Kerinduan pada sekolah telah terganti dengan rasa asing
Kerinduan belajar tatap muka telah terganti dengan rasa malas
Ketika new normal datang sebagian mereka telah terperangkap dalam zona nyaman . Butuh waktu berbulan-bulan agar new normal itu betul-betul menjadi kenormalan yang wajar.
Siapa yang bertanggung jawab menghadapi kondisi ini?
Mungkin tidak ada karena semua punya alasan tersendri bahkan alasan komparasi dengan membandingkan siswa di sekolah bermutu lain atau di negara lainnya tidak mesti dihadapkan kekuatiran sebagaimana disebutkan dalam artikel ini.
Semoga kekuatiran ini tidak terjadi, namun jika terjadi meskipun pada sebuah sekolah berlokasi di gang becek di sudut desa, itu juga mengkhawatirkan karena menganggu proses KBM berjalan dengan normal.
Kekuatiran paling mengerikan adalah naik kelas atau lulusnya peserta didik dengan cara-cara yang tidak wajar. Secara tidak langsung akan memberi dampak kurang baik bagi mereka bersaing pada tingkatan yang lebih tinggi atau terhadap cita-cita mereka.
Sambil menantikan kegiatan belajar mengajar tatap muka kembali hadir, teringat pada sebuah lagu nostalgia yang pernah dinyanyikan penyanyi cilik era 1970-an, Chicha Koeswoyo.
Kualitas rekamannya kurang bagus tapi liriknya dapat menghadirkan semangat menyambut bersekolah kembali.
Bis sekolah yang ku tunggu, ku tunggu. Tiada yang datang/ Ku telah lelah berdiri, berdiri, menanti-nanti.