Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Pulih Bersama Artikel Utama

Bagaimana Nasib KTT G20 Indonesia di Tengah Ketegangan Rusia dengan Barat?

22 April 2022   14:30 Diperbarui: 24 April 2022   09:49 1319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana pertemuan G20 tingkat Menkeu dan Gubernur Bank Sentral di Washington 20/4/2022. Sumber: Siaran Pers Bank Indonesia edisi 21/4/2022

Meski terpaut 6 bulan lagi, sebagai pemegang presidensi G20 Indonesia akan jadi tuan rumah pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 (The Group of Twenty) tepatnya 15- 16 Nopember 2022 di Bali.

Pertemuan KTT adalah tindak lanjut pertemuan tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 yang pada tahun ini telah terlaksana di Washington pada 19-20 April 2022 lalu.

Posisi Indonesia sebagai Presidensi KTT G20 berdasarkan pertemuan Riyadh Summit pada 2020 dan dikukuhkan dalam KTT 2021 di Roma pada 30-31 Oktober 2021.

Sejak saat itu hingga saat ini Indonesia sebagai pemegang Presidensi G20 tahun 2022 telah berkemas dalam berbagai bidang, diantaranya :

Menyiapkan logo, tema dan agenda serta materi pembahasan sesuai dinamika dan aspirasi umum G20.

Logo yang dipilih adalah simbol kubah pewayangan berisi 19 titik (anggota G20) mengelilingi sebuah kuntum bunga yang diibaratkan sebagai kelompok pemberi pengaruh besar pada 19 negara anggota. Kelompok tersebut adalah Uni Eropa.

Tema G20 tahun ini adalah Recover Together, Recover Strongger, yang memiliki arti lebih kurang "Pemulihan (ekonomi) secara bersama dan Pemulihan yang lebih kuat."

Materi pembahasan juga telah disiapkan sedemikian termasuk blue print untuk sesi-sesi tertentu untuk peserta working group.

Singkatnya, Indonesia berusaha menjadi tuan rumah yang baik, profesional dan ramah untuk mengakomodir kebutuhan setiap negara agar agar bisa kembali bangkit dari keterpurukan ekonomi setelah dihantam pandemi Covid-19 dalam 2 tahun terakhir.

Namun bukan itu yang menjadi tantangan terbesar Indonesia dalam menghelat pertemuan besar dan bermutu tinggi tersebut.

Tantangan terbesar Indonesia adalah bagaimana menghadirkan seluruh anggota dan terlibat dalam working group dan terlibat secara interaktif guna membangun kembali ekonomi dunia terutama G20.

Tantangan itu semakin menggetarkan ketika AS dan UE terang-terangan berseberangan dengan Rusia dalam segala bidang termasuk berusaha menghancurkan perekonomian dan keuangan Rusia terkait perang dengan Ukraina.

Dalam kondisi seperti ini pertemuan G20 di Bali semakin terasa getarannya ketika AS, Inggris dan Prancis telah memperingatkan bahwa negara mereka TIDAK akan hadir dalam pertemuan G20 Bali jika Rusia hadir di dalamnya.

Dalam pertemuan G20 tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral di Washington dua hari lalu, Menkeu AS, Janet Yallen berkata akan menghindari pertemuan dengan utusan Rusia dalam pembahasan tentang Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional.

Menkeu Inggris, Rishi Sunak memastikan tidak akan menghadiri sesi tertentu G20 yang melibatkan utusan Rusia.

Sementara itu seorang pejabat teras dari Kementerian Keuangan Perancis memberi signal lebih awal bahwa seluruh rekan G7 akan meninggalkan atau keluar dari pertemuan begitu utusan Rusia berbicara nanti. Sumber : VOI.

Walkout-nya sejumlah negara barat telah diperlihat pada berbagai agenda pertemuan tingkat dunia terutama dalam pertemuan tingkat Menkeu dan di dalam sidang PBB ketika utusan Rusia berbicara di sana.

