Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Apa Kegagalan Rusia di Balik Sukses Operasi Militer ke Ukraina?

30 Maret 2022   21:30 Diperbarui: 31 Maret 2022   09:30 1418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Russian President Vladimir Putin observe the military exercises in September 2021.Sumber : Capture dari rferl.org edisi 15-2-2022

Apakah invasi atau operasi militer Rusia ke Ukraina sukses atau gagal? Apapun pencapaiannya tentu saja ada nilai-nilai yang menjadi barometer atau tolok ukur berhasil atau gagal.

Menurut sejumlah negara barat terutama Amerika Serikat (AS) invasi Rusia ke Ukraina secara keseluruhan gagal mencapai sasaran.

Tolok ukur yang digunakan barat adalah jumlah korban jiwa, kerusakan peralatan tempur dan kawasan yang mampu diduduki sangatlah tidak sebanding dengan totalitas pengorbanan yang telah atau sedang dicurahkan Rusia. 

Tabloid mingguan Rusia pro Moskow, Komsomolskaya Pravda melaporkan, total pasukan reguler,  pengawal nasional dan pasukan bayaran Wagner yang tewas sejak 24 Februari 2022 hingga 22 Maret 2022 mencapai 9.861 orang. 

Jumlah itu jauh lebih kecil dibanding klaim kematian hampir 15 ribu orang menurut versi Ukraina.

Sejumlah peralatan militer dari Pesawat tempur, kapal perang, drone tempur, helikopter, MLRS, baterai S-200-300, stasiun radar, MBT, APC, truk dan jeep militer dan lain-lain (seluruhnya) mencapai 4.283 unit, belum termasuk senjata serbu pasukan tempur yang tewas atau tawanan di medan laga.

Sebaliknya, menurut Rusia operasi militer telah berjalan sesuai rencana utama. Rusia telah berhasil menduduki hampir 1/3 kawasan Ukraina terutama menghubungkan Krimea dengan kota pelabuhan penting Mariupol ke Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Luhansk (LPR) serta menghubungkannya  ke sisi perbatasan timur Rusia.

Dari sisi kerugian korban jiwa di pihak Ukaina, 4 ribuan pasukan dan milisi tewas. Sementara 4.311 unit peralatan militer dalam berbagai jenis peralatan tempur (seperti Rusia) luluh lantak menjadi rongsokan besi tua.

Mari kita ambil saja penilaian dari persepsi Rusia bahwa operasi militer yang telah bergulir sejak lebih sebulan lalu terbilang sukses.

Selain pencapaian di atas masih ada beberapa tolok ukur mengapa Rusia menilai operasi militer tersebut sukses, yaitu :

Russian President Vladimir Putin observe the military exercises in September 2021.Sumber : Capture dari rferl.org edisi 15-2-2022
Russian President Vladimir Putin observe the military exercises in September 2021.Sumber : Capture dari rferl.org edisi 15-2-2022

Pernyataan Menteri Pertahanan Rusia bahwa operasi militer tahap pertama telah mencapai tujuan. Terutama berhasil mengurangi kemampuan peralatan militer Ukraina seperti disebutkan di atas.

Rusia berhasil menduduki sejumlah kawasan Ukraina terutama di bagian selatan dan timur negara tersebu dan akan fokus menjaga kawasan Donbas yang telah duluan diduduki.

Masih menurut Menteri Pertahanan, target operasi tersebut akan mengeluarkan rencana menduduki kota-kota besar seperti Kiev, Chernihiv dan Mykolaiv dari target utama. Sumber : NYT.

Keberhasilan lainnya adalah demilitarization dan denazification Mariupol dan regional Donbass tempat para pentolan kakap resimen Azov pro gerakan Nazi -di balik gerakan sayap ultra nasionalis Ukraina- berhasil diberangus seiring  nyaris "jatuhnya" kota tersebut ke tangan pasukan Rusia saat artikel ini dibuat.

Namun keberhasilan paling mendunia adalah mampu membuktikan telah lahir kekuatan militer Neo-Nazi di Eropa yang bermarkas di Ukraina tepatnya di Mariupol laut Azov.

Berdasarkan tolok keberhasilan yang telah dicapai dalam versi Rusia, mari kita cermati apa kegagalan Rusia dalam operasi militer tersebut, yaitu :

Gagal memanfaatkan momentum serangan cepat ala "Blitzkrieg." Gerak maju agresif dari berbagai fron ternyata telah diantisipasi secara akurat oleh militer dan milisi Ukraina.

Persiapan berbulan-bulan di perbatasan telah membuat pasukan Rusia kurang fokus dihinggapi ketidak pastian menyerang hingga akhirnya jadi menyerang.

Mengumbar personil di arena terbuka yang mereka (akan) lalui adalah pertaruhan kurang cermat. Masih ingat, dalam 2 minggu pertama peristiwa kehancuran personil di jembatan Anthonivsky, Kherson dan duka lara kota Kharkiv jadi cibiran media Internasional.

Gagal memaksimalkan peranan pasukan terjun payung (Paratroopers) di Kherson, Sumy dan Chernihiv. Sejumlah besar pasukan payung Rusia tidak efektif menjalankan misi penyusupan di sana.

Meskipun kapal perang Ukraina lebih banyak yang hancur namun Rusia gagal memanfaatkan kapal laut setidaknya sampai saat ini.

Kapal landing "Saratov" dan kapal kargo militer "Seraphim Sarovskiy" dihantam rudal Ukraina memberi signal terlalu berisiko mengoperasikan kapal perang dalam zona relatif sempit tersebut. 

Pasukan Marinir Rusia juga belum sempat beraksi maksimal di pantai pelabuhan Mariupol karena diawasi sejumlah drone Ukraina yang dikelola militer barat. Pencapaian terbaik marinir atau AL Rusia adalah menguasai sebuah pulau buatan 22 x 24 km di lepas pantai Odessa. 

Gagal mengandalkan helikopter serang. Helikopter paling diandalkan sekelas Ka-52 hanya bisa beroperasi dalam radius 5 km sebelum mencapai garis pertahanan terdepan guna melepaskan tembakan ke sasaran lawan.

Peristiwa terakhir Ka-52 nomor registrasi RF-13411 ditembak jatuh di luar kota Mykolaiv pada 18 Maret 2022.

Sementara Mi 28-N dan Mi 28UB tidak bisa bicara banyak hanya bisa menyerang seadanya dari sisi dalam area dikuasai Rusia. Sedangkan Mi-24-P dan terlebih lagi Mi-8 hanya bisa dipakai buat angkut logistik.

Drone Rusia terutama Orlan-10 kurang presisi menembak sasaran. Meskipun drone Bayraktar Ukraina/Turki banyak yang ditembak jatuh namun Orlan-10 kurang greget. Sementara itu drone Forpost hanya dipakai untuk pemantauan, tidak bisa diandalkan menyerang agresif.

Rusia belum memanfaatkan serangan Rudal atau misil secara masif, padahal inilah inti kekuatan Rusia paling disegani barat selama ini.

Akhirnya wajar, dalam pembicaraan damai dengan Ukraina yang dilaksanakan di Turki kemarin Rusia memberi signal akan mereduksi tekanan invasi pasukan darat ke berbagai kota yang awalnya berusaha diduduki satu per satu selama sebulan terakhir.

Menurut informasi, pasukan Rusia sedang dikurangi seperti terjadi di Irpin dan di luar Brovari (diluar ibu kota Kiev).

Tepat sekali, Rusia tidak perlu agresif menyerang apalagi mengandalkan pasukan darat secara terbuka mengingat begitu mudahnya lawan mengetahui posisi akan dilintasi pasukan Rusia di manapun berkat dukungan drone dan satelit imagery operator negara barat.

Jika tidak ingin korban lebih banyak lagi Rusia musti mengubah pola serangan. Tanpa bermaksud menggurui panglima perang Rusia, ada beberapa hal yang musti diperbaiki yaitu :

  • Melepas kawasan-kawasan yang tidak signifikan terhadap tujuan utama
  • Mundur dan bertahan pada posisi geografis menguntungkan
  • Memecah penumpukan tentara dalam jumlah kecil
  • Memperkuat patroli udara dan mengandalkan serangan drone dan artileri berbagai tipe
  • Meningkatkan perang jammer signal elektronik dan patroli posisi konvoi lawan
  • Memperkuat posisi pendudukan dan membuat jarak aman sejauh mungkin dari garis pertahanan
  • Mengurangi peranan helikopter dan menggantinya dengan drone lebih mumpuni misalnya Lightening dan Thunder
  • Meningkatkan penggunaan rudal jelajah dan lain-lain

Jika Rusia tidak mengubah polanya bisa jadi Rusia akan mendapat sedikit sekali dari pengorbanan besarnya.

Namun yang paling membuat Rusia tersudut adalah olokan barat, menghadapi Ukraina yang "miskin" saja kurang greget bagaimana lagi ingin masuk ke kancah Perang Dunia ke 3.

Mampukah Rusia membalikkan keadaan jadi lebih meyakinkan? Mari nantikan perkembangannya.

abanggeutanyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun