Tahun 1990 saya baru tamat kuliah di kota Medan belum bekerja. Kemudian saya "merantau" ke Jakarta pada 1991 dan akhirnya memperoleh pekerjaan yang tergolong sangat lumayan.
Empat tahun di Jakarta saya minta dimutasi ke kota Medan agar dekat dengan calon istri saya. Perusahaan tempat saya bekerja sangat memahami hal tersebut, saya pun mendapat izin pindah ke kota Medan pada tahun 1995.
Beberapa bulan kemudian (masih di tahun 1995) kami pun menikah. Sejak saat itu secara finansial saya berusaha bertanggung jawab termasuk membiayai kuliah sampai jadi dokter muda (koas) hingga tamat jadi dokter, kemudian memperoleh STR beberapa bulan kemudian.
Kami pernah mengalami apa yang disebut LDR (long distance relationship) alias hubungan jarak jauh ketika saya dimutasi ke Aceh pertama sekali pada akhir 1995, beberapa bulan setelah menikah.
Saat itu belum ada telepon pintar sehingga komunikasi hanya melalui telepon rumah atau ke warung telekomunikasi (wartel).
Sekali-sekali berbalas kirim surat agar hati tetap mantap jiwa dan tentu saja kirim wesel agar perkuliahan lancar jaya.
Setelah jadi dokter istri saya mengikuti program Pegawai Tidak Tetap (PTT) ke Aceh agar kembali dekat dengan saya.
Baru saja istri saya menjalani PTT selama tiga bulan di Aceh saya pun ditpindahkan kembali ke kota Medan.
Kami pun LDR kembali hampir dua tahun lamanya.
Meskipun banyak pasangan lain mengalami LDR terpisah ribuan km atau terpisah antar negara bahkan antar benua namun LDR saya rasakan sangat berat.