Alhasil, dalam diri lagu kebangsaan kita Indonesia Raya, antara semangat membangkitkan rasa kebangsan, lirik lagu, dan musikalisasi pada Indonesia saling tidak sinkron. Simaklah sebagai contoh syair pada Refrain ini:
Hiduplah tanahku
Hiduplah negriku
Bangsaku rakyatku
Semuanya
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya
Dalam orkestrasi Jos Cleber, bagian Refrain tersebut terpaksa digubah dengan irama melembut. Itu atas instruksi Sukarno. Secara psikologis, bagaimana mungkin sebuah ajakan untuk membangkitkan semangat hidup justru dilantunkan dengan lembut? Sangat tidak masuk akal.
Hal konyol kedua adalah di bagian akhir (coda). Tiga birama terakhir Indonesia Raya ditempelkan syair "Hiduplah Indonesia raya". Dari syairnya jelas bahwa itu sebuah ajakan kepada bangsa Indonesia agar tetap hidup, tetap punya semangat kebangsaan. Namun apa lacur, justru di bagian itu ditempelkan perintah rittardandoatau sedikit demi sedikit melambat.
Selera Bung Karno