Indonesia negara yang hebat, menyimpan banyak generasi muda atau anak bangsa yang berbakat dari berbagai bidang keahlian, termasuk dalam hal tekhnologi negara kita tidak kalah dengan negara lain, apalagi hanya negara sekelas Malasyia. Tapi entah kenapa potensi yang ada belum bisa dimaksimalkan. Bagaimanapun perhatian sekaligus keseriusan pemerintah menjadi sangat penting untuk menjadikan potensi yang ada itu menjadi “sesuatu” yang pantas untuk dikembangkan dan dibanggakan.
[caption id="attachment_368345" align="aligncenter" width="479" caption="Ilham Habibie bersama duplikat R80 (foto; oceanpurple)"][/caption]
Tak berlebihan, Anwar Ibrahim, saat dipuji atas keberhasilan Malaysia memproduksi Proton menatap balik dengan heran. ”Tahukah adinda, sebanyak apapun Proton yang kami produksi, itu belum ada apa-apanya jika dibandingkan satu N-250 yang telah diproduksi Indonesia”, kata Anwar kepada KH Hasanain Jaini. Beliau benar. Beliau jujur. Anwar baru bicara N-250, yang berkapasitas 50 penumpang. Kini, Ilham Habibie, putra dari satu putra terbaik bangsa, tengah sibuk memenuhi 125 order pembuatan pesawat R-80. Pesawat modern yang lebih canggih dan 15-20% lebih efisien bahan bakar dibandingkan pesawat termodern kini di dunia. Tak pelak, meski dibanderol Rp 300 miliar per-pesawat, pesawat yang seluruh lini produksinya dirancang sendiri oleh putra-putri bangsa besar ini, kebanjiran order. (sumber; prayudhi.azwar).
Ricky Elson, yang dikenal dengan nama ‘Putra Petir” telah berkorban kehilangan pekerjaan di negeri Sakura Jepang, hanya demi nasionalismenya, menciptakan mobil listrik yang unggul, mobil SELO, mengerjakan sendiri, berswadaya tanpa mendapatkan apresiasi dan dukungan yang berarti dari pemerintah. Dari segi tongkrongannya saja, mobil listrik ciptaan Ricky Elson ini jauh lebih mentereng dari Proton Iriz yang ditumpangi Presdien Jokowi dan Mahathir Muhammad beberapa waktu yang lalu.
[caption id="attachment_368347" align="aligncenter" width="497" caption="Ricky Elson, Dahlan Iskan dan Mobil Listrik SELO (foto; otosia)"]
Perlu diketahui, Ricky Elson selama di Jepang telah menemukan 14 teori tentang motor listrik yang sudah dipatenkan oleh Pemerintah Jepang. Ricky waat itu adalah Kepala Divisi Penelitian Dan Pengembangan Tekhnologi Permanen Magnet Motor Dan Generator NIDEC Coorporation, Kyoto, Minamiku-Kuzetonoshiro cho388, Japan. Dahlan Iskan yang memintanya pulang untuk menjadi Pelaksana Tugas Proyek Pengembangan Tekhnologi Mobil Listrik Nasional kala itu.
Belum lagi, Ricky Elson juga berhasil membangun pembangkit listrik tenaga angin, yang memang penting untuk rakyat kita di seantero pelosok negeri, tanpa sentuhan keberpihakan dari pemerintah. Kegiatan itu dilaksanakan di Ciheras Tasikmalaya Jawa Barat. Bahkan kincir angin rancangannya itu menjadi yang terbaik di dunia untuk kelas 500 watt peak. Masa depan yang gemilang di Jepang ditinggalkan begitu saja demi Indonesia. Kini ia hidup di desa kecil di Jawa Barat, hidup sederhana ala kadarnya sambil membimbing para mahasiswa di sana. Rela meninggalkan keluarga unutk mewujudkan cita-cita pembangunan pembangkit listrik murah di Indonesia. (sumber; kaskus).
[caption id="attachment_368348" align="aligncenter" width="490" caption="Pembangkit Listrik Tenaga Kincir Karya Ricky Elson (foto; dahlaniskan)"]
PT. Pindad (Persero) pada November 2014 yang lalu telah memperkenalkan produk terbarunya, panser 6x6 yang dilengkapi sistem persenjataan (turret) dengan kanon 90mm. Manajemen perusahaan industri pertahanan ini memperkenalkan kendaraan tempur terbarunya ini dengan nama “Badak” yang diresmikan namanya oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla setelah pembukaan pameran akbar alat utama sistem persenjataan (alutsista) tersebut. Ini adalah pengembangan panser terdahulu, Anoa, dan untuk sistem senjatanya bekerjasama dengan pengembang kanon terkemuka Cockerill dari Belgia.
Badak lahir dari hasil studi dan kerjasama awak Pindad dengan tim dari Cockerill Maintentance & Ingenierie SA Defence (CMI). Dasar kerjasama kedua perusahaan ini berangkat dari ‘Nota Kesepahaman’ yang telah disepakati dua bulan sebelumnya. Pindad bertugas mengembangkan kendaraan tempurnya, dengan basis rancang bangun Anoa yang dimodifikasi dengan mesin diesel 6 silinder berkekuatan 340 tenaga kuda, monocoque body yang bisa menahan tembakan amunisi hingga 12,7 mm, dan penggunaan teknologi double wishbone independent suspension untuk menjaga kestabilan kendaraan saat menembakkan kanon 90 mm-nya.
