Namun, City tetap menerima dakwaan itu. Pihak klub menyambut baik peninjauan lanjutan bersama komisi independen.Â
Pihak City menerangkan bahwa sidang itu malah menjadi kesempatan yang bagus untuk memperlihatkan bukti-bukti mereka yang tidak terbantahkan, guna menunjukkan bahwa klub tidak melanggar aturan finansial Liga Premier.Â
Harapannya, komisi independen dalam sidang tersebut bisa memberikan pertimbangan yang netral sehingga masalah ini dapat dihentikan untuk sekali dan selamanya.
Pep Guardiola Sempat Mewanti-wanti City dengan Kasus yang Sama Sebelumnya
Pada tuduhan domestik ini, Liga Premier juga menjadikan kasus City di 2019 lalu menjadi satu kategori pelanggaran tersendiri, yang mana perlu diinvestigasi lebih lanjut. Kategori tersebut menyebutkan bahwa City didakwa telah melakukan pelanggaran yang berkaitan dengan peraturan UEFA Financial Fair Play (FFP).
Kronologinya kurang lebih 3 tahun lalu. Singkatnya, Pengadilan Arbitase Olahraga (CAS) mengonfirmasi bahwa terdapat 9 klub Liga Premier Inggris yang mengirim surat untuk mengajukan penyelidikan terhadap Manchester City terkait dugaan pelanggaran FFP pada 2019.Â
Mereka juga mengusulkan agar the Citizens diberikan hukuman berupa larangan bermain di ajang Liga Champions pada musim selanjutnya.
CAS pun pada saat itu mengungkapkan 9 klub tersebut, meliputi Arsenal, Burnley, Chelsea, Leicester, Liverpool, Manchester United, Newcastle, Tottenham, dan Wolves. Uniknya, 5 klub diantaranya adalah penghuni klasemen big six dan pesaing utama City di liga.
Kian uniknya lagi, tuduhan tersebut terjadi saat City dinyatakan sebagai klub dengan pembelanjaan bersih terbaik kelima dan pada masa dimana mereka mulai memenangkan banyak gelar.
Atas tuduhan tersebut, City awalnya berhasil dijatuhi hukuman larangan bermain di Eropa pada Februari 2020. Namun, klub tidak berhenti begitu saja dan segera mengajukan banding dengan memanggil berbagai lawyer terkemuka.Â
Alhasil, City menang dalam banding dan skuad Guardiola dipersilakan untuk tetap berlaga di kompetisi Liga Champions.