Menanggapi potensi berkurangnya kualitas KTT G20 nanti, juru bicara Kemenlu Indonesia, Teuku Faizasyah berkata "Sebagai Presidensi sudah jadi tugas RI memastikan program kerja dan agenda pembahasan G20 berjalan sesuai harapan."

Dari statemen tersebut secara eksplisit memperlihatkan posisi Indonesia akan bertugas maksimal menyiapkan program dan agenda berjalan sesuai harapan. Segala persiapan termasuk konfirmasi-konfirmasi negara peserta untuk terlibat sesi tertentu pasti telah dillakukan.

Semua negara peserta bahkan dunia akan dapat memahami situasi dan kondisi yang dihadapi Indonesia sebagai tuan rumah sangat sulit dalam situasi ketegangan Rusia melawan negara barat.

Namun pemahaman atau toleransi G20 itu akan berkurang nilainya jika Indonesia lengah dalam bidang menjaga keamanan anggota peserta terutama utusan Rusia. Kelengahan itu justru dapat membahayakan posisi Indonesia.

Dalam situasi seperti ini badan intelijen Rusia sangat memahami, tidak akan merekomendasikan Presiden Vladimir Putin hadir di Indonesia kecuali situasi akan membaik dalam beberapa bulan ke depan. 

Sebagai gantinya, Perdana Menteri Rusia, Mikhail Mishustin mungkin akan memimpin delegasi Rusia ke pertemuan tersebut atau kembali menugaskan Menkeu Anton Siluanov memimpin delegasi Indonesia namun dampaknya bisa membuat negara lain mengirimkan kembali Menkeu mereka.

Meskipun yang hadir adalah Siluanov tingkat Menteri Keuangan namun dia adalah salah satu pejabat tinggi terdepan Rusia, tingkat keamanan terhadap dia dan anggotanya musti terjamin.

Dalam situasi seperti ini para perusuh dan teroris yang selalu mengintip celah akan menggunakan kesempatan guna menjatuhkan citra Indonesia tentang lemahnya sistem pengamanan.

Para perusuh memanfaatkan sabotase guna menjerumuskan Rusia dan barat dalam perang lebih panas dan sialnya itu berawal dari bobolnya tingkat keamanan di Indonesia.

Kita yakin pemerintah dan pihak keamanan telah mempunyai cara dan sistem yang baik guna mengantisipasi hal tersebut, namun ini sekadar mengingatkan agar hal itu tidak terjadi.

Oleh karenanya tidak salah pemerintah Indonesia mengizinkan delegasi Rusia menambah personil keamanan sendiri guna memperkuat atau melengkapi petugas keamanan Indonesia.

Jika pelaksanaan KTT G20 Indonesia tidak kondusif dan berbahaya bukan saja gagal mewujudkan tema dalam slogan yang dahsyat disebutkan di atas namun juga akan menyudutkan posisi Indonesia, tak kecuali penistaan yang dilakukan oleh lawan-lawan politik pemerintah saat ini dari dalam negeri.

Perlu waktu 20 tahun ke depan untuk mendapat kesempatan lagi jadi tuan rumah G20 dalam kondisi lebih baik dalam segala bidang.

G20 adalah forum kerja sama multilateral, merepresentasikan lebih dari 60% populasi bumi, 75% perdagangan global dan 80% PDB dunia.

Sejak dibentuk pertama sekali pada 1999, pertemuan G20 pada awalnya adalah pertemuan tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral 19 negara + Uni Eropa (UE), namun sejak 2008 menjadi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) karena dihadiri 19 kepala negara+ pimpinan UE

Anggota G20 terdiri dari Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Republik Korea, Rusia, Perancis, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa.

Mengingat masih ada 6 bulan waktu persiapan ada harapan membaiknya situasi dan berakhirnya perang Rusia-Ukraina melalui jalan diplomasi dan jalur politik Internasional.

Masih ada harapan G20 Indonesia akan berjalan sesuai harapan, sesuai dengan tema atau slogan dan 5 pilar Presidensial 2022 yang menggelegar dunia jika terlaksana dengan mulus.

abanggeutanyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pulih Bersama Selengkapnya
Lihat Pulih Bersama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun