Mungkin itu terlalu dramatis tapi tak apalah meskipun kesan begitu tidak berlaku umum.
Beberapa siswa yang baru masuk ke sekolah pada Maret 2020 telah merasakan "libur " teramat panjang. Ketika masuk sekolah kembali mereka tersadar bahwa akan segera lulus dari sekolah mereka, kesannya sekolah hanya tempat terima rapor saja.
Sebaliknya bagi siswa yang cuma numpang lewat dan lulus tanpa merasa ke sekolah kesannya kurang bangga. Beda lulus dalam suasana normal ada muncul rasa bangga pada sekolah atau almamater. Kesannya sekolah hanya tempat terima ijazah saja.
Bagi siswa atau mahasiswa baru yang masuk ke sekolah atau perti di awal pandemi dan masuk kembali setelah libur panjang pasti timbul perasaan asing.
Mereka harus mengenal sekolah atau kampus, guru, dosen, teman-teman, lokasi kelas dan seabrek pengenalan lainnya.
Jika mereka siswa atau mahasiswa yang gesit tentu dapat mengatasi dan beradaptasi pada suasana new normal dengan mudah.
Tapi sebagian mereka yang telah berada dalam zona nyaman "libur panjang" mengenal hal-hal baru di sekolah menjadi tantangan tersendiri jika tidak pantas disebut terasa asing.
Zona nyaman tidak bersekolah bisa jadi karena mereka telah punya kesibukan baru, cara belajar baru, membantu orang tua jualan atau malah sebaliknya telah diliputi rasa malas yang parah.
Jangan terkejut, itu semua "hasil" dari sebuah kondisi yang telah berjalan sangat lama. Butuh waktu berbulan-bulan untuk kembali normal meskipun menganggu proses KBM selama 3 bulan ke depan.
Itulah harga mahal yang harus dibayar akibat siswa bahkan guru (terutama guru swasta) tanpa disadari telah terkurung dalam zona nyaman libur terlalu panjang.
Hangatnya interaksi dengan teman-teman belajar dan pengajar telah terlupakan