Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

McDonalds Sudah Bikin Sensasi, Perlukah KFC dan Kita Meniru?

10 Juni 2021   23:13 Diperbarui: 11 Juni 2021   11:16 1578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
BTS Meal (KOMPAS.com)

Sensasi arti kata sifatnya merangsang perasaan atau emosi. Itulah yang dilakukan McDonalds bekerjasama dengan Bangtan Boy Sonyeondan (BTS) sebuah grup band anak muda Korea Selatan, merangsang perasaan penggemar BTS dan orang-orang yang ingin tahu pada sebuah produk dalam kemasan inovatif yang disebut "BTS Meal."

Terlalu berlebihankah menyebut itu sensasi?

Chef Arnold dalam sebuah acara "bedah BTS" memberi komentar di Twitter-nya setelah mencicipi BTS Meal dari Mc Donald's (McD).

Bersama Chef Renata dan Chef Juna dia mengomentari singkat "Dah gini, doank?" mungkin mewakili betapa sensasionalnya makanan tersebut.

Antrean panjang Ojol di sejumlah gerai di kota-kota besar Indonesia selama beberapa jam juga mewakili betapa sensasionalnya produk yang dijual seharga 50 ribu rupiah belum termasuk ongkir Ojol.

Penutupan sejumlah gerai di beberapa kota besar karena menciptakan kerumuan antrean saat pandemi Covid-19 seakan melengkapi makna betapa sensasinya makanan tersebut dianggap menciptakan "kerumunan."

Namun yang lebih bikin sensasi adalah para Army (fans BTS) ada yang menjual kemasan paket bekas BTS Meal via online dengan harga mencapai ratusan ribu rupiah, bahkan ditemukan juga hingga jutaan rupiah.

Kolaborasi sensasional tapi apik ala McD dan BTS ini bisa jadi inspirasi bagi restoran cepat saji lain sejenis itu seperti Texas Chicken, Wendy's, AW, dan Kentucky Fried Chicken.

Dalam catatan Kompas.com edisi 12/5/2020, jumlah McD di seluruh Indonesia 227 outlet dari 30.000 outlet di sejumlah negara. Sementara KFC memiliki 714 outlet dari 22.600 outlet berbagai negara.

Dari sisi jumlah gerai atau outlet di Indonesia KFC lebih banyak 3 kali lipat dari McD. Mungkin saja karena aroma, rasa yang lebih cocok dengan lidah orang Indonesia pada umumnya atau juga karena harga lebih murah serta layanan piring dan saos berlimpah membuat menunya lebih disukai dibandingkan McD.

Secara teoritis jika KFC punya fans seperti Army BTS pasti lebih banyak dibandingkan Army-nya McD's meskipun belum tentu menyamai loyalitas Army-nya BTS.

Meski jumlah gerai atau outlet terbatas McD's telah membuktikan inovasi mampu menyedot pengunjung berduyun pada masa pandemi, mampu menarik penjualan dalam waktu singkat dan keuntungan berlimpah dari seluruh outlet dunia termasuk dari Indonesia.

Jika KFC ingin meng-ATM-kan (amati, tiru dan modifikasi) kolaborasi McD-BTS janganlah sampai terkesan "garing" dalam memilih mitra, membuat produk, menentukan harga. mengemas isu nilai tambah kemasan bekasnya dan lainnya.

Perlu diketahui grup musik jenis Kpop Boys band dan Girls bukan produksi Korea saja. Grup Kpop sejenis itu sudah lama ada dan pernah ada di Inggris, AS dan Eropa barat lainnya pada masa lalu, misalnya The New Kids and the block, One Direction, Fifth Harmony, empat dara cantik "Little Mix", lima pemuda tampan dalam "NYSX" dan masih banyak lainnya.

Dari sanalah para seniman Korea belajar meng-ATM-kan membentuk aneka grup band ala K-pop kekinian, salah satunya kini sedang ngetren grup "cowok cantik" tapi energik, BTS.

KFC bisa juga berkolaborasi dengan, misalnya, Black Pink yang dengan ikonik Lysa Black Pink dan teman-temannya yang telah "berjasa" membuat sejumlah remaja pria di seluruh dunia termasuk Indonesia mabuk kepayang.

KFC bisa meniru pola lain misalnya bekerjasama dengan Michael and Jowita pemenang "The Greatest Dancer 2020" guna menghindari kesan meniru total rivalnya. 

Bentuk male-nya mungkin sepasang makanan (dua potong Ayam) iconik Michael and Jowita dalam kemasan The Greatest Dancer.

Jika kemasannya dibuka bisa jadi frame foto antara Michael dan Jowita, di tengahnya bisa menyembul gambar pembeli paket tersebut (sistem tertentu saat pembelian online maupun drive Thru).

Mungkin dari sana nanti akan muncul "bumbu penyedap" dari army KFC kabar Hoax kemasan itu dapat diperjual belikan atau dibeli oleh Michael and Jowita dengan harga tinggi bagi pemenang terpilih.

Masih banyak ide lain yang tak perlu diuraikan di sini karena penulis tidak dalam kapastitas sebagai tim R and D atau perwakilan KFC namun hanya sebatas memberi rangsangan mengapa KFC tidak meniru langkah McD dengan cara lebih innovatif dan tidak garing.

Bisa saja KFC merasa puas dengan cara konvensional selama ini menjual kaset (CD) penyanyi-penyanyi yang sebetulnya kurang dikenal oleh pengunjung KFC. Kesannya CD itu kurang laku di pasaran sehingga seperti dipaksakan menjualnya "nyempil" dalam pembelian menu KFC.

Gambar Ilustrasi: grubstreet.com
Gambar Ilustrasi: grubstreet.com
Belajar mengambil pelajaran dari Kolaborasi McDonald's-BTS

Terlepas dari KFC mampu atau tidak melakukan terobasan seperti McD's faktanya masyarakat dan konsumen telah disuguhi sebuah bukti bahwa langkah sensasional pun dapat mendongkrak penjualan selama dikemas dalam sistem pemasaran dan kerjasama yang menggelagar.

Jadi tidak cukup nama makanan saja yang menggelagar, musti diimbangi harga, kemasan, kebersihan, tempat, rasa dan pilihan toping dan tak kalah penting adalah bombastisnya (marketing) dan kerjasama apik.

Terlepas dari arti bahasa daerah yang menjadi nama sebuah makanan, kini makin banyak nama makanan diberi nama aneh-aneh misalnya :

  • Bakso granat ternyata isinya cabe bikin dower penikmat yang tak kuat masuk level 3 ke atas
  • Nasi Goreng Gila ternyata cuma kebanyakan nasi daripada bumbunya 
  • Mie balap liar, ternyata ketika diaduk sperti pebalap liar bekeringat jagung
  • Nasi Kentut yang ternyata mirip nasi rawon, enak rasanya tapi namanya bikin ragu sebelum mencicipinya
  • Sate Lalat (Laler) ternyata tidak dibuat dari lalat tapi dari potongan kecil daging kambing mirip lalat

Dari peristiwa ini masyarakat dapat belajar bahwa nama makanan aneh itu dalam bisnis kuliner tidak dilarang, tetapi lebih penting lagi bagaimana menciptakan sensasi dan marketingnya, seperti McD's telah contohkan.

abanggeutanyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun