Tidak jelas kapan pasti mulainya, tapi terasa sekali kini semakin banyak media pemberitaan menyoroti vaksin buatan China, khususnya Sinovac yang kurang sedap kinerjanya.
Kompas.com memberitakan Singapore tidak mengakui warganya yang telah mendapat suntikan vaksin Sinovac. Mereka musti disuntik lagi dengan vaksin Pfizer atau Moderna, program vaksinasi diakui Singapura yang berbasis mRNA.
Media lainnya memberitakan tentang "inovasi" ahli kesehatan Thailand "mencampur" vaksin. Setelah disuntik Sinovac pada tahap pertama atau ke dua musti disuntik lagi dengan vaksin yang lebih kuat.
Ada juga pemberitaan tentang ambruknya sejumlah tenaga kesehatan meskipun telah 2 kali mendapat suntikan vaksin Sinovac.
Media berita luar negeri The Washington Post juga mengkritisi negara-negara teluk awalnya mendukung penggunaan vaksin China (Sinopharm) tapi kini mulai meragukan efektifitasnya.
CNN Indonesia kini juga menurunkan berita yang meragukan efektifitas (efikasi) vaksin buatan China seperti yang ditulis pada edisi 16 Juli 2021.
Sekadar ulangan, berikut sejumlah produk vaksin dan tingkat efikasi vaksin covid-19 yang diambil dari bsco.com :
Mungkin angka efikasi untuk Sinovac pada tabel di atas terlalu rendah. Namun mengacu pada berbagai informasi posisi efikasi vaksin Sinovac memang tidak jauh berbeda dengan yang terlihat dalam tabel di atas.
Keterangan BPOM saat menerbitkan EUA untuk Sinovac 11 Januari 2021, menyatakan bahwa efikasi atau tingkat kemanjuran vaksin ini terhadap virus corona mencapai 65,3 persen.
Vaksin Sinovac adalah vaksin kedua yang diperkenalkan pada dunia (setelah Sputnik V buatan Rusia yang diragukan para ahli dunia tentang uji klinisnya).