Mohon tunggu...
Abang Rahino S.
Abang Rahino S. Mohon Tunggu... Freelancer - Pembuat film dokumenter dan penulis artikel features

A documentary film maker & feature writer

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kekalahan Hillary: Pelajaran buat Ahok

11 November 2016   16:32 Diperbarui: 12 November 2016   16:54 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekalahan Hillary memang mengejutkan. Tetapi sebetulnya ada alasan kuat. Ini kira-kira...

1. Masyarakat AS, adalah masyarakat agamis. Mereka taat beragama tetapi tidak religius. Agamis adalah sikap dan sifat yang patuh dan taat pada aturan by law, bukan by heart.  Acuan hidup mereka lebih ke tekstual, letterlijk: what text says bukan esensi apa yang diajarkan di balik teks dengan segala konteksnya.

2. Karena agamis, masyarakat AS lebih mementingkan citra luar. Itu misalnya ditunjukkan dengan budaya verbal. Semua harus dinyatakan dengan kata-kata misalnya permintaan maaf, atau perasaan cinta. Sebagai contoh paradoks, sebagian besar orang Indonesia tidak demikian, tetapi lebih simbolik.

3. Kebijakan Partai Demokrat lebih berorientasi esensial-substantif, bukan tekstual a la kaum konservatif. PD misalnya memberi ruang pada aborsi dan isu LGBT.

4. Kebijakan Partai Republik dalam hal moral berlawanan total dengan PD. Bukan karena ideologi dasar PR demikian tetapi karena mayoritas pendukung PR adalah kaum konservatif yang punya kecenderungan kuat tekstual.

5. Dalam pilpres Selasa lalu, kaum Demokrat ragu-ragu dengan Hillary karena kasus email, kebohongan dia tentang keretakan rumahtangga Clinton, dan kaum Demokrat terbelah soal isu aborsi dan LGBT.

6. Sebaliknya kaum Republikein yakin dan pede walau mereka tetap ingat apa kata Trump tahun1998 tentang mereka. Itu tidak menjadi masalah bagi para pendukung PR saat ini, karena yang penting keluarga DT harmonis, jelas status kebijakannya soal aborsi dan LGBT, Trump membela orang kaya terhadap ancaman pajak tinggi Hillary buat orang kaya untuk subsidi orang miskin, dan calon PR ini akan menyediakan lebih banyak lapangan kerja karena kaum imigran baru tidak akan merebutnya.

7. Pada saat yang sama ada usaha keras dan masif bersemboyan "Faith and Freedom" dari kaum konservatif Kristen yang melakukan kunjungan door-to-door  justru di kantong-kantong PD. Mereka menjelaskan alasan mengapa menolak aborsi dan LGBT dengan membawa Alkitab dan mengupasnya dengan ayat2 yang memang ada. Freedom for live bagi calon bayi yang diaborsi adalah argumen ampuh  mereka mengubah pilihan kaum Demokrat  yang memang  sudah jadi swing voters belakangan ini karena kebijakan kontroversial PD.  Jadilah pertimbangan pilihan mereka adalah 'not the worst between the worse'.

Refleksi Untuk Ahok
Bagi Ahok (dan juga Jokowi sebagai guru dan patron Ahok), kasus kekalahan Hillary bisa menjadi cermin. Langkah sapu bersih mereka (yg masih harus dibuktikan efektivitasnya ke depan)  bisa terhadang oleh kaum kanan konservatif Islam Indonesia yang walaupun mereka minoritas tetapi militan, bersuara keras, dan pemberani. Bukan mereka tidak setuju pada kebijakan sapu bersih Ahok dan Jokowi, tetapi lebih pada sikap konservatisme yang lebih mengedepankan budaya verbal sebagaimana kaum Kristen konservatif di AS pendukung PR dan Trump dalam pilpres Selasa lalu. Ahok selama ini seperti tidak peduli dengan kondis ini, dan dia sangat mengedepankan substansi pesan dalam berkomunikasi tanpa mempertimbangkan budaya verbal seorang pejabat publik yang mau tidak mau harus dijaga agar bisa diterima sebanyak mungkin pihak. 

Pilar-pilar lain yang perlu dipertimbangkan adalah - tentu saja Ahok dan Jokowi lebih paham daripada saya - kaum nasionalis apapun keyakinan dogmatik dan agama mereka, TNI, dan patron-patron tradisional lain seperti keluarga bangsawan mantan kerajaan-kerajaan di Nusantara.

Bagi Ahok dan Jokowi, mereka akan berhasil melewati gelombang tantangan saat ini jika:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun