[caption id="attachment_368349" align="aligncenter" width="491" caption="Panser Badak Produksi PT. Pindad (foto; merdeka)"]
Masih segar di ingatan kita saat Jokowi masih menjabat Walikota Solo? Ia melakukan gebrakan dengan menggunakan Mobil (Nasional) Esemka sebagai mobil dinasnya. Kebijakan ini selain mendapatkan pujian juga mendapat kritikan dan sindiran bahkan dari Gubernur Jawa Tengah kala itu, Bibit Waluyo. Tapi Jokowi tetap jalan terus, bahkan sempat beberapa kali bolak-balik Solo-Jakarta membawa Esemka untuk uji emisi, Jokowi juga mampir ke beberapa kantor media di Jakarta. Keberaniannya mempromosikan mobil ini sebagai mobil nasional saat itu membuat popularitas Jokowi melaju cepat. Masyarakat kerap mengidentikkan Jokowi dengan mobil Esemka. Jokowi juga memberikan uang USD 2.000 untuk memesan mobil itu. Dan tentu masih banyak kehebatan lain yang merupakan hasil karya anak bangsa.
[caption id="attachment_368350" align="aligncenter" width="491" caption="Jokowi dan Mobil Dinas Esemka dalam kenangan (foto; merdeka)"]
Apakah beragam kehebatan ini belum menjadikan parapemimpin negeri ini berbangga? Apa masih meganggap remeh hasil karya anak banga sendiri apa sesuatu yang datangnya dari luar negeri dan sudah memiliki “brand” populer pasti lebih baik dari hasil karya anak negeri yang belum meiliki “brand” dan terseok-seok dalam proses produksinya? Bukankah sudah saatnya dengan reolusi mental kita merubah pola pikir, merubah mindset, bagaimana caranya produk dalam negeri karya anak bangsa yang berkualitas dan layak jual kita fasilitasi? Sekarang saatnya Indonesia hebat itu bangkit menata harga diri sebagai bangsa terhormat dan bermartabat.
Jokowi secara tegas telah menyatakan bahwa kehadirannya dalam penandatanganan MoU antara PT. ACL milik AM. Hendropriyono dan Proton Malasyia hanya sekedar menyaksikan, karena kerja sama itu hanyalah “bussines to bussines” bukan untuk kepentingan pengembangan mobil nasional. Kalau dirinya hendak memajukan mobil nasional, dia akan mengangkat Esemka. “Kalau bicara mobil nasional, tentu saya akan bicara Esemka,” kata Jokowi saat tiba di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, sebagaimana dilansir kompas.
Kita yakini Jokowi tidak berhubungan langsung dengan bisnis Proton dan PT. ACL. Pertanyaan kemudian, kenapa PT. ACL tidak memilih mitra lokal perusahaan yang telah memiliki reputasi di dalam negeri untuk mengembangkan karya anak bangsa? Misal, PT Adiputro, yang berdiri tahun 1975 dan terbukti sukses memasarkan mobil dan bus bermesin eropa ke mancanegara dengan kualitas karoseri yang patut kita banggakan.
Atau bahkan lebih baik dengan BUMN seperti PT. Pindad, yang sejak tahun 2013 tengah menyiapkan mobil sekaliber hummer yang canggih itu untuk versi sipil. Esemka atau SELO pastinya bisa dikembangkan kalau ada itikad baik dari para pemangku stake holder di negeri ini, baik itu pemerintah maupun para pengusaha.
Betapa hebatnya bung Karno berusaha membangkitkan kepercayaan dan harga diri bangsa kita yang porak-poranda oleh penjajahan. Bangsa yang dikonotasikan Inlander, atau Indon di era kini. Menjawab pertanyaan jurnalis yang terus memojokkan kebijakannya membangun proyek monumental untuk bangsanya, dengan lantang Bung Karno berkata, ”Saya adalah pemimpin. Sebagai pemimpin, saya bukan hanya berkewajiban memenuhi kebutuhan biologis rakyat saya, tapi juga memenuhi kebutuhan batin mereka. Sebagai bangsa, mereka butuh kebanggaan, butuh kehormatan, dan hal-hal semacam itu tak kalah pentingnya dibanding mengatasi perut yang keroncongan. Tanpa kebanggaan dan kehormatan, mereka bisa kehilangan alasan untuk melakukan hal-hal lain”. (sumber; prayudhi.azwar).
Itulah jawaban pemimpin yang memiliki karakter hebat. Yang memiliki cinta yang hebat, pada rakyatnya, pada bangsanya. Bukan hanya kebahagiaan artifisial urusan biologis bangsanya. Ia bahkan peduli dengan perkembangan kesehatan mental dan kebutuhan batin rakyatnya. Kebutuhan akan kehormatan dan harga dirinya. Kita semua yakin Jokowi juga memiliki karakter yang hebat, ia pasti bisa melakukan itu semua untuk bangsanya. Sudah saatnya Jokowi mengapresiasi hasil karya anak bangsa untuk menjadi kebangsaan bersama. Memang butuh waktu, tak cukup hanya dalam 100hari, dan kita masih sabar menanti. Sungguh saya Merindukan Jokowi Naik Esemka Lagi (Banyumas; 11 Februari 2015)
Indonesia Bangga!
Sebelumnya; Merindukan Jokowi Naik Esemka Lagi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H