on June 24th 2018
Untuk Lara
Namamu Lara.
Kutemukan nama itu sekali lagi pada
lembar buku harianku, berikut kisah
nama-kuabadikan itu:
.
1/
Matahari membakar para perantau
yang baru saja tiba. Sementara kita sama
bergeming di dalam pengap angkutan biru
kota. Angin membisiki supir dan lelaki itu
berkata: "Turun. Tak ada tempat untuk
kalian berdua."
.
2/
Di trotoar, kau berjalan bagai seorang tersesat.
Hiruk-pikuk kota membuat kepala ini
berat-penat. Aku pun memilih ikut tersesat
denganmu dari belakang.
.
3/
kursi membujukmu untuk bersandar
padanya. Tak sengaja lalu kubertanya
pada Tuhan: "Lalu, pada siapa aku
bersandar?" Tak sengaja pula Tuhan
menjawab: "Aku adalah sebaik-baiknya
perencana." Kulihat kamu tersenyum.
Mulutku berulah: "Boleh duduk di sini?"
.
4/
Namamu Lara.
Namun tak kutemukan kesedihan
di matamu, muram di parasmu, atau
sendu di bibirmu.
.
5/
Kita:
 bertemu
 dipertemukan
 berkenalan
 saling kenal
 berbincang
 membisu
 tertawa
 menertawakan
 berpisah
 dipisahkan
 lupa
 hampir terlupakan
 dilupakan
.
Lara, Lara, Lara
Kusebut namamu berulang-ulang.
Akahkah kita bertemu-dipertemukan kembali?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H