Mohon tunggu...
Adhika Daffa Pratama
Adhika Daffa Pratama Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Ilmu Komunikasi UPN "Veteran" Jakarta 2018

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dampak Pembelajaran Jarak Jauh terhadap Perasaan Negatif Mahasiswa

6 November 2020   20:02 Diperbarui: 16 November 2020   13:46 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Luis Villasmil diambil dari Unsplash 

Jakarta - Beberapa mahasiswa FISIP Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta merasa cemas dan stress akibat Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang dijalani sejak Maret lalu. Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 mengumumkan transformasi proses pembelajaran tatap muka menjadi PJJ. Sistem baru ini membuat tenaga pendidik dan murid terpaksa belajar dari rumah, tanpa adanya interaksi secara langsung. Hal ini memicu berbagai emosi negatif yang mengganggu kesehatan mental mahasiswa, seperti: cemas, jenuh, dan stres yang berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari dan juga akademik para mahasiswa.


Berpengaruh terhadap produktivitas
Kecemasan yang meningkat selama PJJ dirasakan oleh Denis Setiabudi, mahasiswa ilmu komunikasi 2019 UPN “Veteran” Jakarta, 

“Cemas, takut, panic attack itu sering banget sih aku rasain selama PJJ ini,” ujar Denis Sabtu, (31/09/2020). 

Cemas yang dirasakan oleh Denis mempengaruhi produktivitasnya, sehingga terkadang membuat tugasnya terbengkalai. Ditambah, menurutnya menceritakan permasalahannya ke orang lain adalah sesuatu yang tidak bisa dilakukan terus-menerus. “Aku gak mau cerita walaupun aku gabisa ngatasin lewat diri aku sendiri, karena aku takut mereka juga punya masalah, nanti (semakin) ditambah (dengan) masalah aku,” tuturnya.

Denis tidak sendiri, berdasarkan salah satu hasil studi Psikososial Masyarakat Indonesia di Masa Pandemi Covid-19 dari Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (Persakmi) dan Ikatan Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga mempunyai bukti konkret. Studi yang diteliti secara daring kepada 8031 responden di 34 provinsi di Indonesia, terdapat hasil studi tingkat kecemasan di bangku pendidikan pada tahun 2020. Hasilnya, tingkat kecemasan mereka yang duduk di tingkat SMA dan perguruan tinggi dialami lebih dari sebagian responden. Total responden pelajar SMA yang mengalami kecemasan, yaitu 77,8%. Sedangkan lulusan dari Perguruan Tinggi, total yang mengalami kecemasan sekitar 71,1%.

tingkat-kecemasan-di-tingkat-sma-dan-perguruan-tinggi-5fa5421f8ede4843f20500a3.png
tingkat-kecemasan-di-tingkat-sma-dan-perguruan-tinggi-5fa5421f8ede4843f20500a3.png

Sumber : Survey Psikososial Masyarakat Indonesia di Masa Pandemi Covid-19, Persakmi (2020)

Annisa Fauziah, mahasiswa ilmu komunikasi 2018, menyatakan jenuh dan stres dengan keadaan, 

“Saat PJJ ini kuliah daring terasa hanya sebatas belajar, diskusi, kemudian pengerjaan tugas,” ucapnya. “Minimnya berinteraksi dengan teman-teman membuat hari terasa sama, ibaratnya seperti kurangnya kebutuhan hiburan setiap harinya, berbeda dengan kuliah secara tatap muka langsung.” Minggu, (01/10/2020).


Dari penelitian Livana PH, dkk. (2020), yang diambil dari 1.129 mahasiswa dari beberapa provinsi di Indonesia menjelaskan terdapat tiga faktor teratas dari tingkat ansietas (cemas)  yang dialami mahasiswa dalam masa PJJ, yaitu: tugas pembelajaran, bosan di rumah saja, dan tidak dapat bertemu dengan orang-orang yang disayangi. Livana dkk. juga menuliskan terdapat korelasi antara ansietas dengan efek ekonomi, kehidupan sehari-hari, serta keterlambatan dalam kegiatan akademik seseorang.


Annisa memiliki cara tersendiri untuk mengatasi rasa jenuh yang dirasakannya, menceritakan keluhannya kepada teman terdekatnya, bermain gitar, dan mendengarkan lagu kesukaannya dapat membuat dirinya merasa lebih tenang.


Apa yang sebaiknya dilakukan
Annisa Mega Radyani, seorang relawan Task Force: Suicide Crisis Intervention dari LSM Into The Light Indonesia, lembaga yang bergerak di bidang kesehatan mental dan prevensi bunuh diri, menghadiri acara Ruang Aman Untuk Kita di Bounce Back Project dalam rangka Hari Kesehatan Mental Dunia pada 17 Oktober 2020. Beliau mengatakan bahwa dalam menghadapi emosi negatif, kita perlu menjadi sadar terhadap emosi yang sedang dirasakan. Beberapa cara ini dapat direfleksikan kepada diri sendiri untuk membantu lebih sadar terhadap emosi-emosi negatif tersebut:


Pertama, identifikasi pikiran dan emosi apa yang paling mengganggu serta sensasi tubuh apa yang dirasakan. Seringkali kita merasakan berbagai emosi dan pikiran yang mengganggu kehidupan sehari-hari, sampai kita merasakan sakit secara fisik. Langkah awal adalah dengan menyadari pikiran, emosi, dan sensasi yang dihasilkan darinya.


Kedua, tanyakan kepada diri sendiri apa yang ingin kita lakukan ketika memiliki dan ketika tidak memiliki pikiran dan emosi itu. Setelah mengetahui apa yang sedang terjadi dengan diri kita, penting untuk menanyakan kepada diri sendiri apa yang ingin kita lakukan dan apa yang seharusnya kita lakukan karena adanya pikiran dan emosi tersebut.


Ketiga, mencari cara agar kita dapat belajar ‘menerima’ perasaan dan fokus ke hal yang lebih berguna. Cara ini bervariasi untuk setiap orang, dan terkadang perlu memerlukan banyak usaha demi menemukan cara terbaik dalam menerima perasaan dan pikiran negatif di dalam diri kita sendiri. Maka, penting untuk terus berusaha mencari cara terbaik untuk diri kita sendiri.


Perubahan sistem pembelajaran tatap muka menjadi PJJ memang memberikan beberapa dampak negatif secara psikologis, namun bukan berarti tidak ada yang bisa kita lakukan. Dengan berbagai cara untuk beradaptasi dengan kondisi baru ini, kita dapat menjadi lebih sadar dan menerima emosi negatif yang dirasakan, kita bisa lebih baik dalam beradaptasi dengan kondisi baru ini.

Penulis:

  1. Adhika Daffa Pratama
  2. Anne Tasya Mariana
  3. Revina Larasati
  4. Gabriela Margareth
  5. Cindy Farida Sitorus

Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2018 Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun