Kursi sofa warna hitam di ruang tunggu yang bersebelahan dengan ruang guru kembali dihadiri mereka yakni Pak Subhan Syukri, Pak Taufiq Rahmat, dan Pak Hasan Azizi. Sepertinya menjadi tempat berkumpul yang paling asyik. Berdiskusi menjadi agenda utamanya.
"Hari ini ada dua jam kosong, jadi aku gunakan untuk mencari tahu tentang Cekawood kemana saja perginya", disela-sela obrolan ringan tentang RUU Sisdiknas yang menggemparkan dunia pendidikan. Pak Subhan seolah meminta dukungan moral kepada teman-temannya.
"Cepet beresin tuh, biar ente ga gusar lagi dan dia bisa mengeksplor potensi dari sekarang", pinta Pak Hasan.
"Lebih cepat, lebih baik bro", kata Pak Taufiq menyemangati.
"Ya....sahabat-sahabat terbaik ku. Saya janji hari ini kelar lah", jawab Pak Subhan tak kalah semangat. Ketiganya memang terlihat bersahabat. Maklum berasal dari daerah yang berbeda-beda sehingga di tempat baru sekarang seolah mendapat saudara lagi. Nampak sangat berbahagia karena bisa saling menerima.
Tetiba jam kosong Pak Subhan pun beraksi layaknya polisi bagian reserse. Bergaya Sherlockhome dalam mengungkap kasus. Diawali dengan meminta izin kepada Wali Kelasnya. Sumber info berasal dari teman mainnya, Djulfikri, yang sering dipanggil dengan nama Idjul.
"Bapak mohon maaf ya sudah mengganggu waktu mu. Bukan untuk interogasi tapi lebih mencari solusi", kata-kata Pak Subhan mengawali obrolannya.
"Ga apa-apa Pak saya pun merasa ga nyaman kalau harus berbohong", jawab Idjul dengan nada tenang tapi terlihat keringat deras mengucur di keningnya.
Idjul masih mencoba menyesuaikan perasaan dan pikirannya dalam pertemuan tersebut, agar tidak memunculkan masalah yang baru di kemudian hari. Dalam hatinya ada kekuatan tekad untuk bantu temannya agar cepat selesai dari masalah. Dia tidak tega dengan kondisi Cekawood.
"Idjul ga usah tegang ya. Rileks saja, tadi bapak minta izin dulu ke Wali kelas mu, beliau mengizinkannya". Wajah Idjul berubah tenang, sedikit senyum di bibirnya pertanda ada rasa lega.
"Djul bapak boleh bertanya-tanya ga seputar Cekawood yang sampai ga sekolah karena bermain ", tanya Pak Subhan.