Mohon tunggu...
Abby Crisma
Abby Crisma Mohon Tunggu... Lainnya - Hamba Allah Biasa | Anak'e Ibu | Citizens

Simply, writing for relaxing.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

10 Skenario Terburuk Manchester City jika Terbukti Melanggar Aturan Liga

10 Februari 2023   07:35 Diperbarui: 12 Februari 2023   12:39 1235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pep Guardiola dan De Bruyne berbincang pasca pertandingan (Source: FB Manchester City Supporters - Blue One)

Premier League menuding City telah melakukan ratusan lebih pelanggaran finansial di liga domestik dalam rentang waktu 2009 sampai 2018. 

Apabila disederhanakan, the Sky Blues didakwa telah melanggar aturan berupa manipulasi laporan kebijakan keuangan dan manajemen klub.

Pihak City dikabarkan menerima dengan tangan terbuka tudingan tersebut. Mereka menyambut baik sidang tertutup bersama komisi independen Premier League. 

City telah menunjuk pengacara terkemuka, David Pannick, untuk menghadapi kasus ini. Pannick sendiri adalah sosok dibalik suksesnya City lolos dari hukuman Court of Arbitration for Sport (CAS) pada 2020 lalu untuk kasus UEFA.

Ini merupakan kesempatan baik bagi klub menghentikan tuduhan tersebut untuk sekali dan selamanya. Adapun pengacara olahraga lain, Nick De Marco KC, memprediksi kasus City ini baru akan kelar 4 tahun lagi. 

Namun kalau akhirnya City terbukti bersalah, mau menunggu 4 tahun sekalipun, tentu akan diganjar dengan sanksi berat mengingat banyaknya dakwaan dan rentang waktu pelanggaran yang mencapai 9 tahun. 

Selain itu, sanksi berat yang diberikan kepada klub tentu nantinya akan berpeluang memicu terjadinya situasi buruk lain di skuad City. 

Berikut deretan sanksi dan skenario buruk yang akan dialami City, apabila dinyatakan bersalah dan terbukti melanggar aturan finansial domestik. Bagaimanapun ini berdasarkan pendapat penulis pribadi, tentu setelah membaca pemberitaan di berbagai media belakangan ini.

1. Masih aman, disanksi uang denda doang

Vincent Kompany dan kekalahan City (Source: FB Manchester City Supporters - Blue One)
Vincent Kompany dan kekalahan City (Source: FB Manchester City Supporters - Blue One)

Pertama dan yang paling ringan adalah denda. City perlu memenuhi sejumlah nominal uang untuk membersihkan namanya.

Dugaan ini sebenarnya bercermin pada kasus serupa tahun 202o lalu, dimana City berhasil lolos dari pelanggaran dan hanya diganti dengan membayar denda 3o juta euro. 

Namun kini, dengan ratusan lebih pelanggaran dan dalam jangka waktu yang lama, dirasa hampir tidak mungkin kalau skuad asuhan Guardiola ini cuma disanksi dengan denda. 

Sudah tahu City kaya raya milik juragan minyak Timteng, nggak cukup dengan didenda. Beda lagi kalau Premier League-nya saja yang emang butuh dui-t.. Okay, next.

2. Di-ban di bursa transfer 

Ilustrasi kecewa Pep Guardiola di bench Etihad Stadium (Source: FB Manchester City Supporters - Blue One)
Ilustrasi kecewa Pep Guardiola di bench Etihad Stadium (Source: FB Manchester City Supporters - Blue One)

Prediksi ini didasarkan pada dakwaan pelanggaran City yang memang berkaitan dengan aspek keuangan dan manajemen klub.

Sebetulnya ini cukup berbeda dengan Chelsea, yang di musim 2019 dihukum larangan transfer karena memang faktanya melanggar aturan kebijakan transfer pemain.

Namun, dengan dicegahnya aktivitas transfer City, diduga dapat menghambat cashflow yang mencurigakan dan memberikan kesempatan bagi klub untuk membenahi laporan keuangan mereka. 

Tapi, hukuman ini dirasa tidak cukup menyiksa. Jadi, lanjut! 

3. Pengurangan poin liga yang 'merepotkan'

Ekspresi kecewa John Stones cedera dalam suatu pertandingan (Source: FB Manchester City Supporters - Blue One)
Ekspresi kecewa John Stones cedera dalam suatu pertandingan (Source: FB Manchester City Supporters - Blue One)

Setelah dua skenario sebelumnya yang belum cukup 'menghukum', kali ini sepertinya cukup masuk akal.

Pasalnya, kasus ini hampir sama dengan pengurangan poin Juventus di Serie A pada Januari lalu, yang disebabkan karena kasus manipulasi berkas keuangan juga. 

Namun, perlu diketahui bahwa pelanggaran yang dilakukan Juventus tidak sebanyak City. Dengan kasus seperti itu saja, Juventus sudah dikurangi 15 poin, lalu bagaimana dengan City. Kayaknya, bisa 50 poin lebih.

Pastinya, mau dikurangi 15 atau 100 poin sekalipun, itu akan merepotkan bagi City. Coba bayangkan ketika liga baru saja berjalan, lalu poin mereka sudah dikurangi, bakal minus nggak tuh. 

Alhasil, City pun ngutang poin dulu ke Premier League. Beruntung kalau bisa dilunasin di akhir musim, kalau kalah melulu? Mau ngutang poin kemana lagi? ke Barcelona? Mereka juga banyak utang. Kredit Ferran Torres aja belum dibayar lunas ke City. Hadeh, repot, repot.

4. Relegasi ke liga kasta ke-2 

Ederson pasca pertandingan Manchester City (Source: FB Manchester City Supporters - Blue One)
Ederson pasca pertandingan Manchester City (Source: FB Manchester City Supporters - Blue One)

Sanksi buruk lainnya adalah relegasi ke liga sepak bola kasta ke-2 di Inggris, yakni Championship di kejuaraan English Football League (EFL). Melihat dari melimpahnya pelanggaran City, maka sanksi ini menjadi yang paling logis. 

Dengan berlaga di Championship, sepertinya bakal seru kalau City bernostalgia dengan legenda mereka, Vincent Kompany, yang kini menjabat sebagai pelatih Burnley. 

Tapi iya jika Burney masih di EFL, gimana kalau sudah promosi ke Premier League? Soalnya mereka sekarang pemuncak klasemen liga kasta kedua tersebut dan yang paling berpotensi untuk naik jabatan. Ironis ya.

Kalau nggak, bisa tuh City bernostalgia sama QPR, mumpung QPR belom turun ke liga kasta ketiga. Jadi, City berpeluang mencetak sejarah dramatis 'Agueroooo' jilid dua, tapi dengan tajuk 'juara EFL'. Boleh juga tuh.      

5. Parah! Gelar Premier League dicopot

Skuad City merayakan gelar Premier League (Source: FB Manchester City Supporters - Blue One)
Skuad City merayakan gelar Premier League (Source: FB Manchester City Supporters - Blue One)

Sanksi potensial selanjutnya adalah pencabutan gelar Premier League. City telah melakukan pelanggaran berat dan dalam kurun waktu yang lama, yakni 9 tahun sejak musim 2009 hingga 2018. 

Kalau diingat-ingat, City berhasil memenangkan tiga gelar liga Inggris pada periode tersebut, yakni di musim 2011/2012,  2013/2014, dan 2017/2018.

Meskipun kesalahan City terbilang berat, tapi realitanya pelanggaran tersebut hanya berkaitan dengan transparansi keungan klub. Berbeda kalau sudah kecurangan seperi pengaturan skor dan liga. Jika pelanggarannya seperti itu, baru layak City dikenakan sanksi copot gelar. 

Apalagi trofi City pas musim 2012, itu berharga banget. Capek tau, menanti gelar Liga Premier Inggris setelah 44 tahun lamanya. Masih nggak percaya? Tanya aja fans Tottenham. 

6. Penyerahan gelar Premier League ke rival secara cuma-cuma

Martin Demichelis mengangkat trofi Premier League di Man City (Source: FB Manchester City Supporters - Blue One)
Martin Demichelis mengangkat trofi Premier League di Man City (Source: FB Manchester City Supporters - Blue One)

Jika pada akhirnya City dihukum dengan pencopotan gelar, maka label juara liga Inggris pada musim-musim tersebut diberikan kepada klub runner-up. 

Diketahui, saat City menjuarai liga di periode tersebut, Manchester United dua kali menjadi runner-up pada musim 2011/2012 dan 2013/2014, sedangkan  Liverpool di musim 2017/2018. 

Kalau menurut pribadi, sanksi pencopotan gelar saja ditolak keras apalagi penyerahan gelar tidak terhormat dan cuma-cuma ini. Diperparah lagi, kalai itu dihadiahkan kepada rival sendiri. 

Kalau Premier League mengizinkan untuk memilih, mending trofi City disumbangkan ke Tottenham saja. Kasihan, menempati klasemen atas terus, tapi belum pernah menang liga Inggris.  

