Menurut al-Farabi kedudukan kepala negara menjadi pusat dalam sebuah tata kenegaraan diibaratkan seperti jantung pada anggota badan. Jantung itu sumber kehidupan, pusat koordinasi sekaligus keharmonisan.
Makanya menjadi kepala negara merupakan tugas terberat sekaligus yang paling mulia. Kepala negara tidak hanya mengurusi urusan yang sifatnya politis saja, tetapi juga yang paling utama adalah akhlak, karena ia adalah panutan, pusat cerminan masyarakat.Â
Maka dari itu, seorang pemimpin yang mampu memiliki sifat ini patut ditiru dan dijadikan contoh bagi masyarakatnya, sehingga sebuah masyarakat bisa dikatakan sebagai masyarakat yang bahagia.
Maka kita dapat simpulkan bahwa ketiga prinsipnya al-Farabi ini memberikan solusi kepada manusia modern untuk kembali kepada fitrahnya manusia sebagai manusia yang suci dan fitrah dan melihat bahwa kebahagiaan itu menuju kepada Tuhan yang suci agar manusia melihat bahwa hedonisme hanya menggapai kebahagiaan yang sesaat.
Sementara menuju Tuhan adalah suatu yang logis bagi pemikiran manusia agar ia mampu terlepas dari eksistensi materi kebendaan dalam dirinya dan kembali kepada Tuhan yang suci dan kembali pada fitrahnya.
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Konsep Etika Al-Farabi sebagai Solusi terhadap Permasalahan Manusia Modern", Klik untuk baca:
Kreator: Bayu Sukma
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H