Jakarta - Beberapa mahasiswa FISIP Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta merasa cemas dan stress akibat Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang dijalani sejak Maret lalu. Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 mengumumkan transformasi proses pembelajaran tatap muka menjadi PJJ. Sistem baru ini membuat tenaga pendidik dan murid terpaksa belajar dari rumah, tanpa adanya interaksi secara langsung. Hal ini memicu berbagai emosi negatif yang mengganggu kesehatan mental mahasiswa, seperti: cemas, jenuh, dan stres yang berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari dan juga akademik para mahasiswa.
Berpengaruh terhadap produktivitas
Kecemasan yang meningkat selama PJJ dirasakan oleh Denis Setiabudi, mahasiswa ilmu komunikasi 2019 UPN “Veteran” Jakarta,
“Cemas, takut, panic attack itu sering banget sih aku rasain selama PJJ ini,” ujar Denis Sabtu, (31/09/2020).
Cemas yang dirasakan oleh Denis mempengaruhi produktivitasnya, sehingga terkadang membuat tugasnya terbengkalai. Ditambah, menurutnya menceritakan permasalahannya ke orang lain adalah sesuatu yang tidak bisa dilakukan terus-menerus. “Aku gak mau cerita walaupun aku gabisa ngatasin lewat diri aku sendiri, karena aku takut mereka juga punya masalah, nanti (semakin) ditambah (dengan) masalah aku,” tuturnya.
Denis tidak sendiri, berdasarkan salah satu hasil studi Psikososial Masyarakat Indonesia di Masa Pandemi Covid-19 dari Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (Persakmi) dan Ikatan Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga mempunyai bukti konkret. Studi yang diteliti secara daring kepada 8031 responden di 34 provinsi di Indonesia, terdapat hasil studi tingkat kecemasan di bangku pendidikan pada tahun 2020. Hasilnya, tingkat kecemasan mereka yang duduk di tingkat SMA dan perguruan tinggi dialami lebih dari sebagian responden. Total responden pelajar SMA yang mengalami kecemasan, yaitu 77,8%. Sedangkan lulusan dari Perguruan Tinggi, total yang mengalami kecemasan sekitar 71,1%.
Sumber : Survey Psikososial Masyarakat Indonesia di Masa Pandemi Covid-19, Persakmi (2020)
Annisa Fauziah, mahasiswa ilmu komunikasi 2018, menyatakan jenuh dan stres dengan keadaan,
“Saat PJJ ini kuliah daring terasa hanya sebatas belajar, diskusi, kemudian pengerjaan tugas,” ucapnya. “Minimnya berinteraksi dengan teman-teman membuat hari terasa sama, ibaratnya seperti kurangnya kebutuhan hiburan setiap harinya, berbeda dengan kuliah secara tatap muka langsung.” Minggu, (01/10/2020).
Dari penelitian Livana PH, dkk. (2020), yang diambil dari 1.129 mahasiswa dari beberapa provinsi di Indonesia menjelaskan terdapat tiga faktor teratas dari tingkat ansietas (cemas) yang dialami mahasiswa dalam masa PJJ, yaitu: tugas pembelajaran, bosan di rumah saja, dan tidak dapat bertemu dengan orang-orang yang disayangi. Livana dkk. juga menuliskan terdapat korelasi antara ansietas dengan efek ekonomi, kehidupan sehari-hari, serta keterlambatan dalam kegiatan akademik seseorang.
Annisa memiliki cara tersendiri untuk mengatasi rasa jenuh yang dirasakannya, menceritakan keluhannya kepada teman terdekatnya, bermain gitar, dan mendengarkan lagu kesukaannya dapat membuat dirinya merasa lebih tenang.