7. Usai sudah, dilarang bermain di kompetisi liga

Jack Grealish meratapi kekalahan City (Source: benchwarmers.ie)
Jack Grealish meratapi kekalahan City (Source: benchwarmers.ie)

Sanksi ini adalah yang terakhir dan menjadi kemungkinan hukuman pihak liga yang paling berat. Dengan laporan keterlibatan City yang luas dalam berbagai pelanggaran finansial selama bertahun-tahun, City bisa saja diusir dari seluruh kompetisi liga di Liga Inggris. 

Artinya, City hanya bisa bermain di kompetisi non-liga di luar Premier League (FA Cup dan Carabap Cup) dan EFL (Championship, League One, League Two), seperti contohnya FA Cup dan Carabao Cup.

Meskpun begitu, hukuman berat ini dirasa kurang profesional apabila diperuntukkan di kompetisi sepak bola sekelas Premier League. 

8. Sang Manajer Cabut

Pep Guardiola kecewa atas gol lawan (Source: FB Manchester City Supporters - Blue One)
Pep Guardiola kecewa atas gol lawan (Source: FB Manchester City Supporters - Blue One)

Untuk poin ini dan seterusnya adalah skenario buruk yang dapat terjadi apabila sanksi-sanksi yang dijelaskan di atas benar-benar terwujud. 

Jika ternyata City terbukti bersalah, bahkan sebelum sanksinya ditentukan, Pep Guardiola dirasa akan segera memutus kontraknya. Pasalnya, sang manajer juga pernah mewanti-wanti pihak klub soal pelanggaran serupa di 2020 lalu.

Guardiola menegaskan, kalau sampai manajemen klub ketahuan berbohong padanya bahwa klub tidak terlibat dalam pelanggaran, maka dia akan segera keluar. Untungnya, saat itu City berhasil lolos dari hukuman. Apabila terbukti, mungkin Guardiola sudah cabut sejak saat itu. 

9. Pemain bintang pada cari klub baru

Pep Guardiola dan De Bruyne berbincang pasca pertandingan (Source: FB Manchester City Supporters - Blue One)
Pep Guardiola dan De Bruyne berbincang pasca pertandingan (Source: FB Manchester City Supporters - Blue One)

Kepergian pemain diperkirakan akan terjadi secara gila-gilaan apabila City disanksi degradasi dari Premier League. Adapun, sanksi pengurangan poin juga dirasa cukup menjadi alasan bagi beberapa pemain untuk segera angkat kaki dari klub.

Itu diduga karena hasrat para pemain yang ingin terus bermain di level tertinggi sepak bola. Dengan City digegradasi maka mereka tidak berkesampatan bermain di Premier League. Begitu juga, apabila pengurangan poin City sangat banyak, itu menyebabkan mereka kehilangan kesempatan bermain di kompetisi Eropa, sekalipun di UEFA Conference League. 

Nama klub yang semakin buruk bisa juga menjadi sebab kepergian pemain. Menurut pendapat pribadi, pemain seperti De Bruyne, Phil Foden, Rodri, John Stones, Kyle Walker, dan Riyad Mahrez adalah beberapa yang memutuskan untuk tetap tinggal dan berjuang mengembalikan kejayaan City, andai klub benar disanksi dengan berat. Alasannya adalah karena mereka diantara yang terlihat loyal di skuad City saat ini.

Tahu dari mana? Dipikir aja sendiri.   

10. Bye! City kembali menjadi klub medioker

Ekspresi Riyad Mahrez kecewa karena gagal memanfaatkan peluang (Source: Getty Images via Mundo Deportivo)
Ekspresi Riyad Mahrez kecewa karena gagal memanfaatkan peluang (Source: Getty Images via Mundo Deportivo)

Kemungkinan terburuknya adalah City bertransformasi kembali menjadi klub medioker, seperti di era 2006 ke belakang. Adapun skenario ini terjadi dengan syarat, City dihukum berat dengan relegasi ke divisi lebih bawah sehingga membuat sebagain besar pemain, manajer, staf kepelatihan, serta manajemen cabut.

Prediksi ini hampir mirip dengan kondisi City saat degradasi 1996. Seketika City ditinggalkan oleh banyak pemain bintangnya dan klub berjuang keras di liga kasta ke-2. Sebab barangkali masih dalam masa transisi mental, mereka belum mampu juga bersaing di Championship dan akhirnya relegasi lagi ke liga kasta ke-3.

Namun, jika Sheikh Mansour dan manajemennya yang sekarang masih mau memegang City, meski diganjar sanksi berat sekalipun, kata 'klub medioker' untuk the Citizens hanya menjadi angan para haters yang sangat sulit untuk terwujud. Bye!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun