Demikianlah, orkestrasi Indonesia Raya saat ini tidak lain adalah buah dari selera musik Bung Karno. Dengan kekuasaannya sebagai Presiden, Sukarno meminta Jos Cleber merombak orkestrasi Indonesia Raya. Tidak jelas benar apakah Jos Cleber telah menjelaskan kepada Bung Karno tentang isu ketidaksinkronan ini, atau mungkin sudah dijelaskan namun BK keukeuh dengan pendiriannya. Karena Sukarno memang kondang diktatorsipnya. Ayah saya pernah kena batunya pada tahun 1943 gegara Sukarno membela pelukis kesayangannya Basuki Abdullah.
Apa pun itu, tampak bahwa Bung Karno tidak memahami dunia musik secara mendalam dengan segala etika di dalamnya. Etika hak cipta telah dilanggarnya. Pemahaman tentang sifat lirik dan musik beserta komposisinya juga tidak dikuasainya.
Reformasi Orkestrasi
Sehingga jika diajukan pertanyaan kepada saya, lalu apa yang harus dilakukan dengan situasi yang demikian. Maka jawaban saya adalah perlu dilakukan reformasi orkestrasi musik pada lagu kebangsaan kita Indonesia Raya. Marwah ajakan Wage Rudolf Supratman untuk kebangkitan rasa kebangsaan bangsa Indonesia seyogyanya dikembalikan pada karyanya itu. Bukan justru menjadi karya lembek, lamban, anggun nan melambai. Lagu kebangsaan kita sesuai dengan lirik dan semangat awalnya harus tampil penuh vitalitas, bergelora, dan mampu mengajak bangsa Indonesia untuk hidup penuh semangat, agar kita menjadi bangsa yang penuh semangat pula untuk maju. Bukan bangsa yang lembek dan lamban.
Demikianlah...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI