Waktu untuk menyadap dilakukan 2 kali sehari. Pagi hari dan petang hari. Hasil panen di pagi hari akan segera dipanaskan untuk menghindari fermentasi, biasanya dibentuk gula aren. Hasil panen di sore hari setelah dipanaskan, biasanya dijajakan di pasar guna dijual kepada konsumen. Di Pasar Cililin, sampai saat sekarang masih ada pedagang lahang.
Dengan alat bambu dari jenis Gombong, lahang disimpan setelah dipanaskan. Dengan ikat tali dari bambu tali bambu berisi lahang sudah dapat digendong. Jika membawa dua bambu maka dapat dipikul.
Tatacara mengeluarkan air lahang pun menjadi atraksi yang layak dicermati. Bagian atas bambu Gombong memang terbuka dan ditutup dengan ijuk aren yang lembut. Gelas kosong akan didekatkan dengan bagian atas bambu Gombong. Ketika dituangkan maka hanya mengangkat bagian bawahnya sehingga menjadi lebih tinggi dari bagian bagian atas sampai air lahang keluar.
Bagaimana budidaya aren ?
Kang Wahyu kembali menuturkan tentang cara budidaya aren. Buah aren yang sudah matang sangat digemari oleh musang atau careuh (Sunda), sehubungan bijinya tidak bisa dicerna maka akan dikeluarkan bersama kotorannya. Musang akan buang kotoran namun tidak bisa diprediksi, sangat random, ya dimana saja. Biji akan tumbuh sesuai dengan ketinggian atau letak geografis, yakni berbukit-bukit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H