Akhirnya kami kembali ke kota M untuk memulai lagi hidup dari awal. Dengan bersusah payah akhirnya anak pertama kami lulus kuliah dan telah diwisuda pada awal Desember 2021, namun tanggung jawab dan perjuangan masih panjang, dua orang lagi akan tamat SMP dan SMK tahun depan.
Kami mungkin masih beruntung karena masih ada yang dapat dijual mulai kendaraan, tanah dan rumah yang layak dijual guna meneruskan sejumlah perjuangan hingga saat ini.
Selain itu kami mungkin beruntung karena (hingga kini) dapat mengasuh anak-anak kami dengan penuh perhatian meskipun secara finansial sudah tidak sama seperti dulu lagi.
Bagaimana jika sisa-sisa kekuatan itu tidak punya? Akan lebih berat sekali bukan?.
Pesan moral dari kisah pribadi di atas adalah :
Sebaiknya TIDAK mengorbankan karir pasangan kita, terutama suami jangan korbankan karier istri. Sepantasnya karier istri dibantu agar suatu saat juga dapat membantu perekonomian keluarga jika sewaktu-waktu terjadi insiden pada kepala keluarga (suami).
Merasa minim perhatian dalam mengasuh atau merawat anak atau getirnya menjalani LDR semua akan ada batasnya.
Suatu saat badai pasti berlalu, akan menyatu kembali selama masing-masing pihak teguh, seiya sekata alias setia, uhhuuuk.. (maaf saya tersedak).
Ibu pekerja atau istri bekerja umumnya pasti mengalami dua sisi keinginan yang tidak bisa disatukan dalam satu ketika yang disebut "dilema."
Antara karier dan keluarga butuh pengorbanan di awal tapi akan manis di akhirnya.
Jadi para suami jangan korbankan karir istri Anda, kecauali Anda punya bekal simpanan yang sangat luar biasa.