Mohon tunggu...
Abas Basari
Abas Basari Mohon Tunggu... Guru - Guru Biologi SMA Al Masoem

melakukan apa pun yang bisa, kalau boleh orang lain bahagia

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Berbagi Bahagia dengan Es Krim Puter Jadul

30 Desember 2022   16:59 Diperbarui: 30 Desember 2022   17:18 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbagi Bahagia dengan Es Krim Puter Jadul

Sambil berjalan santai menuju rumah selepas shalat dzuhur di masjid deket rumah, berpapasan dengan pedagang es krim cingcau atau dung-dung atau es puter. Ga jelas saya melihatnya. Si pedagang, seorang pria sedang memperhatikan saya secara tidak langsung. Seolah tahu bahwa saya tertarik dan akan membelinya.

Langkah kupacu menjadi lebih cepat menuju rumah karena dorongan hati untuk bisa berbagi sekaligus jajan es krim tersebut. Tepat di depan rumah gerobak es krim melintas, saya pun langsung saja memanggil pedagangnya.

Sehubungan tadi tidak terlalu jelas memperhatikan maka saya pun kepo.

"Bang, jualan apa nih ?, tanya saya penasaran. Langkah penuh pasti menuju gerobak tak ditunda.

"Es krim dung-dung, atau es puter jadul, Pak", jawabnya sambil melempar senyum renyah ciri khas pedagang sedikit merayu lah.

"Oh....ini dia", seru saya tak kalah senang memandang es krim puter. Saya pun langsung memesan tiga mangkuk.

Sambil menunggu pesanan selesai. Otak dan pikiran ini pun melayang jauh kembali ke  kota kelahiran saya. Serasa dibawa ke masa anak-anak yang penuh kenangan indah. Melamun lah saya dalam sekian waktu. Teringat bagaimana es krim puter dibuat.

Bahan es krim dari santan kelapa, gula dan perasa disimpan dalam tong kecil. Tong kecil disimpan ditengah wadah yang sekelilingnya cacahan es bercampur garam krosok, diputer-puter, terus diputer sampai akhirnya es krim pun memadat.  Jangan kaget mengapa disebut es krim puter, karena cara pembuatannya di puter-puter.

Kebetulan tetangga ada yang berusaha membuat es krim puter. Belasan pemuda di waktu yang bersamaan membuat es krim puter. Untuk menghindari kejenuhan atau menghilangkan rasa lelah maka mereka pun berpolah jenaka dengan gerakan kepala mengikuti irama lagu dangdut. Tak jarang pula suara saling menyemangati antara teman dengan ledekan khas mereka, sehingga suasana menjadi riang dan bersemangat.

Tangan kanan sambil memutarkan tong kecil, sedangkan tangan kiri dipakai untuk mengikuti irama lagu yang memaksa pemuda tersebut menggerak-gerakan tangan sesuai irama lagu. Maklum cukup lama juga membuatnya, maka para pembuat es krim pun larut dalam gerak dan lagu.

Lamunan sejenak terhenti karena abang pedagang menyodorkan tiga mangkuk es krim puter. Oh..ya untuk mendapatkan rasa aman, maka saya memakai mangkuk sendiri. Biar higienis begitu, dan yang paling penting adalah tidak menggunakan kemasan plastik. Lebih firendly dengan alam alias cinlung (cinta lingkungan).

Mangkok kini telah berisi es krim puter. Beralaskan roti tawar, tiga sekop es krim berada di atasnya. Sudah ada coretan krim kental manis rasa coklat sebagai pemanis penglihatan, eye catching gitu. Sendok kayu khas untuk es krim pun hadir melengkapi penampilan.

"Berapa Bang ?, tanya saya.

"Sembilan ribu, Pak", jawabnya ringkas sambil tetap tersenyum manis.

Diawali niat untuk berbagi, maka ada saja hal yang membawa niat tersebut untuk terwujud.

Sesaat menuju pekarangan, dari sudut mata terlihat, ada tetangga. Si ade kecil yang imut-imut melihat ke arah saya. Tanpa pikir panjang, satu mangkok pun sudah diterima oleh anak tersebut. Ada senyum kecil di bibirnya, tatap mata bahagia. "Terima kasih !", suaranya lirih sambil menatap ke arah saya.

Rasa bahagia pun saya rasakan. Berbagi dengan anak tetangga yang memang masih suka makan. Namanya juga anak-anak, ya. Apa sih yang akan ditolak kalau di kasih jajanan. Apalagi es krim puter. Dari teras rumah saya mendengar dia berbincang dengan ibunya, menyampaikan rasa senang mendapat hadiah es krim puter.

Semoga jadi lebih bermanfaat, tetanggaku. Hanya rasa ingin berbagi saja, bukan untuk memanjakan atau mengajarkan jajan es.

Dua mangkuk pun akhirnya kita bagi lagi. Satu mangkuk untuk anakku yang kecil, dan satu mangkuk lagi dimakan berdua, antara saya dan istri. Romantis banget nih saya. Iya, lah mungpung lagi liburan, kapan lagi bermesraan. Satu mangkuk berdua, bukan sepiring berdua. Beda loh dengan lagu yah.

Rasa santan masih terasa ringan di mulut. Manisnya gula, cukup lah, tidak dominan manis tapi cocok untuk saya dan istri yang tidak tidak menyukai rasa manis yang dominan. Roti tawar hadir melengkapi santapan jadi lebih "tebal" karena ada yang bisa digigit. Ada yang "nyangkut" sebentar di mulut. Secara keseluruhan soal rasa, sudah cukup mewakili sebagai es krim puter. Soal penampilan, tak kalah lah dengan kondisi kekinian.

Es krim puter atau es krim dung-dung saat itu adalah penawar rasa haus akan jajanan tempo dulu. Semenjak tinggal di Bandung kembali, boleh dibilang sangat jarang menyaksikan apalagi jajan es krim dung-dung. Entah, kayaknya saya yang jarang main kali ya. He he he.

Walau cuaca tidak terlalu panas, namun es krim puter hadir menemani liburan sekolah. Jajanan murah meriah dengan sengaja diberikan Sang Pencipta untuk bisa berbagi bahagia. Liburan menjadi lebih berasa di hati.

Mudah-mudah masih diberikan surprise lain, sehingga liburan menjadi lebih berkesan. Aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun