Sama seperti bagaimana sulitnya menjadi kaya begitu juga memberi pengertian kaya juga sulit karena sangat relatif mirip seperti memisahkan mana yang disebut agak kaya, kaya, pura-pura kaya, sok kaya, kaya, kaya raya alias super kaya atau crazy rich.
Terlepas pada persoalan mengapa jadi miskin atau kaya, fokus artikel ini adalah apakah miskin atau kaya perlu dipamerkan?
Orang yang memperlihatkan kondisi miskin atau apa adanya bukan pamer namanya. Istilah yang lebih baik dari itu adalah tampil sederhana. jadi tidak tepat disebut "pamer susah."
Meski ada yang berusaha tampil sederhana tapi sangat jarang orang memamerkan susah/ miskin, karena berbagai alasan diantaranya tidak enak dikasihani.
Bahkan ketika ada orang berbaik hati memberi informasi tentang kesusahan orang lain melalui gambar atau video masih ada juga beberapa orang sinis, beranggapan minta dikasihani.
Itu sebabnya sebagian orang merasa tak perlu memperlihatkan kesusahan tersebut dengan alasan tidak enak dikasihani. Kesannya minta-mita (meskipun butuh) kecuali ada yang paham atau mengerti memberi bantuan.
Sebaliknya, sebutan pamer sudah melekat pada orang kaya yang memperlihatkan kekayaannya pada orang lain sengaja atau pun tidak.
Ada juga kelompok orang kaya yang merasa tidak merasa enak orang tahu tentang kekayaannya. Bukan kuatir diminta tolong atau bagian atau diperiksa KPK akibat berbeda kenyataan dengan info di LHKPN tetapi karena memang tidak ingin timbul kesan pamer.
Meskipun pamer adalah hak seseorang namun pamer kekayaan bagi sebagian orang kaya lainnya bukanlah hal yang menarik.
Orang kaya seperti ini lebih memilih pada bagaimana kekayaannya dapat bertambah, bermanfaat atau bernilai dan tentu saja dapat memberi manfaat untuk keluarganya atau orang lain yang perlu dibantu.
Dengan demikian ada dua kelompok orang kaya saja yang dipisahkan berdasarkan kriteria suka pamer atau tidak kekayaannya, yaitu :
- Tipe benar-benar kaya
- Tipe sok kaya (pura-pura kaya)