Mohon tunggu...
Abbiyu L. F.
Abbiyu L. F. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Brawijaya

Seorang manusia yang mendalami psikologi

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Serba-serbi "Makan": Sudut Pandang Neuropsychology dan Neuroscience

11 Desember 2023   12:37 Diperbarui: 11 Desember 2023   12:55 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar reward dan punishment didapat dari genmuslim.id

Perspektif adiksi menunjukkan bahwa makanan tertentu, terutama yang tinggi kalori, gula, lemak, dan garam, dapat menyebabkan reaksi otak yang mirip dengan reaksi terhadap zat adiktif, seperti dopamin. Akibatnya, seseorang dapat mengkonsumsi makanan terlalu banyak dan tidak dapat menghentikannya meskipun dampak negatifnya pada kesehatan mereka[4].

Referensi:

  1. Motoki, K., & Suzuki, S. (2020). Extrinsic factors underlying food valuation in the human brain. Frontiers in Behavioral Neuroscience, 14, 131.

  2. Plassmann, H., Schelski, D. S., Simon, M. C., & Koban, L. (2022). How we decide what to eat: Toward an interdisciplinary model of gut–brain interactions. Wiley Interdisciplinary Reviews: Cognitive Science, 13(1), e1562.

  3. Constant, A., Moirand, R., Thibault, R., & Val-Laillet, D. (2020). Meeting of minds around food addiction: insights from addiction medicine, nutrition, psychology, and neurosciences. Nutrients 12 (11): 3564.

  4. Potenza, M. N. (2014). Obesity, food, and addiction: emerging neuroscience and clinical and public health implications. Neuropsychopharmacology, 39(1), 249.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun