Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berkemaslah ke Nusantara, Apakah Suatu Saat Kita Akan Kembali ke Jakarta?

20 Januari 2022   12:47 Diperbarui: 21 Januari 2022   11:39 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Australia pernah terlibat polemik yang panjang guna menetapkan ibu kota negara (IKN) antara Sydney atau Melbourne namun tidak ada referendum khusus. 

Ibu kota Myanmar dipindahkan dari Yangon ke Naypyitw pada Nopember 2005. Meski panjang berpolemik juga tidak ada referendum khusus untuk itu. Cuma diputuskan di Parlemen.

Ibu kota Brazil dipindahkan dari Rio de Jenerio ke Brasilia pada 21 April 1960. Itu adalah pemindahan ibu kota ke dua. Tidak ada referendum khusus. Para arsitek dan isinyur Brazil perlu waktu 42 bulan menyulap kawasan itu wajar menjadi ibu kota baru Brazil.

Ibu kota Kazakhstan dipindahkan dari Almaty ke Astana pada 1991. Kemudian nama Astana diubah menjadi Nur Sultan pada 2019. Meski Kazakhstan dilanda ketidak stabilan politik saat ini tidak ada pernah melakukan referendum khusus untuk pindah IKN ketika itu.

Ibu kota Nigeria Lagos dipindahkan ke Abuja pada 1991. Tidak ada juga referendum khusus untuk itu, cukup diputuskan di parlemen menghasillan undang-undang.

Tanzania memindahkan ibu kota Dar es Salaam ke  Dodoma. Memang ada referedum oleh seluruh partai nasional di parlemen tapi bukan seperti referendum pemilihan umum.

Setiap negara mempunyai alasan berbeda tentang mengapa harus pindah IKN, namun ada juga beberapa kesamaan, antara lain karena kondisi alam, ledakan penduduk dan sempitnya lahan untuk mengembangkan ibu kota.

Terlalu panjang untuk diurai alasan atau sebab pindahnya IKN dari Jakarta ke Nusantara namun beberapa diantaranya sama seperti alasan sejumlah negara lainnya disebut di atas atu selian itu jika masih ada.

Kini muncul pembicaraan hangat (Polemik) tentang pemindahan IKN yaitu :

  • Melaksanakan Referendum untuk pemindahan IKN
  • Sebutan Nusantara beraroma Jawa sentris

Haruskah melalui Referendum?

Referendum adalah suatu pemungutan suara semesta untuk mengambil keputusan yang mempengaruhi negara secara keseluruhan. Masyarakat yang memenuhi hak pilih ditanyakan pendapatnya dan hasilnya bersifat mengikat (atau sebaliknya tergantung tujuan).

Ada dua cara referendum yaitu referendum legislatif dan referendum semesta. Kalau dilaksanakan ditingkat DPR maka itu disebut referendum legislatif sedangkan referendum semesta mirip pemilihan Presiden, Pilkada dan Pileg dan sejenisnya.

Apa yang telah dihasilkan oleh DPR menerbikan UU IKN adalah salah satu bentuk referendum. Terlepas dari tudingan konspirasi apapun di balik itu referendum legislatif adalah cara paling cepat dan hemat dibandingkan referendum semesta.

Nusantara beraroma Jawa sentris?

Sebutan Nusantara sudah ada berabad-abad yang lalu. Mungkin terlalu esktrim mengatakan sudah ada sebelum Masehi, namun setidaknya pernah disebutkan di dalam masa kerajaan Majapahit abad ke 13 - 15.

Majapahit menyebut"Nusantara untuk menyebut pulau-pulau lain selain pulau Jawa dan daereah jajahan dalam pengertian wajib membayar upeti.

Kenapa berbau Jawa sentris karena sebutan itu diperkenalkan pertama sekali oleh Kerajaan Majapahit. Jika itu diperkenalkan oleh kerajaan lain (bukan Majapahit) mungkin namanya lain, bukan Nusantara.