Manajemen Pindad yakin kehadiran Badak ini dapat mendukung pencapaian strategi pertahanan Indonesia yang termaktub dalam Minimum Essential Forces (MEF) dalam pemenuhan alutsista Tentara Nasional Indonesia (TNI). Kehadiran produk panser terbaru ini selain bisa mendukung pemenuhan amanah MEF juga untuk mempersiapkan tenaga-tenaga andal Pindad agar bisa masuk dalam pasar panser dengan kanon 90 mm di dunia. (baca pindad)
[caption id="attachment_368349" align="aligncenter" width="491" caption="Panser Badak Produksi PT. Pindad (foto; merdeka)"]
Masih segar di ingatan kita saat Jokowi masih menjabat Walikota Solo? Ia melakukan gebrakan dengan menggunakan Mobil (Nasional) Esemka sebagai mobil dinasnya. Kebijakan ini selain mendapatkan pujian juga mendapat kritikan dan sindiran bahkan dari Gubernur Jawa Tengah kala itu, Bibit Waluyo. Tapi Jokowi tetap jalan terus, bahkan sempat beberapa kali bolak-balik Solo-Jakarta membawa Esemka untuk uji emisi, Jokowi juga mampir ke beberapa kantor media di Jakarta. Keberaniannya mempromosikan mobil ini sebagai mobil nasional saat itu membuat popularitas Jokowi melaju cepat. Masyarakat kerap mengidentikkan Jokowi dengan mobil Esemka. Jokowi juga memberikan uang USD 2.000 untuk memesan mobil itu. Dan tentu masih banyak kehebatan lain yang merupakan hasil karya anak bangsa.
[caption id="attachment_368350" align="aligncenter" width="491" caption="Jokowi dan Mobil Dinas Esemka dalam kenangan (foto; merdeka)"]
Apakah beragam kehebatan ini belum menjadikan parapemimpin negeri ini berbangga? Apa masih meganggap remeh hasil karya anak banga sendiri apa sesuatu yang datangnya dari luar negeri dan sudah memiliki “brand” populer pasti lebih baik dari hasil karya anak negeri yang belum meiliki “brand” dan terseok-seok dalam proses produksinya? Bukankah sudah saatnya dengan reolusi mental kita merubah pola pikir, merubah mindset, bagaimana caranya produk dalam negeri karya anak bangsa yang berkualitas dan layak jual kita fasilitasi? Sekarang saatnya Indonesia hebat itu bangkit menata harga diri sebagai bangsa terhormat dan bermartabat.
Jokowi secara tegas telah menyatakan bahwa kehadirannya dalam penandatanganan MoU antara PT. ACL milik AM. Hendropriyono dan Proton Malasyia hanya sekedar menyaksikan, karena kerja sama itu hanyalah “bussines to bussines” bukan untuk kepentingan pengembangan mobil nasional. Kalau dirinya hendak memajukan mobil nasional, dia akan mengangkat Esemka. “Kalau bicara mobil nasional, tentu saya akan bicara Esemka,” kata Jokowi saat tiba di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, sebagaimana dilansir kompas.
Kita yakini Jokowi tidak berhubungan langsung dengan bisnis Proton dan PT. ACL. Pertanyaan kemudian, kenapa PT. ACL tidak memilih mitra lokal perusahaan yang telah memiliki reputasi di dalam negeri untuk mengembangkan karya anak bangsa? Misal, PT Adiputro, yang berdiri tahun 1975 dan terbukti sukses memasarkan mobil dan bus bermesin eropa ke mancanegara dengan kualitas karoseri yang patut kita banggakan.
Atau bahkan lebih baik dengan BUMN seperti PT. Pindad, yang sejak tahun 2013 tengah menyiapkan mobil sekaliber hummer yang canggih itu untuk versi sipil. Esemka atau SELO pastinya bisa dikembangkan kalau ada itikad baik dari para pemangku stake holder di negeri ini, baik itu pemerintah maupun para pengusaha.
Betapa hebatnya bung Karno berusaha membangkitkan kepercayaan dan harga diri bangsa kita yang porak-poranda oleh penjajahan. Bangsa yang dikonotasikan Inlander, atau Indon di era kini. Menjawab pertanyaan jurnalis yang terus memojokkan kebijakannya membangun proyek monumental untuk bangsanya, dengan lantang Bung Karno berkata, ”Saya adalah pemimpin. Sebagai pemimpin, saya bukan hanya berkewajiban memenuhi kebutuhan biologis rakyat saya, tapi juga memenuhi kebutuhan batin mereka. Sebagai bangsa, mereka butuh kebanggaan, butuh kehormatan, dan hal-hal semacam itu tak kalah pentingnya dibanding mengatasi perut yang keroncongan. Tanpa kebanggaan dan kehormatan, mereka bisa kehilangan alasan untuk melakukan hal-hal lain”. (sumber; prayudhi.azwar).
Itulah jawaban pemimpin yang memiliki karakter hebat. Yang memiliki cinta yang hebat, pada rakyatnya, pada bangsanya. Bukan hanya kebahagiaan artifisial urusan biologis bangsanya. Ia bahkan peduli dengan perkembangan kesehatan mental dan kebutuhan batin rakyatnya. Kebutuhan akan kehormatan dan harga dirinya. Kita semua yakin Jokowi juga memiliki karakter yang hebat, ia pasti bisa melakukan itu semua untuk bangsanya. Sudah saatnya Jokowi mengapresiasi hasil karya anak bangsa untuk menjadi kebangsaan bersama. Memang butuh waktu, tak cukup hanya dalam 100hari, dan kita masih sabar menanti. Sungguh saya Merindukan Jokowi Naik Esemka Lagi (Banyumas; 11 Februari 2015)
Indonesia Bangga!
Sebelumnya; Merindukan Jokowi Naik Esemka Lagi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H