Jejak pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang paling besar dalam sejarah umat manusia itu, membuat Ibrahim menjadi nabi dan rasul yang mengisahkan tauladan bagi segenap ummat manusia di jagat raya ini. Berbagai peristiwa yang dialami oleh beliau harus dimaknai sebagai pesan simbolik agama, yang mengandung pelajaran berarti dalam kehidupan ini.
Sebagai mahluk yang memiliki kodrat menusiawi, mengikuti keseluruhan pengorbanan seorang nabi Ibrahim sesuai kisah di atas mungkin rasanya sulit dimanifestasikan.
Cara terbaik yang dapat dilakukan adalah memahami makna terdalam dari sosok Ibrahim a.s untuk dijadikan sebagai tauladan dalam keseharian intaraksi spiritual maupun sosial. Ibrahim a.s. sukses memadukan dua sisi kehidupan yang harmoni, yakni sebagai seorang pengusaha kaya yang memiliki ribuan ternak, namun kulitas iman dan taqwanya kepada Allah dengan mengorbankan harta bahkan nyawa anaknya sekalipun, menjadikannya sebagai manusia terbaik dihadapan Allah.
Tingginya tingkat ketaatan nabi Ibrahim dalam menjalankan perintah Allah dan putranya Ismail yang tunduk dan patuh terhadap orang tuanya menunjukkan pribadi orang tua dan anak yang beriman dan berakhlaklakul karimah. Keteladanan mereka penting dipedomani dalam mensikapi setiap permasalahan yang melingkupi semua sisi kehidupan ini.
Termasuk permasalahan akut generasi milineal yang saat ini terjebak dalam penyakit sosial seperti, penyalahgunaan narkotika, sabu-sabu, minuman oplosan serta obat-obat terlarang lainnya. Juga kejahatan kemanusiaan seperti tindakan pemerkosaan, pembunuhan, perkelahian dan kriminal lainnya.
Fenomena sosial tersebut, tidak lain hanyalah menunjukkan bahwa semakin jauhnya masyarakat daerah ini dari dimensi ketaqwaan dan berdampak pada lemah dan rapuhnya “ketahanan mental”, ”etos sosial” dan kekuatan moral generasi.
Ibrahim a.s juga menyadarkan kita bahwa Allah adalah pemilik tunggal harta kekayaan. Kemewahan, jabatan dan kekuasaan adalah titipan Allah, yang harus disyukuri dan dikorbankan sebagai bentuk kepakaan terhadap kemaslahatan hidup orang banyak.
Dimasa pandemi covid 19 yang belum mereda ini, kepekaan sosial menjadi berarti terutama pada mereka yang hidup berkurangan materi. Kepekaan sosial turut memberikan rasa bahagia dan kenyamanan bagi atas penderitaan dan kesulitan yang dihadapi. Sementara rasa bahagia, merupakan vitamin penguat kekebalan tubuh manusia agar tidak mudah tertular dengan penyakit.
Untuk itu di tengah krisis ekonomi akibat pandemi ini, cara terbaik kita adalah menjadi peribadi sederhana sebagaimana tauladan Ibrahim dengan mengenyamping nafsu keduniaan dan lebih memilih hidup sederhana. Islam mengajarkan konsep kesederhanaan dengan mengutamakan kebutuhan daruriyah yang sifatnya mendesak, ketimbang hijjiah dan tahsiniyah yang hanya sebagai penunjang dan pelengkap. Sehingga uang yang dibelanjakan harus sesuai dengan kebutuhan bukan karena kemauan.
Dengan begitu, maka rasa kepuasan dan bahagia akan bisa terwujud sesuai dengan nikmat yang Allah berikan tanpa harus memaksakan diri untuk memiliki diluar batas kemampuan kita, yang pada akhirnya menimbulkan perasaan kesemburuan sosial, emosi dan kecemasan sebagai potensi seseorang terserang penyakit.
Semoga dengan memaknai keteladanan Ibrahim, menjadikan kita pribadi yang baik dihadapan Tuhan maupun bersahaja dihadapan sesama. Wallahu’alam Bissawab.