Di sini kita bisa bertanya atau meminta vaksin apa. Namun nakes menjelaskan bahwa jika dosis pertama menggunakan vaksin Sinovac maka pada dosisi ke dua juga musti vaksin yang sama, tidak boleh vaksin lain misalnya Moderna, kira-kira begitulah penjelasan nakes pada saya.
Usai divaksin saya mencari tahu apa sebab "tenang-tenang saja" vaksinasi di kota ini. Timbul pertanyaan, mengapa animo warga kota Lhokseumawe rendah menyikapi program vaksinasi.
Razali (nama samaran) memberi penjelasan bahwa warga tidak mau divaksin karena tidak percaya vaksin dapat mengatasi virus corona atau penyakit covid-19.
Di tempat terpisah, Surya (juga nama samaran) lebih dramatis. Selain ragu dengan kemampuan vaksin juga mempertanyakan bahan baku pembuatan vaksin, katanya tidak halal.
Seorang mantan PNS (pensiunan) di sana mengaku tidak mau divaksin karena mempertanyakan ke dua hal di atas.
Mungkin itu salah satu alasan rendahnya animo warga mau divaksin meskipun apa yang terjadi di kota Lsm ini juga terjadi di kota dan kabupaten lain se Aceh, bahkan di sebuah kabupaten kabarnya membuang ratusan vaksin yang kadaluarsa akibat rendahnya peminat.
Dalam kondisi demikian warga kota Lsm yang telah divaksin mencapai 33%. Sedikit saja di bawah kota Langsa, Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah, namun lebih baik sedikit dari Kabupaten Gayo Luwes, Aceh Barat Daya, Aceh Tenggara dan Aceh Barat Daya.
Menurut sumber Dinkes Prov, pencapaian vaksinasi terbaik di Aceh adalah kota Banda Aceh dengan tingkat pencapaian 70%. Di sisi lain, pencapaian paling rendah ada di Kabupaten Pidie bahkan Aceh Utara baru mencapai 14% hingga 30 September 2021.
Berdasarkan data di atas, rendahnya animo vaksinasi di Lsm juga terjadi di beberapa kota dan kabupaten sebagaimana disebutkan di atas.