Namun pada abad ke 20, nama Nusantara juga diangkat kembali oleh Ki Hajar Dewantara untuk menggantikan sebutan Hindia Belanda. Menurutnya sebutan Nusantara ustru tidak mengandung unsur kata asing, misalnya India dan Belanda.

Berikutnya sebutan Nusantara timbul tenggelam atau pasang surut sesuai gelombang impian dan harapan nasionalisme pada umumnya.

Harapan karena ingin mewujudkan reputasi masa lalu sebagai kawasan yang kuat dalam ekonomi, pertahanan dan terutama tentang kekuatan maritimnya.

Impian dan Harapan itulah sering dicetuskan dalam lirik-lirik lagu Koes Plus dalam untaian Nusantara 1 hingga Nusantara 9  (jika tidak salah) dan juga Nusantara yang dinyanyikan Jamal Mirdad.

Beberapa seniman penyanyi seperti Koes Plus dan Jamal Mirdad kemudian mengingatkan Nusantara melalui lagu mereka 

Berikut bagian atau cuplikan dalam lirik Nusantara 1 Koes Ploes:

Di nusantara yang indah rumahku/ Kamu harus tahu/ Tanah permata tak kenal kecewa/ Di katulistiwa

Hutannya lebat seperti rambutku/ Gunungnya tinggi seperti hatiku/ Lautnya luas seperti jiwaku/ Alamnya ramah seperti senyumku waw.

Beberapa lirik dalam Nusantara 3 :

Disana tempatnya/ Tanah idaman ... kita semua/ Tanah yang kaya ... bagai permata/ Nusantara

Beberapa lirik di dalam lagu Nusantara 8 Koes Ploes sebagai berikut :

Tanah idaman (nusantara..)/Tanah pujaan (nusantara..)/Tanah yang kaya yang indah.. Oo../Sangat indah.. oo.. nusantara...

Beberapa lirik dalam lagu Nusantara Jamal Mirdad sebagai berikut :

Tiada lagi negeri seindah persada Nusantara/ Hutan rimba menghijau tempat bersemayam burung margasatwa/ dst

Dari lirik-lirik di atas tergambar bahwa Nusantara itu adalah tempat impian dan harapan. Impian karena sketsanya sangat indah bagaikan sekeping surga yang jatuh ke bumi. Begitulah kita-kira personfikasi indahnya Nusantara.

Berdasarkan penjelasan di atas polemik tentang IKN dan sebutan Nusantara tidak dibesar-besarkan.  Tanpa bermaksud menafikan perbedaan pendapat ada baiknya jernih melihat ke depan berserta kemungkinan potensi masalah lainnya.

Sekadar contoh melihat ke depan begini.  Jika nama IKN adalah "Gunung Dewata" kesannya terlalu ke daerah tertentu. Disebut "Sungai Limau" juga ke daerah tertentu. Ditulis Darussalam juga ke kawasan tertentu. Apalagi mirip nama kota di Eropa Timur langsung tidak percaya sambil ketawa guling-guling. 

Ujung-ujungnya ribut lagi. Yang satu minta ini yang lain minta itu, yang lainnya mikir-mikir dulu. Tidak perlu sekolah tinggi-tinggi menganilisanya, berbeda pendapat semacam ini kapan selesainya?

Bagi yang berbeda pendapatpu jangan gusar. Koes Plus pun sudah menyiapkan lagunya berjudul "Kembali Ke Jakarta" yang terdapat dalam album bertajuk Dheg Dheg Plas rilisan tahun 1969.

Tapi ini bukan untuk menggagalkan pindah IKN melainkan untuk orang-orang yang betapa muaknya pada Jakarta namun tetap harus kembali ke Jakarta, entah sampai kapan. Mungkin jika IKN Nusantara menemukan jati atau faktanya sendiri tidak sesuai harapan.

abanggeutanyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun