Di sepanjang perjalanan itu, batinku turut berbicara. Ia juga berusaha menenangkan diriku yang ternyata barusan tersadar. Bahwa aku pun nyaris gagal.Â
"Kalau dipikir-pikir, aku hampir seperti pria ini. Untung saja, dia mau merespon. Jika tidak, entah penyesalan apa yang kemudian menghantuiku. Bener-bener nyaris, aku menyerah sebelum berhasil menolongnya."Â
"Fiiuuhhh, senang rasanya bisa bantu orang lain," tutup batinku lega.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!