Pemerintah Israel bergeming, tak goyah apalagi terpengaruh pada tekanan masyarakat internasional yang kini dilanda demo menolak kekerasan Israel dan mendukung Palestina di berbagai belahan dunia..
Benyamin "Bibi" Netanyahu malah berjanji meningkatkan eskalasi gempuran dari sebelumnya. Bibi juga berkata Palestina akan membayar harga yang mahal atas krisis tersebut.
Himbauan PBB pada Israel agar tidak terjebak dalam pelanggaran Hak Azasi Manusia dan menghormati kebijakan Internasional serta melaksanakan gencatan senjata juga tidak dihiraukan.
Israel semakin kalap, mengerahkan 54 pesawat tempur dan puluhan dron pengintai, ribuan pasukan darat dan artileri modern ke kawasan jalur Gaza sama seperti ingin membunuh lalat tapi menggunakan senjata berat.
Aksi Israel dalam dua pekan terakhir menghadapi Palestina benar-benar seperti kehilangan akal sehat meski beralasan membasmi teroris, menjaga kedaulatan negara, membela diri dan sebagainya.
Arogansi Israel pada rakyat Palestina seperti ini bukan yang pertama kali. Hampir tidak ada hari yang tenang untuk warga Palestina meskipun sekadar menangkap anak-anak kecil pelempar batu atau kelereng dari ketapel.
Jika merunut pada konflik sejak 1948 ketika Israel merdeka telah terjadi ratusan kali konflik, diantaranya konflik pada 2004 adalah konflik terparah, namun konflik 2021 saat ini jauh lebih parah dalam segala ukuran dibanding konflik sebelumnya.
Dari sisi jumlah roket yang diluncurkan kea rah Israel pada 2004 dengan 2021 nyaris sama tetapi dari sisi korban jiwa dan terluka serta kerusakan serta beringasnya Israel adalah yang terparah dibanding peristiwa atau konflik 2004.
Dalam operasi pada 2004 lalu, 133 orang Palestina. Di tahun yang sama, serangan rudal Israel membunuh Ahmed Yassin pemimpin Hamas pada 22 Maret 2004.
Dalam konflik kali ini (2021) Israel menggunakan kekuatan cara berlebihan. Serangan udara dilakukan untuk menghancurkan subyek dan obyek atau properti Palestina.