Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Martine Moise, Ibu Negara yang "Dihapus" secara Paksa oleh Politik Buram Haiti

12 Juli 2021   22:27 Diperbarui: 31 Juli 2021   13:12 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi ibu negara Haiti, Martine Moise. Gambar screenshot dari flickr.com

Peristiwa hilangnya predikat seorang first lady atau ibu negara akibat suami mereka kalah hasil pemilu atau dilengserkan bahkan dikudeta banyak terjadi di mana-mana di jaman modern ini. Tapi lengsernya ibu negara akibat suami mereka tewas dalam pembunuhan sangat sedikit yang mengalaminya.

Dalam 4 dekade terkahir (sejak 1980) beberapa ibu negara (istri Presiden atau kepala negara) yang mengalami hilangnya hak atau status sebagai first lady karena suami mereka tewas dianiaya adalah :

  1. Victoria A. David, istri Presiden Liberia ke 20 (William Tolbert, dibunuh pada 23 April 1980)
  2. Jehan Safwat Raouf, istri Presiden Mesir ke 3 (Anwar Sadat)
  3. Khaleda Zia, istri Presiden Bangladesh ke 7 (Ziaur Rahman)
  4. Athege Shediqi, istri Presiden Iran ke 2 (Mohammad-Ali Rajai)
  5. Manam Sankara, istri Presiden Burkina Faso ke 1 (Thomas Sankara)
  6. Nayla Moawad, istri Presiden Lebanon ke 9 (Rene Moawad)
  7. Nancy Bhon Doe, istri Presiden Liberia ke 21 (Samuel Doe)
  8. Fatiha Boudiaf, istri Presiden Aljazair ke 4 (Mohammed Boudiaf)
  9. Hema Premadasa, istri Presiden Bangladesh ke 3 (Ranasinge Premadasa)
  10. Laurence Ndadaye, istri Presiden Burundi ke 4 (Melchior Ndadaye)
  11. Agathe Habyarimama, istri Presiden Rwanda ke 2 (Juvenal Habyarimama)
  12. Sifa Mahanya, istri Presiden RD Congo ke 3 (Laurent-Dessile Kabila)
  13. Safia el-Brazai, istri ke 2 Presiden Republik Libia (M. Ghadafi)
  14. Amani Musa Hilal, istri ke 4 Presiden Chad ke 6 (Idriss Deby)
  15. Terkini adalah Martine Moise, istri Presiden Haiti Jovenel Moise, dibunuh pada 7 Juli 2021

Perasaan kehilangan suami dialami oleh Martine dengan yang dialami sejumlah ibu negara disebutkan di atas pada umumnya mirip atau sama: sedih, kecewa, terkejut, merasa kehilangan dan hilangnya status sebagai ibu negara.

Pada dasarnya perasaan tak sedap di atas juga sama dirasakan oleh ibu-ibu atau wanita pada umumnya yang kehilangan suami, bedanya ibu-ibu negara di atas kehilangan hak atau status sebagai ibu negara atau first lady.

Bukan kehilangan status sebagai ibu negara yang jadi perhatian, tapi proses pemaksaan dan kekerasan yang terkandung di dalam penghilangan secara paksa itu dan nyaris merenggut jiwa ibu negara sendiri seperti dialami Martine bisa lebih jadi perhatian .

Lima hari setelah dirawat di sebuah rumah sakit di Miami, kondisi janda Jovenel Moise sudah membaik. Dia kini mulai memberikan informasi tentang bagaimana kisah horor itu terjadi dan siapa saja musuh-musuh suaminya. 

Ini adalah awal dari sebuah permulaan investigasi. Dari Martine nanti mungkin akan ditemukan siapa tokoh politik bahkan militer terlibat dalam dalam persekongkolan pembunuhan Presiden Haiti yang kebetulan dijabat suaminya.

Martine telah memberi keterangan penting kepada pihak penyidik di Amerika Serikat meskipun belum dapat dipublikasikan pada umum. Ini sebabnya kenapa Martine segera "dilarikan" langsung ke rumah sakit  AS untuk mendapatkan perawatan beberapa jam setelah peristiwa. 

Pernyataan pertamanya bersifat umum itu disampaikan dalam sebuah rekaman suara berbahasa Prancis yang diunggah ke dalam akun twitternya tadi malam (11/7/2021) di  @MartineMoise berdurasi kurang 2 menit.

Meski informasi bersifat umum dan dangkal rekaman itu memberi arah pada kita atau siapa pun yang bertanya-tanya tentang bagaimana proses pembunuhan itu terjadi di rumah Martine. Selebihnya mungkin termask juga alasan di balik pembunuhan tersebut.

"Saya masih hidup tapi saya kehilangan suami, mereka membunuhnya dalam sekejab," katanya memulai percakapan rekaman suara aslinya.

"Anda tahu siapakah lawan Presiden. Mereka mengirim tentara bayaran untuk membunuh Presiden beserta seluruh keluarganya di rumah, karena (Moise) menginginkan (ada) air, listrik, jalan dan pemilihan umum serta referendum di akhir tahun," ujarnya dengan suara bergetar.

Menurutnya, para pembunuh bayaran itu melakukan pembunuhan dalam "sekejab mata" bahkan tidak memberikan kesempatan Moise berbicara.

Martine bersyukur masih hidup (selamat) namun ia kehilangan suaminya seraya meminta orang Haiti agar tidak kehilangan arah setelah pembunuhan tersebut. "Kita tidak dapat membiarkan darahnya tumpah dengan sia-sia," ujarnya berharap munculnya pesatuan warga Haiti yg simpati pada Moise.

Dari rekaman suara itu mulai terkuak bahwa pembunuhan itu memang digerakkan oleh lawan politik Moise di dalam negeri.

Dari sana juga terungkap Moise yang telah mengutamakan pembangunan fasilitas umum (air, jalan, listrik) dan melaksanakan Pemilu dengan baik serta sedang berusaha mengatur terlaksananya refeendum mengubah konstitusi agar pemilu dapat berjalan lancar dan lebih demokratis.

Tapi semua itu tidak berarti di mata lawan politiknya yang mengincar apapun dari jabatan dan proyek Moise.

Pernyataan perdananya kini mulai membentuk rasa percaya diri orang-orang Haiti memberi dukungan pada Martine.

Dia memang sepantasnya mendapat dukungan moral setelah mengalami peristiwa yang sangat berat pada siapapun mengalami peristiwa seperti dialami Martine.

Marie Etienne Martine Joseph nama lengkapnya. Setelah menikahi Jovenel Moise kerap disapa Martine Moise. Dia lahir 5 Juni 1974, kini berusia 47 tahun, mungkin termasuk tidak muda lagi bagi ukuran wanita tertentu.

Profil Martine secara fisik memang kurang menguntungkan dibanding sejumlah first lady Haiti pernah ada apalagi membandingkannya dengan first lady sejumlah negara maju.

Tubuhnya tidak ideal seperti idaman wanita pada umumnya. Gaun busananya juga sering monoton dengan warna khas Afrika selalu melekat dalam setiap tampilannya.

Tapi dia cerdas dan bijaksana. Lebih dari itu dia juga punya perasaan kehilangan seperti dirasakan sejumlah ibu negara dan wanita pada umumnya disebutkan di atas.

Selama mendampingi Moise dia selalu berusaha di sampingnya. Martine tahu beratnya perjuangan dan tantangan suaminya namun dia terlihat bijaksana dan cerdas memposisikan dirinya sebagai first lady dan sebagai istri Moise.

Urusan-urusan bantuan sosial, pendidikan, kesehatan kerap mengalir dari kantor first lady membuatnya dikagumi meski ada juga yang mengolok-oloknya dengan meme perbandingan dengan istri Papadoc Duvalier yang tergolong mempesona.

Tidak pernah ada gambar raut wajahnya merasa malu dengan balutan khas Afrika pada dirinya. Dia justru bangga menjadi first lady apa adanya dan bercita-cita mengubah ikon miskin dan kumuh Haiti. 

Martine menikahi lelaki teman kuliahnya di universitas Quisqueya pada 1996 dan kini memiliki 3 anak dari Moise.

Orang-orang mengakuinya sebagai ibu negara yang bijaksana meskipun di sisi lain ada orang-orang yang telah menghilangkan haknya sebagai ibu negara dengan cara yang tidak normal.

Bagaimana menjalani hari-hari tanpa Moise lagi setelah ini adalah soal cerita lain nanti. Faktanya kini statusnya sebagai ibu negara telah dihapus secara paksa dengan cara kekerasan, nyaris membawa ke duanya ke peraduan abadi. 

abanggeutanyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun