Disiplin di Maulid Nabi : Cara Pandang Baru
Berkumpul dalam majelis talim tidak hanya khususon kaum emak-emak saja, namun para siswa yang berada dalam kelas pun tercatat sebagai kegiatan majelis talim. Begitu pula ketika sedang di luar kelas, seperti menyimak taushiyah ketika Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang diselenggarakan oleh Yayasan Al Ma'soem Bandung, tanggal 20 September 2024.
Dihadiri oleh siswa SMP, SMA, Mahasiswa Ma'soem University, serta tamu Undangan. Diperkirakan hadir jamaah sekitar 1500 orang. Bertempat di Dome Al Ma'soem.
Sebelum acara di mulai senantiasa ada penampilan para pengisi acara yang terdiri dari siswa SMP dan SMA Al Ma'soem yang memang berkompeten di bidang seni suara maupun bermain alat musik.
Lagu-lagu islami diperlihatkan mereka dengan semangat dan penuh suka cita sehingga mendapat hujanan tepuk tangan pemirsa. Tanpa terasa, tontonan berdurasi 30 menit pun berlalu. Â
Panitia pengisi acara secara sungguh-sungguh mempersiapkan performa mereka yang tidak hanya mengisi acara saja melainkan berdakwah sesuai usia mereka kepada teman-teman mereka. Nampak penonton sangat menerima penampilan pengisi acara sehingga bisa dinikmati.
Kejutan datang dari keluarga besar Bapak Haji Ma'soem, yakni cucunya. Ibu Hj. Yena Iskandar Ma'soem yang lebih dikenal dengan Ibu Yena Ma'soem. Beliau menyampaikan sambutan mewakili keluarga besar.
Dalam sambutannya, mengajak hadirin lebih peka dengan lingkungan. Bersimpati dengan bencana alam Kertasari Pangalengan, Kabupaten Bandung. Ibu Yena Ma'soem pun meminta dukungannya di pemilihan wali kotamadya Bandung di periode 2024-2029.
Mata acara yang tentunya sangat dinantikan yaitu Taushiyah bersama penceramah Ustad Dr. Ucup Pathudin Al Maarif M, Ag. Mengenakan jubah putih yang ditutup dengan jas berwarna merah, sudah pasti sangat berbeda dengan semuanya.
"Wah, keren nih, kayak bendera", komentar seorang siswa yang nyaring terdengar. Memang sangat mencuri perhatian semua yang hadir. Sangat luar biasa sebagai seorang yang influencer.
Beliau menyampaikan tentang kedisiplinan Nabi Muhammad SAW. Ada tiga hal yang terkait dengan hal tersebut. Tilawah, Tazkiah, dan Ta'lim.
Tilawah yang kurleb diartikan membaca Al Quran. Tidak hanya membaca, tetapi diikuti dengan pelafalan yang sesuai kaidah. Kitab yang dibaca pun sumber ilmu, sebagai panduan dalam berkehidupan manusia, senantiasa dibaca setiap saat.
Beliau menjabarkan lebih dalam lagi, bahwa membaca yang lain adalah alam dan seiisinya. Alias dipelajari, diambil hikmah terbaik agar terkondisikan kehiupan manusia yang lebih baik, selaras dengan alam. Tuh, dalam banget pesan beliau.
Hal kedua yakni Tazkiah yang diartikan sebagai menyucikan diri. Kesucian hati akan berdampak kepada perilaku yang baik. "Lebih ke arah hati mah, Pak Abas", ujar siswa di sebelah saya dengan penuh semangat. "Ya, benar sekali", jawab saya singkat, jelas, dan padat.
Disini terkandung sikap yang tidak boleh berlama-lama dalam diri seorang siswa, anggapan gabut, bete, insecure, anciety, toksik dan lain-lain istilah yang melekat pada mereka para gen Z.
Anggapan tersebut sangat tidak mendukung terhadap tercapainya kesucian hati. Pak Ustad berpesan agar sikap-sikap yang selama ini kurang baik agar dihilangkan agar terbentuk kesucian hati.
Ketiganya adalah Ta'lim. Tak kalah menarik dengan dua materi sebelumnya. Ta'lim dapat diterjemahkan sebagai mengajarkan. Nah, apalagi kata mengajarkan yang asing buat mereka. Kata belajar saja masih ditanggapi ogah-ogahan.
Pak Ustad dengan sangat piawai mengajak terutama siswa untuk dapat memahami makna Ta'lim sesuai pola pikir mereka.
Mengajarkan secara tersembunyi mengandung dua hal. Menguasai materi dan keberanian menyampaikannya. Disini seolah kita diajak untuk merenungkan kembali kata Ta'lim. Redefinsi kembali agar lebih berdampak baik dan luas.
Menjelang akhir penyampaian materi beliau pun mensitir kata-kata dari Ki Hajar Dewantoro. "Setiap orang guru. Setiap tempat adalah sekolah". Sangat dalam makna terkandung. Seolah menambah lebih makna Ta'lim. Luar biasa Allah menciptakan Pak Ustad.
Itulah tiga disiplin Rasul terakhir yang disampaikan Pak Ustad. Berbeda dengan pemahaman saya selama ini. Ada yang mengusik pikiran secara pribadi agar segera move on. Hijrah ke arah lebih baik dengan berpedoman kepada Tilawah, Tazkiah, dan Ta'lim.
Hadirin berbahagia dengan uraian hikmah. Ta'lim terlaksana. Tilawah terhadap kejadian di alam sekitar, dan bagaimana menyucikan diri pun diajarkan.
Terima kasih Pak Ustad atas kesempatan berbagi ilmunya. Hanya Allah yang membalasnya dengan yang lebih baik dan lebih banyak.
Demikian Kompasianer, semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H