Mohon tunggu...
Andriyansyah Marjuki
Andriyansyah Marjuki Mohon Tunggu... Guru - Saya adalah saya yang bukan kamu atau dia, apalagi kita.

Seorang BOCAH GEDE yang masih berusaha untuk memahami makna 'Urip Mung Mampir Ngombe'. http://basando.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Panggil Aku Si Bodoh

11 Maret 2018   22:34 Diperbarui: 11 Maret 2018   22:41 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Panggil Aku Si Bodoh

karya: Abank Juki

 Brakkk!!

Jatuhlah pot bunga itu setelah kutendang sekuat tenaga. Entah mengapa hari ini ingin kutendang semua yang ada di jangkauan kaki panjangku ini. Tadi sudah kutendang bale-bale di bagian depan rumah. Pohon mangga yang tak bersalah pun tak luput dari tendanganku. Batu-batu kerikil yang diam tak bergerak di pelataran rumahku sejak beberapa tahun lalu itu pun terkena sapuan tendanganku. Kucing berbulu belang hitam putih yang sering mondar-mandir ke dalam rumah pun hampir saja kutendang, andaikan ia tak melarikan diri.

Aaaarrrggggghhhhhhhh..........!!!!

Aku kesal, geram, marah, jengkel, emosi level dewanya dewa! Entah mengapa ....

Sejenak aku terdiam karena semua sasaran yang ada di hadapan sudah kutendang semua, kecuali tembok rumahku yang terlihat masih kokoh. Segila apapun aku, tetap logikaku masih jalan dan tak mungkin kutendang tembok itu. Bisa bengkak kakiku nanti. Galau, tapi aku masih punya logika. Biarkan pot, bale-bale, pohon mangga, dan lain-lainnya yang rusak atau koyak, asalkan tidak tubuhku.

Kududuk di kursi rotan satu-satunya di pinggir bale-bale yang tadi kutendang. Kursi ini pun sebenarnya sudah kutendang jauh, tapi kuambil lagi karena aku membutuhkannya untuk duduk. Ingat, aku masih punya logika: duduk, ya ... di kursi. Sejenak kurasakan nikmatnya duduk. Tapi, lalu tak berapa lama kemudian kembali otakku panas, emosi, dan tak bisa tenang.

Pikiran tentang dirinya, pikiran tentang tanggal yang sudah ditetapkan, pikiran tentang nama orang lain yang berada di kartu undangan itu, dan segala pikiran tentang perayaan yang sudah tinggal menghitung hari itulah yang membuat otakku seperti dicacah-cacah menjadi sejuta bagian yang tak beraturan. Kalut, bingung, stress, dan tentu saja: EMOSI!!!

 

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun