Tapi apakah semudah itu mengatasi arsenal pesawat tempur China (The PLA Air Force) di LCS atau nyaris dekat ke ZEE Indonesia di Natuna Utara?
China mempunyai ruang udara sangat luas,seluruh pesawat tempur PLAAF bertanggung jawab mengawalnya termasuk ruang udara China di LCS, namun Stealth Fighter Chengdu J-20 "Mighty Dragon" dan pembom kelas berat "Beijing Hammer" H-6J (disamping H-6G, H-6K, H-6M, H-6N) lebih bertanggung jawab di kawasan selat Taiwan dan LCS . Sumber : RFA.
Hingga kini China memiliki tidak kurang 60 unit J-20 dan lusinan pembom strategis H-6J . Jumlahnya masih kalah sedikit dengan "duet maut" F-15 ID dan Rafale jika digabung menjadi 78 unit (menunggu Rafale sampai komplit hingga 2024 dan F-15 EX 2027).
Jika terjadi pergesekan di udara di atas Natuna Utara antara pesawat tempur generasi-5 China J-20 dengan genrasi 4 F-15 AX atau generasi 4,5 Rafale, mampukah duet maut (78 unit) hadapi 60 pesawat tempur generasai ke-5 PLAAF?
Semua itu tentunya tergantung banyak faktor terutama faktor pendukung antara lain pembom, kapal selam, kapal perang, peluru kendali. komunikasi dan logistik serta sistim radar dan termasuk kesiapan pesawat tempur dan pilot itu sendiri.
Di luar faktor-faktor pendukung tersebut mari kita kulik-kulik sedikit perbandingan (comparison) beberapa hal utama antara F-15 Eagle, J-20 China dan Rafale sebut saja tipe B (Beplace, pesawat tempur sekaligus pesawat latih dengan dua kursi).
Jika terjadi dogfight antar J-20 dengan Rafale atau dengan F-15, siapa lebih unggul (diatas kertas) seperti dalam perbandingan sebagai berikut :
Namun jangan lupa, dengan kecepatan 2,5 mach F-15 lebih sulit dicegat misil lawan ketimbang J-20 dan Rafale meskipun kemampuan manuver Rafale terbukti lebih moncer dibanding J-20 dan F-15.
Rafale juga dipersenjatai canon 30 mm lebih mumpuni ketimbang J-20 : 23 mm dan F-15 : 20 mm