Pembantu RT, entah siapa dia
berangkat sejak kicauan pertama
dengan tangan-tangan buta
akan perabotan.
Cuci piring, cuci baju, cuci kutang dan uang
majikan
dengan air liur berbusa
belum mengajarkannya kesetiaan atas atasan;
Atas dedikasi bangsa dan negara sepanjang usia
atas bos lanjut usia yang berumur lebih atas
dan atas Yang Tidak Berumur
di atas sana.
Memegang erat tongkat sapu
buat apa?
Itu pula belum sanggup membantunya
menggenggam, amanat negara
cerdaskan anak bangsa.
Anaknya.
Uangnya slalu tak cukup
untuk hidup.
Padahal ia menghendaki
agar dibawa mati.
Kepalanya terketuk
memutuskan keluar-masuk.
Dari pembantu RT, beralih asisten RT.
Asisten. Rumah. Tuhan.
Berangkat sejak takbir pagi
pertama
Dia ketuk pintu surga dan menyapa penjaga, "Halo Ridwan."
lalu menyapu halaman,
pelataran para Nabi dan wali bergurau riang gembira
dan tugas teristimewa,
membersihkan istana Rasul Mulia, sucikan singgasana-Nya
Tuhan sungguh
Maha Ramah
untuk dunia remeh-temeh ini.
dan Termurah
bagi ambisi hamba-Nya yang mewah.
Hingga tiba masanya kembali, di sujud senja
terakhir.
Sebelum pulang,Â
sempat ia disapa oleh penjaga satunya
"Rumah yang ini tidak kamu rawat juga?"
Dia pun membalas
"Aku ART, bukan Asisten Rumah Setan."
Yogyakarta, 2023Â
Pinjam gambar: 1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H