses, kita akan lebih mudah menyesuaikan ekspektasi dan menikmati perjalanan menuju pencapaian kita.

Menerima Keterbatasan

Setiap orang memiliki keterbatasan, baik secara fisik maupun mental. Penting untuk kita mengenali dan menerima keterbatasan tersebut. Mengharapkan diri sendiri untuk menjadi sempurna atau melakukan segalanya dengan sempurna adalah ekspektasi yang tidak realistis. Berikan diri kita izin untuk membuat kesalahan, belajar dari kesalahan, dan terus berkembang. Ketika kitaa menerima keterbatasan, kita akan lebih mampu mengurangi ekspektasi yang tidak realistis.

Banyak Berkomunikasi

Ketika kita memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap orang lain, seringkali kita merasa kecewa saat mereka tidak memenuhi harapan kita. Penting untuk berkomunikasi dengan jelas dan terbuka mengenai apa yang kita harapkan dari orang lain. Jangan menganggap bahwa orang lain tahu apa yang kita inginkan atau harapkan tanpa memberi tahu mereka. Komunikasi yang baik dapat membantu mengurangi konflik dan ketidakpuasan yang disebabkan oleh ekspektasi yang tidak realistis.

Fokus Pada Hal Yang Dapat Di Kontrol

Ekspektasi tinggi terjadi ketika kita mencoba mengendalikan hal-hal di luar kendali kita. Daripada harus membuang energi dan perasaan frustrasi pada hal-hal yang tidak dapat kita kontrol, fokuslah pada hal-hal yang dapat kita kontrol. Identifikasi faktor-faktor yang dapat kita ubah atau tangani, dan berikan yang terbaik dari diri kita dalam hal itu. Ini akan membantu kita mengurangi tekanan dan kekecewaan yang timbul akibat ekspektasi yang tidak realistis.

Dalam hidup, penting untuk memiliki ambisi dan tujuan yang tinggi, tetapi juga penting untuk mengurangi ekspektasi yang tidak realistis. Dengan menentukan ekspektasi yang realistis, fokus pada proses, menerima keterbatasan, berkomunikasi dengan orang lain, dan fokus pada hal-hal yang dapat kita kontrol, kita dapat menemukan keseimbangan yang sehat dalam hidup. Ingatlah bahwa setiap perjalanan dimulai dengan langkah pertama yang realistis, dan setiap pencapaian dimulai dengan ekspektasi yang seimbang.

Terima kasih sudah membaca artikel ini. Semoga kita selalu diberikan kesehatan dan kebahagiaan. Support kalian adalah suatu kehormatan dan perubahan positif bagi saya. Mohon berikan dukungan dan suoport nya untuk blog ini agar bisa terus berkembang dan terus memberikan artikel-artikel yang bermanfaat lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun