Mohon tunggu...
Abang Rahino S.
Abang Rahino S. Mohon Tunggu... Freelancer - Pembuat film dokumenter dan penulis artikel features

A documentary film maker & feature writer

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kekalahan Hillary: Pelajaran buat Ahok

11 November 2016   16:32 Diperbarui: 12 November 2016   16:54 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

1. Berhasil membangun sinergi Islam moderat-nasionalis-TNI-patronase tradisional. Sekali lagi, mereka berdua pasti sudah paham soal ini.

2. Mempertimbangkan sentuhan emosional daripada rasionalitas belaka. Ini misalnya dengan sikap tidak menyentuh isu-isu agama di ranah politik. Kemudian membangun citra santun-tidak bicara kasar, dan membangun komunikasi positif, sejuk, dan bersahabat secara lintas golongan dan agama. Apa boleh buat, suka atau tidak suka dunia politik adalah dunia pencitraan. Jika tidak suka membangun citra diri ya mudah saja: jangan bermain politik. 

Salahsatu langkah konkrit sebagai breakdown dari kedua pendekatan itu misalnya Jokowi sebagai guru dan patron politik gubernur petahana DKI harus memerintahkan Ahok (bukan menghimbau atau mengajak)  agar dia membangun citra santun dengan berperilaku dan mempergunakan pilihan kata tidak kasar di depan publik dan bawahannya, serta jangan menyentuh isu agama.  Sekali lagi, dunia politik memang dunia pencitraan. Mau tidak mau citra harus dibangun sesuai dengan persepsi mayoritas masyarakat tentang citra positif pemimpinnya.

Jika Ahok patuh, mereka berdua akan berjaya. Jika Ahok membandel, pilihannya hanya satu di antara dua: Ahok jatuh Jokowi berjaya karena membiarkan Ahok, atau keduanya jatuh karena Jokowi membiarkan Ahok dengan citra tabiat kasarnya. Saya perkirakan Jokowi akan memilih yang menguntungkan dirinya demi cita-cita lebih besarnya untuk Indonesia.  The ball is more on Ahok's lawn!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun